HUMAN INTEREST

CURHAT Istri Nurdin Basirun, Noorlizah: I Will Be Strong Waiting For Your Return

Noorlizah Nurdin (59) tak menghadiri sidang perdana suaminya, Nurdin Basirun (62), Rabu (4/12/2019) siang di PN Khusus Tipikor, berikut curhatannya.

TRIBUNBATAM.ID/ISTIMEWA
Noorlizah Nurdin 

"Dia membelikan saya baju dari Singapura, tapi saya mengatakan kepadanya bahwa itu seperti kelambu," katanya.

Kenangan lain Noor Lizah menyebut suaminya akan menghabiskan waktu luangnya di masjid atau kedai kopi untuk bergaul dengan warga.

Hal itu sempat membuat Noorlizah kesal.

Sebagai alumnus sekolah ketat di Singapura dan sekolah hukum di Stamford University, Singapura, dia belum bisa menerimanya yang hidup tak teratur.

Nurdin selalu pulang terlambat, setelah salat subuh.

“Suatu hari, dia menyuruh saya masuk ke mobil dan kemudian mengantarkan saya untuk melihat semua 'pacar' nya," kenangnya.

'Itu pacar saya, dan itu juga,’” katanya. Ternyata mereka adalah orang-orang tunawisma yang telah dia bantu sebelumnya."

Cerita awalnya ketika Nenek Noorlizah, yang memiliki hubungan kerajaan di Meral, sebuah daerah terpencil di Karimun.

Kakeknya yang berdarah Bugis, ketika itu melarikan diri ke Singapura menghindari konflik masa revolusi di Indonesia.

Pada akhir 1970-an, orang tuanya kembali ke Karimun untuk jejak moyang mereka.

Namun, keluarga Noorlizah tak menemuka. kerabat belaka.

Oleh keluarga Nurdin, Noorlizah dan orangtuanya disajikan sambal belacan, sambal berpasta sari udang.

Nurdin, yang kala itu hidup dari kapal jadi transporter kerabat jauh Melayu - Bugis mereka.

Selain itu, saban Nurdin berlayar ke Singapura, dia mengantarkan sambal cabe ke keluarga jauh yang dekat di hati

Dia diam-diam ternyata Nurdin musa Bapers. Dia menyimpan perasaan untuk Noor.

"Kami berjalan-jalan dan di bawah pohon kamboja, dia bilang dia menyukaiku," kata Madam Noorlizah sambil cekikikan malu.

Strait Times menulia Nurdin dan Noorlizah adalah pasangan aneh. Si Nurdin pemuda kampung pulau pedagang yang agamis.

Sedangkan Noorlizah, baru saja lulus dari Stamford College. 

Dia gadis modern yang berwawasan Eropa, suka rok mini, hotpants dan sepatu chunky.

"Saat itu jam 11 malam, dia berkata, 'Kamu tahu di mana kita berada? Kita berada di sebuah pemakaman.' Saya takut, jadi saya pegang tangannya. Kami saling berpegangan tangan," katanya.

Nurdin mengaku terlalu malu pada awalnya untuk mengakui perasaannya, mengatakan:

"Saya sibuk bekerja dan tidak tahu bagaimana cara merayu perempuan tapi saya pikir jika dia berani datang ke desa, itu berarti dia orang yang terbuka." (tribunbatam.id/thamzil thahir)

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved