IMLEK 2020
Dilarang Jaman Soeharto, Imlek Bisa Dirayakan di Indonesia Berkat Jasa Gus Dur 20 Tahun Lalu
KH Abdurrahman Wahis atau Gus Dur berjasa dalam perayaan Imlek di Indonesia, sempat dilarang di era Soeharto
"Di mana-mana di dunia, kalau orang lahir ya yang dipakai akta kelahiran, orang menikah ya surat kawin, tidak ada surat bukti kewarganegaraan. Karena itu, saya mengimbau kawan-kawan dari etnis Tionghoa agar berani membela haknya," ujar dia.
Gus Dur pun berharap semua elemen bangsa memberikan kesempatan kepada masyarakat Tionghoa dalam kehidupan bermasyarakat.
"Mereka adalah orang Indonesia, tidak boleh dikucilkan hanya diberi satu tempat saja. Kalau ada yang mencerca mereka tidak aktif di masyarakat, itu karena tidak diberi kesempatan," ucap Gus Dur.
"Cara terbaik, bangsa kita harus membuka semua pintu kehidupan bagi bangsa Tionghoa sehingga mereka bisa dituntut sepenuhnya menjadi bangsa Indonesia," ujar tokoh Nahdlatul Ulama itu. Atas kebijakan dan pemikirannya yang terbuka, Gus Dur pun mendapat gelar sebagai "Bapak Tionghoa Indonesia".
Bagi kaum Tionghoa, Gus Dur dinilai telah menghapus kekangan, tekanan, dan prasangka.
Pada masa lalu, kaum Tionghoa kerap mendapati stigma buruk, baik dari Pemerintah Indonesia, maupun masyarakat pada umumnya.
Gus Dur juga dinilai telah berjasa menjadikan semua warga negara menjadi setara.
Sejarah Imlek
Berbagai macam adat dan tradisi disetiap wilayah yang merayakan tahun baru Imlek. Namun hampir memiliki warna yang sama. Mulai dari makan malam tahun baru dan juga penyulutan kembang api.
Perayaan ini identik dengan angpau dan juga barongsai.
Kaisar Pertama
Dilansir dari wikipedia.com, kaisar pertama China Qin Shi Huang menukar dan menetapkan bahwa tahun Tionghoa berawal di bulan 10 pada 221 SM.
Qin Shi Huang
Pada 104 SM, Kaisar Wu yang memerintah sewaktu Dinasti Han menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun sampai sekarang. Tujuannya agar perayaan tahun baru bisa sesuai dengan masyarakat Tiongkok yang pada umumnya adalah masyarakat agraris.