VIRUS CORONA

Khawatir dengan Virus Corona, Warga Natuna Berangkatkan Keluarga Jauh dari Lokasi Observasi

Seorang warga Penagi, Ranai, Nata memberangkatkan anaknya ke Pulau Midai, jauh dari ibu kota Kabupaten Natuna itu, karena khawatir dengan virus Corona

(Istimewa)
WNI dari Wuhan melakukan senam pagi di Ranai, Natuna, Minggu (3/2/2020). Warga Natuna memberangkatkan keluarga dan kerabatnya menjauh dari lokasi observasi karena khawatir terpapar Virus Corona. 

NATUNA,TRIBUNBATAM.id - Warga Natuna memberangkatkan anaknya jauh dari lokasi observasi WNI dari Wuhan, Tiongkok.

Mereka khawatir dengan kabar virus Corona yang menjangkit di sejumlah negara di dunia.

Seperti diketahui, 237 WNI dari Wuhan diobservasi di area Bandara Lanud Raden Sajad, Ranai selama 14 hari.

Seorang warga Penagi, Ranai, Nata mengaku memberangkatkan anaknya ke Pulau Midai, jauh dari ibu kota Kabupaten Natuna itu.

Ketakutan itu tak hanya dirasakan Nata, juga warga lainnya.

Bukan tanpa alasan, mereka ingin melindungi diri dan keluarga dari penyebaran virus corona yang menggegerkan warga dunia, bahwa ribuan orang telah meninggal dunia akibat terpapar.

Berbeda halnya dengan ketakutan warga terhadap aktivitas ratusan WNI dari Wuhan di Ranai. Pantauan TribunBatam.id Senin (2/3/2020) sore hari di hanggar tempat ratusan WNI menjalani observasi terlihat sehat.

Mereka beraktivitas dengan ceria, bermain dan bercanda tawa bak tak ada peristiwa seperti yang menggemparkan warga natuna.

Di sore hari mereka tampak bermain games, dan berlari, hingga menjelang maghrib mereka usai beraktivitas.

Diketahui aktivitas mereka berjalan seperti biasa keseharian melalui hari-hari.

Kisah TNI/Polri Kawal Aksi Massa Tolak WNI dari Wuhan

Pratu Frengki terlihat duduk di bawa pohon untuk berlindung sejenak dari teriknya sinar matahari persis di depan kantor DPRD Natuna.

Meski terlihat santai, namun sikap dan pandangan prajurit Batalyon Komposit 1/Gardapati, Natuna.

Bersama anggota lainnya, mereka membantu proses pengamanan gelombang aksi massa yang menolak WNI dari Wuhan diobservasi di Natuna.

"Butuh tenaga ekstra. Bukan membantu mengangkat barang-barang ratusan WNI. Tapi menghalau massa aksi demonstrasi yang menolak. Dari pagi hingga malam, massa terus memadati pintu bandara, apalagi jelang kedatangan WNI," ujar Frengki, Senin (3/2/2020).

Frengki yang ikut terlibat waktu pengamanan di pintu bandara mengaku lelah tidak tidur sudah biasa baginya.

"Capek dan lelah hingga tidak tidur itu sudah biasa bagi kami, Bang. Namun perihal pengawalan seperti ini (virus corona) agak sedikit waspada juga, namanya juga virus kan tidak kelihatan. Kalau berperang melawan musuh sudah tugas," katanya.

Hal yang sama juga disampaikan seorang personel Polresta Natuna, Sijabat. Ia bertugas mengawal aksi demonstrasi massa unjuk rasa, Senin (3/2/2020) siang di Kantor DPRD Natuna.

"Saya sudah hampir 15 tahun bertugas di sini. Baru kali ini lah ada aksi demonstrasi yang besar oleh masyarakat. Banyak juga menyita tenaga personel yang berjaga. Saya sampai bilang ke istri dan keluarga jangan hubungi saya dulu iya, saya lagi bertugas," lanjut Sijabat bercerita.

Terkait maraknya informasi tentang ratusan WNI dari kota Wuhan yang merupakan sumber virus corona juga membuat keluarganya selalu sedikit waspada.

"Sebenarnya tidak begitu daruratnya, tapi masyarakat sudah sangat khawatir. Iya beginilah kami jadinya mengawal," ucapnya.

Pantauan TribunBatam.id, sepanjang jalan pintu kedatangan Bandara Lanud Raden Sajad, hingga ke kantor DPRD beberapa petugas tampak berjaga sejak pagi hari.

Mereka mengantisifasi gelombang massa yang berunjuk rasa.

Tidak hanya itu, bahkan pada saat pengawalan hingga siang hari sejumlah petugas gabungan dari personel Brimob Polda Kepri, TNI Al, dan TNI AD dari berbagai satuan terlihat mulai lelah.

Saat gelombang massa demonstrasi bubar mereka bahkan mengistirahatkan diri dibawah pohon dan beberapa gubuk yang ada.

Tolak WNI dari Wuhan Diobservasi di Natuna

Aksi unjuk rasa masyarakat Natuna terus memuncak. Tidak hanya di pintu Bandara Raden Sajad, gelombang masa terlihat di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri.

Pantauan TribunBatam.id, Senin (03/02/2020) pagi, di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Natuna ratusan masyarakat yang terdiri dari pemuda dan mahasiswa memenuhi halaman kantor DPRD.

Mereka menolak Natuna sebagai tempat observasi ratusan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, China Minggu (2/2/2020) kemarin.

"Kami meminta pemerintah segera menarik ratusan WNI yang ditempatkan di kampung kami, disini bukan tempat untuk penyakit," teriak orator Tiyan seorang mahasiswa STAI Natuna dengan suara lantang.

Teriakan itu pun sontak diikuti oleh ratusan demonstran lainnya. Aktivitas demonstrasi itu begitu riuh.

Mereka menggunakan alamamater kampus, tak kalah menarik ratusan demonstrasi baik ibu rumah tangga yang terlibat tak lupa menggunakan masker.

"Pemerintah tolong lah pikirkan kami warga Natuna. Kami tidak meminta mereka keluar Natuna, namun setidaknya mereka jangan ditempatkan di dekat permukiman warga. Setidaknya mereka diletak di KRI di sebuah pulau lah," ujar seorang warga lainnya, Nata.

Kata dia, WNI dari Wuhan yang menjalani observasi tidak jauh dari rumah yang ia tinggali.

"Tempat ratusan WNI itu di hanggar Bandara, tidak jauh dari permukiman warga. Terus tadi pagi mereka beraktivitas berolahraga, radius mereka tinggal kan sangat dekat," lanjut Nata yang tinggal di Penida, Ranai tidak jauh dari lokasi WNI di karantina.

Akibat hal itu, kata dia ratusan warga Penida, Ranai meninggalkan rumah masing-masing.

Alasan Dipilihnya Natuna

Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo mengatakan, penempatan sementara bagi WNI dari Wuhan di Natuna tersebut bukanlah tanpa alasan.

Sebab, mereka nantinya akan ditempatkan sementara di hanggar milik Lanud Raden Sadjad.

Di hanggar ini lokasinya terbilang cukup luas, sehingga para WNI yang menjalankan karantina bisa melakukan segala aktivitasnya dengan nyaman tanpa bersinggungan langsung dengan masyarakat.

"Bahkan lokasinya juga terbilang jauh dengan bandara sipil, jadi tidak ada yang perlu dicemaskan."

"Yang terpenting para WNI tersebut bisa berolahraga dengan suasana alam yang masih alami," kata Doni.

Masa karantina dilakukan lebih kurang selama 15 hari dan setelahnya para WNI bisa dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing.

Diwartakan sebelumnya pesawat Batik Air yang mengangkut ratusan WNI dari Wuhan sudah mendarat di Bandara Hang Nadim Batam, Minggu (2/2/2020).

Pantauan TribunBatam.id, Minggu (2/2/2020) pagi sekira pukul 08:40 WIB, pesawat Airbus 330-300CEO mendarat.

Tampak ratusan WNI dan petugas yang keluar dari dalam pesawat mengenakan seragam alat pengaman diri (APD) bak pakaian astronot.

Mereka langsung bertukar pesawat menuju 3 unit pesawat evakuasi milik TNI AU jenis Pesawat Hercules C130 dan pesawat Boeing 737-400 milik TNI AU.

Sebelum mereka diberangkatkan, dari informasi yang dihimpun ratusan WNI dilakukan pemeriksaan kesehatan.

Para WNI selanjutnya akan diterbangkan ke Natuna menggunakan tiga pesawat TNI AU.

Ketiga pesawat tersebut, dua unit berjenis boeing dan satu unit berjenis hercules.

Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Lanud Hang Nadim Batam Mayor Wardoyo mengatakan, pihaknya mempersiapkan tiga pesawat tersebut atas perintah Presiden Joko Widodo dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto

Rencananya, saat 245 WNI tersebut tiba di Hang Nadim akan langsung dilakukan pemeriksaan di dalam pesawat.

"Jadi mereka tidak turun lagi ke bandara, dari pesawat ke pesawat dan langsung diterbangkan ke Natuna," kata Wardoyo saat ditemui di ruang VVIP Bandara Hang Nadim.

Dikatakan Wardoyo, untuk persiapan di dalam maupun di luar pesawat sudah disiapkan dari sekarang.

Setiap unit pesawat juga disediakan tenaga medis untuk bersiaga sewaktu-waktu.

Pesawat Milik TNI AU yang direncanakan akan mengangkut WNI yang dievakuasi Pemerintah Indonesia dari China telah tiba di Bandara Udara Hang Nadim Batam.

Kedatangan pesawat evakuasi milik TNI AU Tersebut sekitar 20:36 WIB, dengan diawali oleh kedatangan Pesawat Hercules C130.

Setelah kedatangan pesawat Hercules milik TNI AU tersebut disusul kedatangan pesawat Boeing 737-400 milik TNI AU.

Dari pantauan Tribun Batam pada Sabtu (1/2/2020) malam di dekat pagar Hanggar bandara Udara Hang Nadim terlihat terlihat setelah sampai dan terparkir rapi ketiga pesawat tersebut melakukan pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM).

Terlihat juga petugas kesehatan dan anggota TNI AU sedang sibuk menurunkan barang dari pesawat yang tiba tersebut.

Rombongan Warga Negara Indonesia (WNI) yang dipulangkan dari China, akan langsung dibawa ke Natuna setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan di Batam.

Sementara itu, para suami dan pemuda setempat di Natuna terus melakukan aksi demonstrasi penolakan terhadap kedatangan ratusan WNI.

Hingga kini gelombang massa dikabarkan terus memuncak, dan memadati pintu AURI Lanud Raden Sajad, Minggu (02/02/2020) siang.

Tak Ada Libur Sementara, Mendagri Minta Proses Belajar di Natuna Tetap Normal

Tidak Hanya di Pintu Bandara Raden Sajad, Massa Tolak WNI dari Wuhan Datangi Kantor DPRD Natuna

Aksi penolakan terus memanas hingga warga melakukan aksi bakar ban karet di lokasi tersebut.

"Para ibu-ibu sembunyi dan ngumpet masuk rumah masing-masing, takut terkena virus. Sebab sebentar lagi pesawat akan mendarat," ujar seorang warga Natuna, Wifit saat dihubungi.

Berbeda halnya dilokasi aksi demonstrasi, ratusan para warga saling dorong dorongan.

"Sudah dari kemarin aksi warga, jumlah massa terus berdatangan. Bahkan aksi dorong-dorongan tak terhindarkan," ujar seorang petugas bandara kepada Tribun.

Kata dia warga menolak kebijakan penempatan ratusan WNI yang akan di karantina di Natuna.

Polda Kepri berharap, masyarakat dapat menerima WNI yang baru saja dipulangkan ke tanah air.

"Bagaimanapun mereka saudara kita, warga Indonesia juga, jadi sudah saatnya kita saling membantu dan memberikan dukungan,"ungkap Kabid Humas Polda Kepri Kombes Pol Harry Goldenhardt di Bandara Hang Nadim, Minggu (2/2/1010).

Ia menegaskan, WNI yang dikarantina di Natuna dalam kondisi sehat.

Sebab, sebelum dievakuasi ke Batam, seluruh WNI telah diperiksa dan dinyatakan sehat.

"Kalau tidak sehat, pasti tidak diperbolehkan keluar oleh pemerintah China. Karena sehatlah, makanya diperbolehkan keluar dari China," ucapnya.

19 Daerah Teridentifikasi Rawan Virus Corona

Kementerian Kesehatan merilis ada 19 daerah di Indonesia yang teridentifikasi rawan virus corona.

Dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Senin (3/2/2020), Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengungkapkan belasan daerah itu merupakan wilayah yang memiliki akses langsung dengan China.

"Telah diidentifikasi 19 daerah berisiko yang memiliki akses langsung dari dan ke Tiongkok baik melalui darat laut dan udara," katanya di ruang Rapat Komisi IX DPR, Senayan, Jakarta seperti dilansir Tribunnews.com.

Meski terbilang rawan, pihaknya menggandeng sejumlah stakeholder lain dalam melakukan langkah dalam mencegah akses pintu masuk penyebaran virus Corona.

"Upaya deteksi dini yang saat ini adalah upaya cegah tangkal di pintu masuk negara. Tersedia dan berfungsinya sudah dilakukan pengecegahan dengan 195 thermal scanner di 135 pintu masuk negara," ujarnya.

Ia mengatakan pemerintah tidak hanya melakukan persiapan cegah-tangkal di jalur darat, laut dan udara semata.

Namun, persiapan logistik untuk mencegah masuknya virus Corona juga dilakukan, di antaranya penyediaan thermal scanner, masker n-95, hingga APD.

Bukan hanya itu, pihaknya juga menyiapkan 100 rumah sakit yang telah berpengalaman sebagai rumah sakit rujukan virus flu burung.

"Kesiapan rumah sakit rujukan penyakit infeksi emerging perlu dilakukan maping ulang karena 100 RS rujukan flu burung ini ditetapkannya pada 2007. Jadi perlu cek dan recheck semuanya," kata Terawan.

Ketum IDI: Tak Seganas SARS dan Flu Burung

Wabah Virus Corona tidak seganas SARS dan Flu Burung yang pernah terjadi pada sejumlah negara di dunia.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng Faqih, yang diunggah dalam kanal YouTube Talk Show tvOne seperti dikutip Tribunnews.com, Senin (3/2/2020).

Ia menegaskan, Pemerintah Indonesia juga sudah berpengalaman menanggulangi dan mengantisipasi seperti virus flu burung.

Seperti diketahui, 238 Warga Negara Indonesia (WNI) yang divakuasi dari Wuhan, China menjalani masa observasi di Natuna, Kepulauan Riau selama 14 hari sejak Minggu (2/2/2020).

"Corona ini tidak lebih ganas dari virus itu. Dari angka kematian, virus corona data terakhir yang terjangkit ada 14.000, angka kematian 300 sekian," ungkapnya.

Angka kematian yang terjangkit virus corona, menurutnya tak sebanding dengan flu burung.

"Artinya sekitar belum ada 5% dibanding flu burung yang bisa mencapai 80% angka kematian. Dibandingkan dengan SARS yang bisa mencapai sekitar 50%," ucapnya.

Daeng Faqih meminta masyarakat tidak perlu terlalu khawatir terhadap penyebaran virus corona.

Ia menyebut virus corona tidak seperti SARS dan flu burung yang harus ditakuti dan benar-benar dilindungi.

"Misalnya masker yang betul-betul ketat. Dengan masker biasa yang kita pakai sehari-hari itu masyarakat sudah terlindungi. Asal dipakai dengan benar," ujarnya.

Sementara itu, Daeng kembali menegaskan penyebaran virus corona tidak secepat penyebaran SARS dan flu burung.(TribunBatam.id/Bereslumbantobing)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved