VIRUS CORONA
Masa Observasi WNI dari Wuhan Selesai, Hanggar Lanud Raden Sajad Natuna Disterilisasi
Hanggar Lanud Raden Sajad, Ranai, Kabupaten Natuna disterilisasi usai masa observasi 238 WNI dari Wuhan selesai dilakukan, Sabtu (13/2/2020).
Namun semua itu memberikan pengalaman berharga bagi gadis cantik asal Kendari itu. Kepada Tribun, Sabtu (15/2/2020), Yayu mengatakan, secarik kertas tak cukup menggoreskan cerita hari-hari yang dilalui ratusan WNI saat menjalani masa observasi di Lanud Raden Sajad, Ranai, Natuna.
Mulai dari awal perjalanan saat pemerintah indonesia menjemput 238 WNI dari Wuhan Provinsi Hubei, China, membuat mereka sudah mulai saling mengenal satu sama lain.
Hubungan itu kemudian menjadi semakim akrab sebagai orang-orang sepenasiban ketika diisolasi di sebuah pulau.
Ruang gerak terbatas di dalam sebuah hanggar serta berbagai cerita di luaran yang sulit mereka terima terkait virus itu.
• Yakin Belum ada Warga di Indonesia Positif Virus Corona, Terawan: Doa Jadi Hal Utama
• Lukita Sebut Ekonomi Batam Terpuruk Akibat Corona, Pemerintah Jangan Tinggal Diam
“Jadi, kita ini seperti virus yang bisa menyebar, padahal tidak. Saya tahulah gejala virus bagaimana, nggak sia sia dong saya jadi mahasiswa kedokteran,” kata Yayu sambil tersenyum.
Namun walau bagaimanapun, Yayu dan seluruh kawan-kawannya bersyukur telah melewati pengalaman berharga ini.
Yayu pun bercerita perasaan awal saat menjalani serangkaian evakuasi dari Wuhan membuat hati dan perasaannya bercampur-aduk.
"Ya, mungkin karena pertama kali dijemput pemerintah, terus satu pesawat dengan warga Indonesia. Kesannya itu beda jika kita pulang sendiri," ujarnya.
Itu baru awalnya. Setelah sembilan jam terbang, mereka sampai di Bandara Hang Nadim Batam dengan pengawalan ketat.
Lalu pindah pesawat dan terbang lagi menuju Natuna.
Yang membuatnya merasa aneh saat proses evakuasi itu adalah perlakuan petugas yang menyambut di bandara Batam.
Seluruh petugas menggunakan pakaian seperti astronot, mereka disemprot disinfektan anti-virus, “Iya aneh saja rasanya. Kok seram banget ya,” ucap Yayu.
Setelah itu, Yayu bersama 237 WNI lainnya serta petugas penjembut dan pramugari Batik Air mulai menjalani karantina di dalam hanggar di Lanud Raden Sajad.
“Semua aktivitas yang kita lakukan berbeda banget dengan aktivitas kita biasa di kampus maupun di kampung halaman. Tiga kali kesehatan diperiksa setiap hari, diberi vitamin dan aktivitas lainnya terjadwal hingga selama 14 hari.”
Menariknya, selama 14 hari itu, mereka justru semakin akrab dan saling mengenal satu sama lain. Bahkan, ada juga yang memunculkan benih-benih cinta di antara mereka.