VIRUS CORONA DI BATAM

1 Jenazah Butuh Rp 3 Juta, Alokasi Dana Pemakaman Pasien Covid-19 di Batam Sebesar Rp 1,5 Miliar

Alokasi anggaran untuk pemakaman pasien Covid-19 mencapai Rp 1,5 Miliar. Untuk pemakaman 1 pasien membutuhkan biaya Rp 3 juta.

TRIBUNBATAM.ID/ALAMUDIN HAMAPU
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Didi Kusmarjadi. Pemko Batam menyediakan anggaran hingga Rp 1,5 Miliar untuk proses pemakaman pasien virus COrona. Untuk proses pemakaman satu pasien, setidaknya memerlukan biaya Rp 3 juta. Foto diambil Senin (23/3/2020). 

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Alokasi dana pemakaman pasien Covid-19 di Batam sebesar Rp 1,5 Miliar.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Didi Kusumarjadi mengatakan, proses pemakaman satu pasien Covid-19 yang meninggal dunia menghabiskan biaya hingga Rp 3 juta.

Dana itu menurutnya sudah meliputi peti jenazah, proses wrapping yang ditanggung dalam anggaran itu.

"Untuk biaya, dapat dari Dinsos, Rp1,5 miliar. Satu jenazah, sekitar 3 juta. Seperti pasien 01 kemarin semuanya ditanggung," ucapnya saat menghadiri rapat pembahasan terkait penanganan virus Corona bersama DPRD Batam, Kamis (2/4/2020).

Ia mengatakan, berdasarkan hasil rapat dengan dengan Gugus Tugas, yang akan menangani proses pemakaman pasien virus Corona yang meninggal adalah Dinas Perkimtan (Perumahan Rakyat, Pemukiman dan Tanaman).

Sementara untuk tenaga kesehatan honorer yang membantu penanganan virus Corona, diakui sudah dimasukkan dalam BPJS.

Peserta dari tenaga kesehatan ditanggung APBD. Demikian untuk biaya perawatan yang positif dan negatif, ditanggung pemerintah.

"Bila hasilnya negatif, diklaim rumah sakit ke kementerian Kesehatan," ujarnya.

Didi menyampaikan jika kesiapan di Pemko Batam, mulai penanganan yang mulai dari PDP hingga positif Corona.

"Semua swasta sudah bersedia membantu dengan lima atau enam tenaga perawatnya," kata Didi.

Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Batam, Tumbur M Sihaloho menegaskan, dalam rakor bersama Dinkes Kota Batam ini harus bisa menjelaskan penanganan pasien Covid-19 di Batam. Baik dari awal sampai prosedur finish.

Tumbur juga meminta agar orang yang dinyatakan pneumonia, namun setelah keluar hasil pemeriksaan dan dinyatakan negatif, harus disampaikan kepada keluarga dan masyarakat.

"Sehingga tidak menimbulkan pertanyaan ditengah masyarakat. Kita dengar dulu, dari OPD yang hadir. Paparan Dinkes dan RSUD untuk penanganan di Batam kita dengar, agar nanti lebih cepat pembahasan. Jadi Dinkes paparkan dulu apa yang akan disampaikan dan dilakukan," kata Tumbur, Senin (2/4/2020).

Menurutnya, dalam penanganan virus Corona ini, Puskesmas menjadi ujung tombak. Hanya saja dinilai, sampai saat ini tidak ada kemudahan yang diterima masyarakat, dalam mendapat pelayanan di Puskesmas.

"Kalau masyarakat mau membeli masker saja sulit, bagaimana? Jangan sampai pelayanan menimbulkan masyarakat panik. Perawat di Batam juga, ada yang berkompetensi. Tapi yang berkompeten, tidak melayani dengan baik, sehingga menyebabkan pasien takut datang, sehingga terlantar," paparnya.

Terkait permintaan dewan agar inisial warga yang masuk PDP dan kemudian dinyatakan negatif, agar diumumkan juga.

"Yang negatif akan kita umumkan dengan inisial," janji Didi.

87 Napi dan Warga Binaan Anak di Kepri Dapat Asimilasi terkait Covid-19 Kamis (2/4), Ini Rinciannya

Direktur RSUD Embung Fatimah Ungkap Kendala Peningkatan Fasilitas Ruangan untuk Pasien Covid-19

Tambah Ruang Isolasi di RSUD Embung Fatimah

Wabah Corona Virus (Covid-19) telah merebak ke penjuru tanah air. Bahkan berbagai daerah telah membentuk tim gugus tugas percepatan penanganan Covid-19, tak terkecuali Kota Batam.

Hingga Senin (23/3/2020) tercatat sudah ada sebanyak 3 pasien di Batam yang dinyatakan positif Covid-19.

Hal itu diumumkan langsung oleh Ketua Tim Gugus Percepatan Penanganan Covid-19 di Batam, Amsakar Achmad didampingi Kadinkes Batam serta beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Batam di belakang Gedung Wali Kota Batam di Jalan Engku Putri, Batam Center, Senin (23/3/2020) sore.

Pasien yang diumumkan sekaligus menjadi kasus ketiga kasus positif Covid-19 di Batam dari dua pasien sebelumnya.

Kendati jumlah pasien positif Covid-19 bertambah di Kota Batam, upaya percepatan penanganan juga disejalankan dengan penambahan ruang isolasi di rumah sakit.

Dalam konferensi pers itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Didi Kusmarjadi mengatakan telah mempersiapkan berbagai langkah kemungkinan yang akan ditempuh untuk percepatan penanganan kasus Covid-19.

Bahkan saat ini, Pemko Batam telah menyiapkan ruang isolasi sebanyak 44 kamar tidur di Gedung Kirana, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah (EF) Kota Batam.

Penambahan ruang isolasi juga disejalankan dengan peningkatan jumlah tenaga medis.

"Kemarin sudah kita kumpulkan seluruh direktur rumah sakit yang ada di Batam. Kita minta agar setiap rumah sakit menyiapkan 4 sampai 8 orang tim medis untuk penanganan Covid yang akan bertugas di Gedung Kirana," ujarnya.

Sebab jika berdasarkan kebutuhan jumlah tim medis, diperkirakan mencapai 90 hingga 100 orang medis.

"Dari Dinkes sendiri sudah menyiapkan 30 tenaga tim medis dan dari provinsi ada 10 orang," sebutnya.

Didi melanjutkan, akibat keterbatasan tim medis yang dimiliki beberapa rumah sakit yang ada di Kota Batam, pihaknya menerapkan sistem gotong-royong untuk tim medis dalam penanganan pasien Covid-19.

Hanya saja, kata Didi saat ini pihaknya sedang mendorong kelengkapan alat dan merombak Gedung Kirana Terpadu RSEF dengan menggunakan dana CSR yang diperoleh.

Gedung Kirana Terpadu, Rumah Sakit Umum Daerah Embung Fatimah (RSUD EF) Kota Batam dibangun dengan gedung dua lantai, tepat di depan kamar jenazah rumah sakit.

Gedung tersebut akan digunakan untuk ruang rawat inap khusus penyakit menular.

Pembangunan gedung dua lantai yang menggunakan anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 6,9 miliar itu, baru saja rampung dibangun dan menjadi ruang pertama pasien terpapar Covid-19 diisolasi.

Minta Warga Tak Berlebihan

Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmarjadi membantah kabar jika semua orang yang pernah kontak dengan PDP positif rapid test di Batam yang meninggal dunia Senin (30/3/2020) harus lapor otoritas kesehatan.

Didi menilai, informasi tersebut terlalu berlebih-lebihan.

Sebab menurutnya, masa inkubasi sesuai standar World Health Organization (WHO) hanya 14 hari, sejak terakhir bertemu dengan guru berinisial VMG.

"Kalau sudah lewat masa inkubasinya tidak perlu lagian ini kan belum tentu," ujar Didi Rabu (1/4/2020).

Didi mengakui, sesuai hasil rapid test memang benar VMG positif terpapar Corona.

Hanya saja, rapid tes bukan akhir dari test yang akurat.

Cara Membuat Masker Kain Berstandar Menurut Ahli, Murah dan Bisa Cegah Penularan Corona

Jarang Terjadi, Fenomena Pelangi Datar Tertangkap Kamera di Danau Sammamish

Yang lebih akurat, adalah hasil swab dan pemeriksaan laboratorium secara komprehensif.

Kepastian yang valid penyebab meninggal VMG masih menunggu.

"Hanya rapid tes reaktif saja. Hasil swab belum keluar. Kita imbau jangan informasi bikin takut orang saja. Rapid test reaktif bukan berarti positif covid, tetap hasil swab yang dipakai dan masih menunggu dari Litbangkes," jelasnya.

Didi menjelaskan, Rabu (18/3/2020) VMG sempat masuk RS Elisabeth Batam Center.

Lantaran hasil rapid tes positif, maka dirujuk RSUD Embung Fatimah Jumat (27/3/2020) sebagai RS rujukan Corona yang ditetapkan pemerintah.

Sebelum meninggal, VMG sempat mengalami keluhan batuk, demam, dan sesak napas. (*/TribunBatam.id/Roma Uly Sianturi/Bereslumbantobing/Alamudin Hamapu/Leo Halawa)

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved