VIRUS CORONA

FAKTA Baru Pandemi Corona, Ilmuwan Inggris Sebut Bukan di Wuhan Virus Pertama Kali Merebak

Penelitian Universitas Cambridge, menggunakan algoritma matematika yang dapat memetakan pergerakan organisme memperkirakan Sars-CoV-2 bukan dari Wuhan

kompas.com
People wear masks as they walk in an empty street after Chinese New Year celebrations were cancelled in Beijing, China, 25 January 2020. On 25 January, the National Health Commission of China confirmed the death toll from the Wuhan coronavirus outbreak has risen to 41 with 1,287 cases of patients infected as of 24 January. EPA-EFE/WU HONG (WU HONG) 

Tetapi ada ratusan mutasi antara Sars-CoV-2 dan yang ada di Yunnan, dan virus corona biasanya memperoleh satu mutasi per bulan.

Oleh karena itu beberapa ilmuwan menduga virus itu mungkin telah menyebar dengan tenang pada hewan inang dan manusia selama bertahun-tahun untuk secara bertahap berevolusi menjadi bentuk yang sangat adaptif yang dapat menginfeksi manusia.

Pencarian pasien nol sangat penting untuk mengetahui lompatan dari strain yang tidak berbahaya ke patogen yang mematikan, menurut tim Cambridge.

China Revisi Angka Kematian Pasien Covid-19

Di tengah dugaan ketidakakuratan data Covid-19 China, Xinhua melaporkan, China telah merevisi jumlah resmi korban meninggal akibat virus corona, dengan menambahkan 1.290 angka kematian di Wuhan.

Wuhan merupakan kota tempat virus pertama kali muncul Desember lalu.

Tambahan itu, yang dilaporkan oleh media pemerintah pada hari Jumat, menjadikan angka kematian nasional menjadi 4.636, mayoritas berasal dari provinsi Hubei, lokasi Wuhan berada.

Menurut laporan tersebut, semua kematian tambahan dihitung di Wuhan dan keterlambatan pelaporan kematian disebabkan beberapa alasan.

Pertama, beberapa pasien meninggal di rumah tanpa pergi ke dokter atau sedang diuji untuk virus di mana rumah sakit kewalahan selama puncak epidemi.

Kedua, ada pelaporan terlambat dan tidak lengkap karena pekerja medis dan lembaga sedang sibuk merawat pasien selama epidemi.

Ketiga adalah rumah sakit yang ditunjuk untuk merawat pasien diperluas ke institusi di tingkat kota dan kabupaten, termasuk rumah sakit swasta, dan tidak semua terhubung dan memberi informasi yang tepat waktu ke jaringan epidemi pusat.

Langkah China kemungkinan akan memicu spekulasi tentang keakuratan datanya, yang telah dipertanyakan oleh Presiden AS Donald Trump.

Para pejabat intelijen Amerika telah menyimpulkan bahwa China menyembunyikan tingkat penyebaran dan jumlah kasus dan kematian yang tidak dilaporkan.

Bulan lalu, foto-foto ribuan guci abu yang diangkut ke rumah duka di Wuhan beredar di platform media sosial China, meningkatkan kekhawatiran bahwa jumlah sebenarnya kematian di kota tempat virus pertama kali muncul lebih tinggi daripada yang diakui secara resmi.

Mengutip Bloomberg, China membantah tuduhan bahwa mereka sengaja mengecilkan jumlah korban.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved