VIRUS CORONA

FAKTA Baru Pandemi Corona, Ilmuwan Inggris Sebut Bukan di Wuhan Virus Pertama Kali Merebak

Penelitian Universitas Cambridge, menggunakan algoritma matematika yang dapat memetakan pergerakan organisme memperkirakan Sars-CoV-2 bukan dari Wuhan

kompas.com
People wear masks as they walk in an empty street after Chinese New Year celebrations were cancelled in Beijing, China, 25 January 2020. On 25 January, the National Health Commission of China confirmed the death toll from the Wuhan coronavirus outbreak has risen to 41 with 1,287 cases of patients infected as of 24 January. EPA-EFE/WU HONG (WU HONG) 

TRIBUNBATAM.id - Penelitian Universitas Cambridge, menggunakan algoritma matematika yang dapat memetakan pergerakan organisme memperkirakan Sars-CoV-2 bukan dari Wuhan tapi lebih ke arah selatan sekitar September 2019.

 

Para peneliti menganalisis sejumlah besar strain dari seluruh dunia memperkirakan awal wabah Sars-CoV-2 terjadi di rentang waktu 13 September 2019 dan 7 Desember 2019.

"Virus ini telah bermutasi menjadi lebih efisien tinggal di tubuh manusia berbulan-bulan, tetapi tetap di dalam kelelawar atau hewan lain atau bahkan manusia selama beberapa bulan tanpa menulari orang lain," kata ahli genetika Universitas Cambridge, Peter Forster, Kamis (16/4/2020) seperti dilansir South China Morning Post.

"Kemudian, ia mulai menginfeksi dan menyebar di antara manusia antara 13 September dan 7 Desember, menghasilkan jaringan yang kami sajikan dalam [jurnal] Prosiding National Academy of Sciences [PNAS]."

Tim menganalisis strain menggunakan jaringan filogenetik - sebuah algoritma matematika yang dapat memetakan pergerakan global organisme melalui mutasi gen mereka.

Penelitian Universitas Cambridge, masih berusaha untuk menentukan lokasi pasien nol, dan berharap bantuan dari para ilmuwan di China, tetapi beberapa tanda awal mendorong mereka untuk melihat ke daerah di selatan Wuhan, di mana infeksi virus corona pertama kali dilaporkan pada bulan Desember.

"Apa yang kami merekonstruksi dalam jaringan adalah penyebaran signifikan pertama di antara manusia," kata Forster.

Tim Cambridge baru-baru ini menjadi berita utama internasional dengan sebuah makalah tentang sejarah evolusi virus.

Diterbitkan di PNAS bulan ini, ditemukan bahwa sebagian besar strain yang diambil sampelnya di Amerika Serikat dan Australia secara genetik lebih dekat dengan virus kelelawar daripada strain yang lazim pada pasien dari seluruh Asia Timur, dan jenis virus utama Eropa adalah keturunan dari varian Asia Timur.

Dibuka 20-23 April 2020, Begini Cara Daftar Kartu Pra Kerja Gelombang 2, Akses PraKerja.go.id

Sejumlah Tokoh Ramai-ramai Gugat Perppu 1/2020, Ini 6 Pasal yang Digugat hingga Respons Istana

Tapi studi ini hanya berdasarkan analisa 160 strain pertama yang dikumpulkan setelah akhir Desember 2019,  sampel yang kecil hingga menghambat peneliti untuk menentukan kapan dan di mana sebenarnya wabah pertama.

Dalam penelitian terbaru mereka, Forster dan rekan-rekannya dari beberapa lembaga termasuk Institute of Forensic Genetics di Munster, Jerman, memperluas basis data dengan 1.001 sekuens genom penuh berkualitas tinggi yang dirilis oleh para ilmuwan di seluruh dunia.

Semakin banyak strain yang dianalisis, semakin tepat mereka dapat melacak asal mula penyebaran virus global.

Dengan menghitung mutasi, akan diketahui orang pertama terinfeksi oleh strain yang paling dekat dengan virus kelelawar.

Sars-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, berasal dari kelelawar. 

96 persen gen Sars-CoV-2 identik dengan virus corona yang diisolasi oleh para ilmuwan Tiongkok dari kotoran kelelawar di Provinsi Yunnan pada 2013.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved