RAMADHAN DI ANAMBAS

Jelang Ramadhan, Harga Cabai Rawit di Anambas Tembus Rp 20 Ribu Per Ons

Harga cabai rawit di Anambas tembus Rp 20 ribu per ons. Pedagang kesulitan mendapatkan cabai saat ini dan mengandalkan petani lokal

banjarmasinpost
ilustrasi Cabai rawit. Harga cabai di Anambas tembus Rp 20 ribu per ons jelang Ramadhan 

TRIBUNBATAM.id, ANAMBAS - Harga cabai di pasar Anambas tembus Rp 20 ribu per ons-nya jelang Ramadan yang tinggal beberapa hari lagi.

Diketahui, stok cabai saat ini memang sedang kosong di pasaran akibat kapal sembako yang biasa membawa kebutuhan dari luar Anambas tak masuk.

Seorang penjual cabai di Pasar Inpres Anambas mengatakan, ia memperoleh cabai dari petani lokal.

"Ini cabai sudah saya pesan. Dari pagi banyak yang berebut, tinggal ini aja cabainya sudah mau habis juga," kata Lastri, Senin (20/4/2020).

Di tengah sulitnya mendapati cabai di pasar, pedagang menjual cabai per ons dengan harga Rp 15 ribu. Untuk kualitas cabai pun sudah kurang bagus, karena sedikit layu dan kering, dan sudah tidak segar.

Harga-harga Sembako Termasuk Gula, Cenderung Melonjak karena Pandemi Virus Corona

Posko Covid-19 di Jemaja Anambas Diserang, Tiga Remaja Jadi Pelaku, Ini Motifnya

Sementara itu di tempat yang berbeda, ada pedagang yang menjual cabai hijau dengan harga Rp 10 ribu per ons-nya, stoknya pun tidak banyak. Untuk harga cabai rawit ada yang menjual Rp 20 ribu per onsnya.

Terlebih dengan keadaan seperti ini, masyarakat tidak bisa memilih cabai yang segar atau tidak. Mereka tetap membeli cabai yang ada.

"Mau tidak mau tetap dibeli dek, ini aja sampai berebut tadi beli cabai, takut tidak kebagian," ucap Ana salah satu pembeli.

Cabai Merah

Stok cabai merah di Pasar Inpers dan Pasar Tarempa di Anambas kosong. Kosongnya stok cabai ini membuat masyarakat sementara waktu beralih ke cabai kering dan cabai hijau atau rawit.

Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop Kepulauan Anambas Dahlia Harisa, membenarkan adanya kekosongan beberapa kebutuhan komoditi seperti cabai merah dan tomat.

"Karena kapal yang biasanya membawa kebutuhan pokok dan sayur dari Tanjungpinang sementara waktu tidak masuk. Makanya beberapa kebutuhan masyarakat jadi langka," kata Dahlia saat dihubungi melalui telepon, Jumat (17/4/2020).

Daftar Pandemi Paling Mematikan dalam Sejarah, Termasuk HIV AIDS dan Flu Spanyol

Kapal Selam TNI AL Indonesia Buat Ciut Nyali Militer Australia, Kapalnya Hilang Tak Terlacak

Dahlia mengungkapkan, di Anambas sendiri ada beberapa petani yang menanam cabai namun tidak banyak. Ketika ditanya apa langkah yang akan diambil Disperindagkop terkait ketersediaan kebutuhan masyarakat selama kapal tidak masuk, Dahlia mengatakan dinas pertanian yang lebih tahu.

"Coba tanya orang pertanian kenapa tidak mau kasih masukan ke petani untuk lebih banyak nanam cabai merah panjang," ucapnya.

Terpisah, Kepala Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan (DP3) Effi Sjuhairi mengatakan, untuk wilayah Siantan sendiri petani cabai sempat ada. Namun karena hasil panen yang kurang baik hingga kini tidak dilanjutkan penanamannya.
Hanya di Kecamatan Jemaja saja para petani cabai lancar menghasilkan cabai.

"Di sini tidak ada yang menanam cabai merah, yang ada itu di Jemaja, ada sekitar 2 hektare lahan yang digunakan masyarakat untuk menanam cabai, kalau memungkinkan Minggu depan mereka akan panen," ujar Effi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved