HUMAN INTEREST

CURHAT Ketua RT Selama Pencairan Bantuan Pemerintah, Ade Leida : Kena Teror Warga Sampai Mau Nangis

Ade Leida, seorang Ketua RT di Patam Lestari mengaku tertekan sebulan terakhir saat penyaluran dan pencarian bantuan sosial.

Penulis: Beres Lumbantobing |
TRIBUNBATAM.id/BERES LUMBANTOBING
Ketua RT 04 RW 13, Ade Leida Ketsiah Kaka Li Uang 

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Penyaluran bantuan sosial dalam sebulan terakhir cukup menyita perhatian masyarakat, bahkan keluh kesah hingga rasa senang mewarnai penerima bantuan sosial.

Tak hanya bantuan paket sembako covid-19 dari Pemko Batam, bahkan sejumlah bantuan sosial lainnya.

Sepekan terakhir, berbagai jenis bantuan mulai dikucurkan oleh pemerintah, ada Bantuan Sosial Tunai (BST) ada Program Keluarga Harapan (PKH), Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan BLT.

Polemik pembagian bantuan sosial itu bahkan tak berkesudahan, banyak warga yang komplain.

Di antara warga bahkan ada yang menyalahkan perangkat RT dan RW yang tidak objektif dalam melakukan pendataan.

"Tidak taulah mau bagaimana, dikit-dikit kami yang disalahkan. Kami yang diteror, padahal kami sudah bekerja," kata seorang ketua RT, Ade Leida saat mendampingi warganya yang hendak melakukan pengambilan Bantuan Sosial Tunai (BST) di Kantor Pos Sekupang, Selasa (19/5/2020).

JADWAL Belajar di Rumah & Libur Lebaran Berakhir 1 Juni, Siswa Batam Masuk Sekolah Lagi?

Bahkan Ade Leida sapaan Ida mengaku tertekan sebulan terakhir saat penyaluran dan pencarian bantuan sosial.

Bukan tanpa alasan, kata Ida, ada bantuan koordinasinya sama RT langsung.

Bahkan pencairan bantuan sosial pusat pun kordinasinya ke RT.

"Apa saya tak pusing, ditelpon warga, didatangi warga. Datang-datang bilang, mana jatah bantuan kami, sementara mereka tidak terdata," ujar Ida.

Tidak hanya itu, sederet cerita perjuangan RT sebagai ujung tombak pendataan penerima bantuan sosial menjadi cerita momok bagi Ida.

Bahkan Ida mengaku sehari-hari menghabiskan waktu hanya untuk mengurusi masalah bantuan sosial.

"Beragam lah pokoknya, pening saya. Saya kadang hampir menyerah, untung suami sering bilang. Sabar, jadi RT itu adalah pengabdian," kata Ida menceritakan perjuangannya.

"Gaji tak seberapa, kerja bahkan 24 jam. Udah gitu kena teror warga terus. Nasib RT beginilah, dikira enak," kata Ida.

Ida mengatakan, di RT 04 RW 13 tempat dia tinggal ada 238 KK.

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved