HIKMAH RAMADHAN

Ramadhan dan Introspeksi Diri 

Puasa Ramadhan bisa menjadi saatnya melakukan instropeksi diri apakah puasa kita memang penuh keimanan atau hanya sekedar tradisi.

ISTIMEWA
Effendy Asmawi Alhajj 

Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjelaskan tentang “ghibah” itu sebagai  penggunjingan yang membuat orang lain terganggu. (HR Muslim).

Jadi bentuk ghibah ini tidak sekedar prasangka (su-udzdzan) dan mencari-cari kesalahan (tajassus) melainkan telah membuka siaran baru dengan frekuensi gelombang hasut yang penuh dengan kebencian, sehingga Allah mengumpamakan tukang “ghibah” sebagai seorang kanibalis yang memakan daging saudaranya yang telah mati (QS. 49:12). 

Oleh sebab itu Ramadhan datang, memberikan refresing mental terhadap sifat dan sikap negative yang membuahkan permusuhan, hindari sesuatu yang tidak baik apalagi dosa, demikian sapaan Ramadhan kepada kita semua. 

Ia ingin menanamkan nilai-nilai “muakh-khah”/ persaudaraan sebagai refleksi dari keimanan kita. 

Ayo kita bangun paradigma baru kehidupan, dengan bersungguh-sungguh melaksanakan seluruh amaliah Ramadhan, hindari permusuhan dan persengketaan di antara kita, dengan konsep Rasul Saw”Inni sha-Im” (saya sedang puasa, bung)!

Dengan demikian insya Allah akan tercipta diantara kita rasa aman, kondusif dan menyenangkan diantara kita, semoga! Wallahu a’lam. 

Ujian Kesabaran 

“Hai orang yang beriman, bersabarlah kamu. Kuatkan kesabaranmu itu dan tetaplah siaga serta bertawakkalah kepada Allah supaya kamu beruntung”.. (QS. 3:200). 

Ramadhan datang lagi, mengajak kita untuk bersama-sama mencari nilai-nilai takwa, sebagai manifestasi cinta Ilahi kepada hambanya.

Sebagai ujian, renungan sekaligus cabaran terhadap kita yang mengaku beriman kepada-Nya. 

Sindiran ayat tersebut di atas melahirkan semangat baru dalam menghadapi berbagai krisis kehidupan dalam bahasa lain “multi krisis” dan ini pernah dialami oleh Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam beserta para sahabatnya yang pernah did era terror orang-orang kafir Quraisy. 

Maka untuk melatih itu semua, Ramadhan memberikan kurikulum dengan muatan lokalnya yang spesifik yakni puasa dengan kunci utamanya “harus bersabar”. 

Sabar itu sendiri mempunyai tiga dimensi. Pertama, sabar menghadapi musibah. 

Pada hakikatnya setiap manusia lebih-lebih lagi mereka yang mengaku beriman kepada Allah pasti diuji yang salah satu tujuan ujian itu adalah untuk menentukan kadar dan kualitas keimanannya. (QS. 29: 2). 

Ujian tersebut ada kalanya berupa kenikmatan, misalnya harta yang berlimpah, wajah cantik, dan pangkat dan ada kalanya juga ujian itu berupa musibah (QS. 21: 35) misalnya ketakutan, kelaparan, kekurangan pangan (paceklik), berkurangnya harta. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved