BATAM TERKINI
Tahun 2022 Mulai Gunakan Air Recycle, BP Batam Antisipasi Ketersediaan Sumber Air Baku
Sejak tahun 1995, sistem pengelolaan air bersih di Kota Batam dijalankan atas kerjasama Badan Pengusahaan (BP) Batam, dan PT Adhya Tirta Batam (ATB).
TRIBUNBATAM.id, BATAM- Setelah pengelolaan air bersih di Kota Batam dikelola Badan Pengusahaan (BP) Batam, pihak BP Batam akan membuat terobosan baru. Salah satunya dengan mengubah atau mendaur ulang kembali air limbah yang ada saat ini.
Pada November 2020, perjanjian konsesi dengan PT ATB akan berakhir. Dengan demikian, pengelolaan air bersih di Batam akan dipegang oleh BP Batam. Upaya pengelolaan ini masih akan bergantung pada pihak swasta, namun tidak sepenuhnya dari hulu sampai hilir.
Salah satu persoalan air bersih yang disorot oleh BP Batam adalah potensi kelangkaan air baku yang selama ini bergantung pada curah hujan di Kota Batam.
Untuk itu, pihak Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan BP Batam, tengah menggodok rancangan sistem pengelolaan air bersih serta penciptaan sumber-sumber air alternatif.
• Sambut New Normal, Ini yang Sudah Dilakukan ATB di Lingkungan Kerjanya
Selama ini, air bersih ditampung dari hujan yang turun selama musim penghujan di Kota Batam. Air hujan tersebut kemudian mengalir pada daerah tangkapan air, kemudian tertampung langsung di waduk-waduk.
Saat ini, dari tujuh waduk yang ada di Batam, hanya lima di antaranya yang menjadi sumber air baku utama bagi kebutuhan industri dan rumah tangga, yakni dam Sei Harapan, dam Mukakuning, dam Sei Ladi, dam Nongsa, dan yang terbesar, dam Duriangkang.
Menurut Direktur Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan BP Batam, Binsar Tambunan, dengan kondisi intensitas hujan yang menurun dalam dua tahun belakangan ini, kemungkinan waduk-waduk surut menjadi tak terhindarkan.
"Curah hujan yang turun selama dua tahun belakangan ini menurun jadi di bawah 2000 mm per tahun," ungkap Binsar.
BP Batam pun memandang perlu untuk meneliti cara-cara lain menghasilkan air bersih selain mengharapkan hujan turun memenuhi waduk. Beberapa skema yang dirancang adalah; pertama, dengan mengoptimalkan fungsi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL); kedua, memulai sistem desalination plant.
• Waspada Beragam Bakteri yang Bisa Kontaminasi Kulit Telur dan Cara Mengatasinya
Pembangunan IPAL yang dimulai sejak tahun 2017 ini sesungguhnya difungsikan untuk pengolahan recycle air limbah. Mulanya, air limbah rumah tangga akan disalurkan menuju WWTP (waste water treatment plant), kemudian diolah menjadi air bersih yang dapat dipakai kembali.
Pembangunan ini diharapkan akan selesai pada tahun 2021, dan produk air bersih dapat dinikmati khusus oleh kawasan perindustrian pada tahun 2022.
"Jadi di tahun 2022, sumber air di Kota Batam ada recycle-nya, tetapi secara bertahap hanya untuk industri saja dulu, tidak untuk domestik ya," ujar Binsar.
• Mengenal Istilah New Normal dan Bagaimana Penerapannya di Indonesia
Bersamaan dengan pembangunan IPAL, BP Batam juga tengah mengkaji proyek desalination plant, yakni pengolahan air laut menjadi air tawar bersih yang dapat dikonsumsi. Proses desalinasi ini umumnya akan menghasilkan, tidak hanya air bersih, namun juga produk garam dapur sebagai sampingannya.
Akan tetapi, salah satu kendala desalination plant adalah, teknologi ini masih membutuhkan biaya yang mahal. Biaya program ini diprediksi mencapai Rp 25 ribu sampai Rp 35 ribu per m³.
Maka dari itu, tim masih mencari lokasi yang tepat untuk membangun proyek desalination plant ini, dengan objek sasaran, tanah berpasir, guna memperoleh air dengan tingkat salinitas rendah sehingga, biaya program dapat menurun jadi hanya sekitar Rp 10 ribu per m³.