100 Hari Pertama Muhyiddin Yassin Sebagai Perdana Menteri Malaysia: Dipuji Soal Penanganan Covid-19
Muhyiddin Yassin dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia ke delapan pada 1 Maret 2020, menggantikan Tun Dr Mahathir Mohamad
Penulis: Mairi Nandarson | Editor: Mairi Nandarson
TRIBUNBATAM.id, KUALA LUMPUR - Hari ini, genap 100 hari Muhyiddin Yassin menjalani jabatan sebagai Perdana Menteri Malaysia.
Seratus hari pertama Muhyiddin Yassin sebagai Perdana Menteri Malaysia memang tidak mudah, karena langsung dihadapkan pada pandemi covid-19.
Muhyiddin Yassin dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia ke delapan pada 1 Maret 2020, menggantikan Tun Dr Mahathir Mohamad yang mengundurkan diri.
• Jelang Semifinal Coppa Italia Leg 2 Juventus vs AC Milan; Juventus Mainkan Trio Dybala-Ronaldo-Costa
• Data Corona 34 Provinsi Indonesia Selasa (9/6) Pagi, Total 32.033, Sembuh 10.904, Meninggal 1.883
• Tinggalkan Oposisi, Wakil Presiden PKR Dukung PM Muhyiddin Hadapi Mahathir Mohamad di Parlemen
Dalam 100 hari pemerintahannya, respons tepat waktu menutup perbatasan ke negara lain, serta mengimplementasikan Perintah Kontrol Gerakan (MCO) adalah beberapa faktor utama yang membantu Malaysia mengekang penyebaran Covid-19.
Itu adalah salah satu keputusan paling penting dan terpuji yang dilakukan Perdana Menteri Tan Sri Muhyiddin Yassin di 100 hari kerjanya.
Penilaian itu disampaikan, Manajer penelitian Institute for Democracy and Economic Affairs (IDEAS) Malaysia Lau Zheng Zhou.
Dikutip dari News Straits Times Malaysia, Lau Zheng Zhou mengatakan penanganan keseluruhan yang dilakukan Muhyiddin terhadap krisis pandemi telah berdampak langsung pada keadaan ekonomi Malaysia.
"Dibandingkan negara lain, ketepatan waktu keputusan pemerintah memaksakan MCO, bersama dengan kepastian dan kejelasan yang tinggi dalam komunikasi publik, telah membantu Malaysia menurunkan kurva Covid-19 cukup awal dan, pada gilirannya, menghindari lebih banyak kematian."
"Ini tentu saja menempatkan kami pada posisi yang lebih kuat untuk mencapai pemulihan," katanya kepada kantor berita Malaysia, Bernama.
Lau Zheng Zhou menyampaikan itu saat diminta mengomentari 100 hari pertama Muhyiddin menjabat sebagai perdana menteri.
Presiden Bersatu, 72, mengambil sumpah jabatannya di hadapan Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah pada 1 Maret 2020.
• 9 Tempat Wisata Paling Banyak Dikunjungi di Dunia, dari Machu Picchu Peru sampai Air Terjun Niagara
• Tak Bisa Impor Hewan Hidup, Umat Islam Singapura Tetap Bisa Berkurban Saat Idul Adha, Ini Caranya
Lau mengatakan krisis ini memberikan peluang bagi pemerintah untuk melakukan reformasi struktural terhadap ekonomi, khususnya di bidang-bidang seperti ketergantungan pada pekerja asing, kehadiran perusahaan yang lebih luas di sektor swasta, dan partisipasi pekerja perempuan yang masih relatif rendah.
Namun, jika reformasi struktural dianggap cukup mahal untuk dilaksanakan sebelum MCO, orang hanya dapat membayangkan betapa sulitnya mengejar mereka sekarang meskipun ketersediaan modal dan sumber daya lainnya yang tinggi, katanya.
Menurut Zhou, fase berikutnya dari pemulihan ekonomi akan menjadi ujian yang lebih besar untuk kepemimpinan perdana menteri Muhyiddin.
"Investasi dan perdagangan telah lemah bahkan sebelum MCO dan permintaan global yang berkurang, membatasi opsi kebijakan pemerintah."
