Harga Minyak Mentah Dunia Turun, Ini Alasan Dirut Pertamina Tak Kunjung Turunkan Harga BBM
PT Pertamina sendiri masih belum memberikan kabar gembira terkait penurunan harga bbm.
TRIBUNBATAM.id, JAKARTA- Turunnya harga minyak dunia tak serta merta membuat harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia ikut turun.
PT Pertamina sendiri masih belum memberikan kabar gembira terkait penurunan harga bbm.
Meskipun harga minyak mentah telah berada di angka minus.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, harga BBM bisa saja diturunkan dengan memilih biaya produksi yang lebih rendah, yakni meningkatkan impor minyak murah dan memangkas produksi, atau bahkan menutup sektor hulu migas.
Dengan ditutupnya kilang, maka tujuan pemerintah untuk menciptakan kemandirian energi tidak akan terealisasi.
• DAFTAR Promo Super Hemat Indomaret di Batam, Harga Beras dan Minyak Goreng Lebih Murah
• Banyak yang Tidak Tahu, Ternyata Hal Sepele ini Bisa Membuat Mobil Anda Boros BBM
"Bayangkan kalau kita hanya mengandalkan impor yang katanya di luar negeri itu murah. Oke kita andalkan impor, enggak usah kita memproduksi sendiri. Kalau ternyata negara tersebut terjadi lockdown enggak bisa mengirimkan BBMnya?" tutur Nicke.
Lebih lanjut, Nicke mengakui, harga minyak produksi dalam negeri sempat jauh lebih mahal ketimbang impor.
Namun, sebut dia, perlu ada perhitungan panjang untuk memutuskan meningkatkan impor demi menciptakan harga BBM yang lebih murah.
"Waktu itu ketika harga minyak naik tiga bulan kita menunggu untuk menaikkan harga, tidak serta-merta," ujarnya.
Oleh karena itu, Nicke menekankan, masyarakat tidak dapat membandingkan secara langsung pergerakan harga BBM nasional dengan tetangga.
"Kecuali kalau kita memang ini trader ya trading company. Trading company mudah sih beli jual beli jual. Tapi, apa kabarnya dengan ketahanan dan kemandirian energi," ucapnya.
• Reaktif Rapid Test, Satu Keluarga di Batam Gagal Terbang ke Cengkareng, Berakhir di RSKI Galang
• Jadwal Bola Malam Ini, Final Coppa Italia Napoli vs Juventus, Man City vs Arsenal di Liga Inggris
Respon Dahlan Iskan
Dilansir oleh kompas.com, mantan menteri BUMN Dahlan Iskan membeberkan sejumlah alasan yang membuat Pertamina masih enggan turunkan harga BBM di SPBU.
Salah satunya terkait regulasi harga BBM dari pemerintah hingga soal operasional kilang dan sumur minyak.
"Kita harus toleran bahwa Pertamina itu bukan pedagang minyak murni.
Yang kalau harga kulakannya turun, harga jualnya bisa langsung turun.
Yang kalau harga minyak mentah dunia kini tinggal 20 dollar AS/barel, harga bensin bisa langsung diturunkan menjadi sekitar Rp 5.000/liter," jelas Dahlan dikutip dari Disway.id, Sabtu (2/5/2020).
Dahlan mengatakan, penurunan harga dan jumlah konsumsi yang anjlok tak serta merta bisa membuat Pertamina menghentikan operasi kilang minyaknya.
Hal ini juga sangat terkait dengan bisnis di sektor hulu dan hilir migas.
• Final Coppa Italia Malam Ini Napoli vs Juventus Live TVRI Pukul 02.00 WIB, Bisa Juara Ronaldo?
• Rangkuman Kasus Aulia Kesuma, Bunuh Suami demi Bayar Utang Rp 10 M, Kini Divonis Mati
"Kita harus memahami bahwa Pertamina itu juga memiliki kilang sendiri dan sumur minyak sendiri. Kilang itu memerlukan biaya operasi.
Sumur minyak itu harus dijaga jangan sampai mati. Semua itu perlu biaya. Kita lah yang bisa jadi donaturnya," ujar dia.
Apa yang terjadi pada bisnis hulu dan hilir minyak ini pula yang membuat harga minyak di AS sampai minus.
Ini lantaran pembeli minyak sangat sedikit, di sisi lain tangki-tangki penyimpanan minyak sudah penuh.

"Itulah persoalannya. Kalau tidak ada yang membeli minyak itu akan meluber ke mana-mana. Mencemari bumi manusia.
Sumur minyaknya sendiri akan terus mengalirkan minyaknya ke tangki. Tidak bisa ditutup. Kalau krannya diputer mati, kran itu akan jebol, kena tekanan," ujar Dahlan.
Pilihan menutup sumur minyak juga bukan opsi menguntungkan.
Menutup sumur agar biaya operasi tak lagi keluar, malah akan mematikan sumur minyak.
Butuh biaya lagi untuk menemukan dan mengebor sumur baru lagi.
• Kpop Idol Yohan TST Meninggal Dunia di Usia 28 Tahun, Keluarga Rahasiakan Penyebab Kematian
• Kenapa Banyak Masyarakat Tak Percaya Adanya Virus Corona, Psikolog Sosial UI Bongkar Alasannya
"Mematikan sumur itu pun perlu biaya. Kan lebih baik biarlah terus mengalir, dengan harapan masih ada yang mau membeli. Kilang minyak pun harus jalan terus.
Kalau dimatikan biaya mematikannya juga besar. Dan itu bisa membuat kilangnya almarhum," ungkap Dahlan.
"Jadi Pertamina harus tetap mengoperasikan sumur-sumurnya. Dengan biaya dari Anda semua.
Pertamina juga harus tetap menjalankan kilang-kilangnya. Dengan biaya dari Anda semua," kata dia lagi.
Dahlan menganalogikan, harga minyak yang dijual di SPBU Pertamina saat ini ibarat bersedekah.
Ini karena Pertamina perlu menutup biaya yang keluar dari operasionalnya di hulu dan hilir saat harga minyak anjlok.
"Di bulan ramadan ini kita bisa lebih banyak bersedekah. Sedekah terbesar kita ya ke Pertamina itu.
Kita justru harus iba kepada Pertamina. Pendapatannya yang besar itu tidak bisa lebih besar lagi. Kasihan.
Itu akibat yang beli bensin tidak sebanyak sebelum Corona. Turun hampir 50 persen, seperti dikatakan direksinya," jelas dia.

Alasan Pertamina
Dikutip dari Kontan, sebelumnya Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, dalam penentuan harga BBM, Pertamina menggunakan patokan harga minyak global dua bulan ke belakang.
Itu artinya untuk menentukan harga BBM pada bulan April, Pertamina menggunakan patokan harga minyak di bulan Februari.
Menurut dia, harga minyak dunia di bulan Februari masih tinggi.
Berdasarkan data Bloomberg, merujuk harga crude oil WTI futures bulan Februari rata-rata masih di kisaran 50 dollar AS per mmbtu.

Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 62.K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis BBM Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.
Dalam menetapkan harga jual BBM dalam satu bulan menggunakan acuan rata-rata harga Mean of Platts Singapore (MOPS) atau Argus periode tanggal 25 pada dua bulan sebelumnya sampai dengan tanggal 24 satu bulan sebelumnya.
Menurut Nicke, sejatinya ada anomali harga MOPS dan Argus.
“Harga dua acuan minyak tersebut lebih rendah dari minyak mentah,” jelas Nicke.
• Demi Gempita, Gading Marten Ungkap Tetap Panggil Papa-Mama dengan Gisella Anastasia
• Rangkuman Kasus Aulia Kesuma, Bunuh Suami demi Bayar Utang Rp 10 M, Kini Divonis Mati
Dengan kondisi seperti itu, kata Nicke, Pertamina bisa saja membeli langsung BBM di pasar global dan menutup semua kilang-kilangnya karena lebih murah membeli BBM ketimbang minyak mentah.
Namun, kebijakan tersebut tidak mungkin diambil. Pasalnya, operasional kilang terkait dengan berbagai aspek, antara lain, kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) hingga pekerja di kilang-kilang Pertamina.
"Nanti mati semua, para KKKS produksinya bagaimana? Menutup hulu juga perlu biaya, reaktivasi nantinya juga perlu biaya," jelas dia.
Tak hanya itu saja, Pertamina juga mengalami tekanan dari pelemahan nilai tukar rupiah.
Pasalnya, 93 persen pengeluaran Pertamina menggunakan kurs dollar AS.
Selain itu, permintaan turun tajam. Secara nasional, permintaan BBM turun hingga 25 persen.
“Bahkan di kota-kota besar, penurunan permintaan lebih dari 50 persen,” ujar Nicke.
• Dahsyatnya Serangan Korea Utara Hancurkan Pos Perbatasan Kaesong, Kini Korut Kerahkan Tentara
• Deretan Fakta Gadis 16 Tahun di Tangerang Meninggal Dunia Setelah Diperkosa 7 Pria, Sempat Sakit
Di sisi lain, meskipun belum menyesuaikan harga BBM, Pertamina sudah memberikan diskon berupa uang kembali (cashback) bagi pelanggan Pertamax dan Dex series sebesar 30 persen.
Diskon diberikan bagi pelanggan yang bertransaksi secara non tunai menggunakan aplikasi milik BUMN selama periode 31 Mei-16 Juni 2019.
(Kompas.com/Rully R. Ramli,Muhammad Idris , TribunnewsWiki.com/Niken Aninsi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bos Pertamina: Harga BBM Bisa Saja Turun, tapi Kita Balik ke Zaman Dulu...", dan "Harga BBM Belum Turun, Dahlan: Sedekah Terbesar Kita ke Pertamina".