HUJAN BUATAN DI BATAM
BP Batam Gandeng Tim TMC BPPT Ciptakan Hujan Buatan, Tambah Debit Air 2 Waduk Utama
Penambahan curah hujan biasanya diperlukan untuk meningkatkan ketersediaan air waduk, atau pemadaman kebakaran hutan.
Menurutnya, banjir yang terjadi merupakan konsekuensi fenomena regional dari kondisi metereologi yang diterangkan tersebut.
"Ini murni fenomena regional," ujar Addi. Ia mengingatkan, terdapat potensi hujan alami di Kota Batam selama bulan Juni hingga Juli 2020 ini.
• Menginap Bersama Rekannya di Hotel, Kadinkes Karimun Sebut Hasil PCR Rekan Pasien 06 Negatif
• Sempat Ragu, Warga Batam ini Apresiasi Respon Cepat bright PLN Batam
Ia memprediksi, dari tanggal 21 hingga 30 Juni dan 1 hingga 10 Juli 2020, terdapat potensi hujan yang sangat memungkinkan.
Akan tetapi hujan tersebut bersifat lokal, tidak pasti di daerah waduk.
Oleh karena itu, diperlukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang mampu mempercepat turunnya hujan di daerah tangkapan air serta tampungan waduk.
"Kalau kami perhatikan, volume air waduk pernah minus. Ini mau ditambah lagi, maka dilakukanlah TMC," ujar Addi, Rabu (24/6/2020).
Koordinator lapangan Tim TMC, Sutrisno juga menekankan bahwa hujan dapat terjadi kapan saja, baik disemai maupun tidak.
Dalam hal ini, Tim TMC hanya berfokus pada potensi awan di atas sasaran waduk-waduk utama yakni dam Duriangkang dan Mukakuning.
"Teori kami adalah, kami menyemai awan yang berpotensi jatuh di daerah tangkapan air waduk dengan mempertimbangkan lokasi awan dan arah angin," ujar Sutrisno.
Hujan yang turun dapat saja melenceng dari daerah target oleh karena berbagai faktor. Namun pihak TMC sendiri tidak teralu mengamati melenceng atau tidaknya hujan akibat penyemaian awan tersebut.
Penjelasan BMKG
Sejumlah masyarakat Kota Batam masih sulit membedakan mana hujan buatan dan hujan alami.
Memang, curah hujan di Kota Batam cenderung meningkat. Kondisi serupa diketahui juga terjadi di Singapura.
"Hari ini ada berita kalau hujan ini adalah hujan buatan BP Batam. Bingung juga kita. Kalau hujan buatan, kenapa di Tanjungpinang, Medan, Karimun dan beberapa lainnya ada hujan. Hebat dong BP Batam atas hujan ini," ujar seorang warga Batam, Mangatur Simbolon, Selasa (23/6/2020) siang.
Mereka pun masih meragukan kebenaran informasi itu. Warga itu mengatakan, lebih masuk akal jika musim kemarau lalu tiba-tiba ada hujan.
"Tapi sebulan terakhir memang hujan deras kan mengguyur kota ini khususnya pagi hari," timpal Hotman warga lain yang kebetulan bersamaan duduk saat dimintai tanggapan Tribun.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun angkat bicara soal hujan buatan ini.
Kepala Seksi (Kasi) Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas l Hang Nadim Batam Suratman menjelaskan, hujan dibuat dengan proses fisika.
Hujan buatan ini dibuat oleh manusia dengan teknik menambahkan curah hujan.
Cara membuat hujan ini adalah dengan penyemaian awan atau yang dikenal dengan cloud seeding.
Cloud seeding ini membuat awan menggumpal dan di semai sehingga akan memberikan efek berupa turun hujan.
"Misalnya, di atas langit permukaan Dam Duriankang ada gumpalan awan rendah. Nah, pada kondisi ini disuntikan suatu zat. Sehingga, awan itu turun menjadi cairan air yang disebut hujan. Dan kondisi ini pun, efektif hanya satu jam saja. Nah untuk awan yang tinggi dipakai cairan garam. Jadi hujan buatan bukan seluruh Batam ini hujannya. Tapi ada titik tertentu saja yang awannya lebih banyak," jelas Suratman.
Ia mengatakan, Juni ini memang curah hujan cukup tinggi di Kepri. Sebab kata dia, penyebabnya ada pergeseran cuaca.
Puncak hujan sedianya adalah Mei lalu.
"Tapi bergeser ke Juni ini. Hari ini (Selasa) arah angin dominan dari Selatan dan Barat daya ke Utara. Kecepatan angin antara 5-30 km/jam.Temperatur 23-30 derajat, masih kondusif bagi dunia penerbangan," terangnya.(TribunBatam.id/Hening Sekar Utami/Leo Halawa)