Pejabat Amerika Serikat Dinyatakan Positif Covid-19, Tak Jadi Pergi ke Texas Bareng Trump
Seorang anggota parlemen inyatakan positif Covid-19. Ia dinyatakan positif corona pada Rabu (29/7/2020), saat bersiap pergi ke Texas bersama Presiden.
Editor: Putri Larasati Anggiawan
TRIBUNBATAM.id, WASHINGTON - Amerika Serikat terus melaporkan penemuan kasus harian virus Corona atau Covid-19.
Terbaru, seorang anggota parlemen dari Partai Republik Amerika Serikat ( AS) dinyatakan positif Covid-19.
Rupanya ia diketahui memiliki kebiasaan tak pernah pakai masker saat jalan-jalan di sekitar Kongres.
Ia dinyatakan positif corona pada Rabu (29/7/2020), saat bersiap pergi ke Texas bersama Presiden Donald Trump.
Louie Gohmert, nama pejabat itu, mengumumkan diagnosisnya sehari setelah menghadiri sidang yang dipimpin Jaksa Agung Bill Barr.
Mereka diketahui sempat berjalan dan berbicara dalam jarak dekat tanpa memakai masker.
• Merapat ke Rusia, China Sebut Amerika Serikat Tak Tahu Diri jadi Biang Kisruh di Negara Lain
Kabar itu membuat Partai Demokrat marah, dan mendesak Ketua DPR AS Nancy Pelosi untuk mewajibkan pemakaian masker di Kongres dan memecat siapa pun yang melanggarnya.
Gohmert yang berusia 66 tahun mengatakan, ia tidak bergejala dan menyepelekan diagnosisnya.
Dia tidak rutin memakai masker beberapa pekan terakhir, dan pada Rabu ia bilang tidak nyaman jika pakai masker.
Begitu pun dengan Trump, yang selalu mengabaikan saran dari para pakar medis untuk memakai masker.
Ia baru terlihat menganakan masker saat tampil di muka umum pada 11 Juli.
Sejak itu anggota parlemen dari Partai Republik yang enggan memakai masker, kini lebih sering memakainya.
Namun AFP memberitakan, pemakaian masker di kalangan pejabat AS tetap menjadi perdebatan politik.
Gohmert ketahuan terinfeksi virus Corona pada Rabu, saat menjalani tes sebelum menenami Trump berkunjung ke Texas.
"Jadi saya tidak bergejala, saya tidak memiliki gejala apa pun yang menunjukkan Covid-19, tetapi ternyata sata mengidap virus Wuhan," kata Gohmert dalam sebuah video, dikutip dari AFP.
Ia sengaja mengatakan istilah "virus Wuhan" yang sangat dibenci oleh China.
Gohmert juga mengklaim dia sudah lebih sering memakai masker dalam 1-2 minggu belakangan ini daripada 4 bulan terakhir. Ia juga mengaku sudah memakai masker saat menghadiri persidangan pada Selasa dengan Barr.
Tapi dia terlihat melepasnya beberapa kali dan berjalan serta berbicara dengan Barr sebelum sidang.
"Pakailah masker," ucap perwakilan Demokrat Jennifer Wexton dari Virgina, dengan nada marah.
"Saya tidak tahu siapa yang harus mendengarkan ini, tetapi jika Anda adalah Anggota Kongres yang menolak mengenakan masker di Capitol Hill, Anda tidak hanya membahayakan rekan kerja Anda - Anda juga membahayakan para staf yang bekerja di sini, termasuk banyak konstituen saya," lanjutnya.
China Menutup Konsulat Amerika Serikat di Chengdu, Tak Terima Konsulatnya di Houston Ditutup?
Ketegangan antara China dengan Amerika Serikat ( AS) kembali memanas.
Terbaru, China memerintahkan penutupan konsulat Amerika Serikat di Chengdu pada Jumat (24/7/2020) kemarin.
Penutupan ini terjadi sebagai aksi balas dendam Beijing terhadap AS yang menutup konsulat China di Houston pada pekan ini.
Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataannya mengatakan, langkah itu merupakan "tanggapan sah dan perlu terhadap tindakan tak masuk akal dari Amerika Serikat".
"Situasi ini dalam hubungan AS-China bukanlah apa yang ingin dilihat China, dan AS bertanggung jawab atas semua ini," demikian lanjutan bunyi pernyataan tersebut yang dikutip AFP.
Ketegangan antara kedua negara melonjak dalam berbagai bidang, dan semakin buruk setelah Washington memerintahkan penutupan konsulat China di Houston pada Selasa (21/7/2020) dalam waktu 72 jam.
Alasan penutupan AS adalah tuduhan pencurian properti intelektual oleh China, yang terjadi sehari setelah Departemen Kehakiman mendakwa 2 warga China atas tuduhan meretas ratusan perusahaan, dan berusaha mencuri data penelitian vaksin Covid-19.
China telah mengancam akan membalas tindakan AS itu, jika keputusannya tidak ditarik.
Dalam pernyataannya pada Jumat, China mendesak untuk mundur dan "menciptakan kondisi yang diperlukan untuk menormalkan kembali hubungan bilateral."
AS memiliki kedutaan besar di Beijing, serta lima konsulat di China daratan dan satu konsulat di Hong Kong.
Dilansir AFP dari situs web konsulat Chengdu, gedung itu didirikan pada 1985 dan memiliki sekitar 200 staf, yang sekitar 150 di antaranya adalah karyawan lokal China
Konsulat di Chengdu juga menjadi lokasi terjadinya drama diplomatik dalam beberapa tahun terakhir.
Sebelumnya pada 2013 China pernah meminta penjelasan dari AS tentang program mata-matanya, setelah ada laporan berita bahwa peta rahasia dibocorkan oleh analis intel buronan Edward Snowden.
Peta itu menunjukkan fasilitas pengawasan AS di kedutaan dan konsulat seluruh dunia, termasuk konsulat di Chengdu.
Terindikasi Lakukan Pelanggaran HAM, Amerika Serikat Kembali Blacklist 11 Perusahaan China
Amerika Serikat (AS) dikabarkan kembali lakukan blacklist kepada sederet perusahaan China.
Sebanyak 11 perusahaan China dimasukkan ke dalam daftar hitam oleh Kementerian Perdagangan Amerika Serikat.
Penyebabnya karena perusahaan tersebut terindikasi melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap etnik Uighur di Provinsi Xinjiang, China.
Kementerian mengatakan kesebelas perusahaan tersebut terlibat dalam penerapan kerja paksa eknik Uighur dan kelompok minoritas lain sebagaimana dilansir dari Nikkei Asian Review, Selasa (21/7/2020).
Perusahaan yang masuk daftar hitam tersebut tidak dapat membeli komponen atau barang dari perusahaan asal AS tanpa persetujuan pemerintah AS.
Ini merupakan ketiga kalinya pemerintah AS memasukkan sejumlah perusahaan asal China ke dalam daftar hitam.
Sebelumnya, secara total terdapat 37 entitias perusahaan yang juga dimasukkan ke dalam daftar hitam karena terlibat indikasi penerapan kerja paksa terhadap etnik Uighur dan minoritas lain.
Menteri Perdagangan AS, Wilbur Ross, mengatakan China secara aktif mempromosikan praktik kerja paksa.
Sementara itu pihak Kedutaan Besar (Kedubes) China di AS menolak untuk berkomentar.
Pada Mei, Kementerian Luar Negeri China mengkritik penambahan daftar entitas yang dimasukkan ke dalam daftar hitam oleh AS.
Mereka mengatakan langkah AS tersebut dapat meregangkan konsep keamanan nasional, menyalahgunakan kontrol ekspor, melanggar norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional, dan mengganggu urusan dalam negeri China.
Beberapa perusahaan masuk dalam ke daftar hitam adalah KTK Group Co, Tanyuan Technology Co, Esquel Textile Co, dan lain-lain.
Pada April, Esquel membantah menggunakan tenaga kerja paksa dari etnik Uighur dan minoritas lain dari Xinjiang.
Pada 1 Mei, Dinas Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) AS memasukan Hetian Haolin Hair Accessories Co ke dalam daftar hitam.
CBP menyetop impor produk rambut perusahaan tersebut karena mereka menemukan bukti perusahaan tersebut menerapkan kerja paksa.
Pada 1 Juli, CBP menangmankan hampir 13 ton produk rambut dengan lebih dari 800.000 dollar AS atau setara Rp 11,8 miliar yang berasal dari Xinjiang.
Senator AS dari Partai Republik, Josh Hawley, mengatakan dia akan mengajukan undang-undang yang akan menghukum perusahaan di AS yang menerapkan kerja paksa dalam rantai pasokan mereka.
(*)
• Amerika Serikat dan Australia Perluas Kerja Sama Militer, Beri Sinyal Ini ke China
• Ahli Minta Amerika Serikat Ditutup, Catat 1.000 Angka Kematian Covid-19 Dalam 4 Hari Berturut-turut
• DUH! Amerika Bikin Tiongkok Marah Lagi, Aparat AS Memaksa Masuk Kantor Konsulat China di Houston
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Akan Berangkat bareng Trump ke Texas, Pejabat AS Positif Covid-19".