Demi Tingkatkan Pengawasan Physical Distancing, Singapura Menguji Penggunaan Drone

Singapura kini dikabarkan tengah meningkatkan pengawasan terhadap physical distancing. Pihak kepolisian telah menguji dua drone untuk pengawasannya.

Istimewa
ILUSTRASI - Awasi Physical Distancing, orang yang berada di tempat umum akan diawasi menggunakan Drone. 

Editor: Putri Larasati Anggiawan

TRIBUNBATAM.id, SINGAPURA - Singapura kini dikabarkan tengah meningkatkan pengawasan terhadap physical distancing atau jaga jarak fisik.

Pemerintah Singapura memberlakukan beragam kebijakan demi mewujudkannya di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19.

Terbaru, pihak kepolisian telah menguji dua drone sebagai upaya pengawasan physical distancing di tempat umum Singapura.

Dilansir oleh TribunTravel dari Travel and Leisure, drone sebesar 11 kg yang akan mengawasi physical distancing ini berasal dari perusahaan Israel Airobotics.

Nantinya, dengan drone tersebut pihak berwajib dapat memperluas area pengawasan yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh pihak berwenang.

Drone tersebut diprogram untuk melacak pertemuan orang-orang yang tidak melakukan physical distancing dan mengirimkan rekamannya ke polisi.

Dihina Lewat Online, Pemain Brighton Lapor ke Premier League, Minta Polisi Singapura Cari Orangnya

Uji coba penggunaan drone ini sudah dilakukan selama tiga setengah bulan terakhir.

Singapura menjadi satu negara yang menerapkan pengawasan dan aturan yang ketat untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Hingga saat ini (13/8) setidaknya terdapat lebih dari 55 ribu kasus COVID-19 dengan jumlah korban yang meninggal akibat virus ini sebanyak 27 orang.

Dengan demikian, pemerintah Singapura secara agresif melakukan pelacakan kontak, menerapkan circuit breaker, karantina untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Singapura mewajibkan penduduk yang kembali dan orang yang melakukan kunjungan ke negaranya untuk dikarantina selama dua minggu.

Selama masa karantina, mereka juga diwajibkan mengenakan perangkat pemantauan elektronik untuk melacak pergerakan mereka.

Siapa yang melanggar dengan keluar tempat karantina atau berada di keramaian akan mendapatkan hukuman yang cukup berat, bisa berupa denda, penjara, atau keduanya.

Singapura juga merilis aplikasi bernama TraceTogether yang memperingatkan pengguna ketika mereka dekat dengan seseorang yang dipastikan mengidap virus Corona.

Aplikasi tersebut menggunakan sinyal Bluetooth untuk membuat database pengguna untuk dilacak oleh otoritas.

Tidak hanya Singapura, pelacakan serupa dengan menggunakan ponsel juga dilakukan beberapa negara lainnya, seperti China, Korea Selatan, dan Israel.

Alami Resesi, Perekonomian Singapura di Kuartal II 2020 Minus 42,9 Persen

Akibat pandemi Covid-19, sejumlah negara di dunia mengalami resesi ekonomi.

Salah satu yang menjadi sorotan adalah Singapura.

Perekonomian Singapura bahkan mengalami kontraksi sebesar 42,9 persen (quarter to quarter) pada kuartal kedua tahun 2020 ini.

Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura pun menyatakan, hal tersebut membuat perekonomian negerinya itu masuk ke dalam definisi resesi secara teknis.

Dikutip dari CNBC, Selasa (11/8/2020) data terkini Produk Domestik Bruto (PDB) tersebut lebih buruk dibandingkan dengan estimasi pemerintah.

Berdasarkan proyeksi pemerintah yang didasarkan pada data bulan April dan Mei, perekonomian Negeri Singa diproyeksi bakal merosot 41,2 persen secara pada kuartal II-2020 jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Adapun secara tahunan, perekonomian Singapura merosot 13,2 persen.

Angka tersebut lebih buruk jika dibandingkan dengan proyeksi pemerintah, yakni -12,6 persen (yoy).

Pemerintah Singapura pun memutuskan untuk merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Singapura menjadi di kisaran -5 persen hingga -7 persen sepanjang tahun 2020.

Tekanan terhadap perekonomian Singapura terjadi lantaran sebagian besar kegiatan ekonomi negara tersebut terhenti pada awal April.

Pemerintah menerapkan kebijakan isolasi sebagian wilayah, yang disebut dengan circuit breaker untuk menekan persebaran virus Corona.

Adapun beberapa pembatasan kegiatan telah dilonggarkan, dengan demikian beberapa kegiatan ekonomi mulai kembali berjalan.

Dikenal Sebagai Surga Belanja, Orchard Road Singapura Sepi Untuk Pertama Kali Dalam Sejarah

Biasanya sangat ramai, Orchard Road di Singapura terpantau sepi selama pandemi virus Corona atau Covid-19 mendunia.

Mulai dari pusat perbelanjaan hingga restoran di Orchard Road, Singapura tampak lengang.

Tak hanya itu, para pejalan kaki yang melintas di sepenggal jalan juga bisa dihitung dengan jari saja.

Kondisi ini demikian kontras dengan sebelum pandemi Covid-19.

Orchard Road, Singapura, selama ini dikenal sebagai surga belanja dunia karena tak pernah sepi dari kunjungan pelancong.

Pusat-pusat perbelanjaan sesak oleh para turis dan restoran-restoran ramai para pengudap.

Sepinya Orchard Road dipicu penutupan sementara toko-toko dan ritel-ritel yang ada di pusat-pusat perbelanjaan.

Restoran asal Italia, Modesto, contohnya.

Tempat makan yang berdiri sejak 23 tahun lalu ini untuk pertama kali menutup sementara operasinya.

Selain itu, toko ritel kenamaan dunia, Louis Vuitton dan Channel, kehilangan pengunjung yang sebagian besar merupakan wisatawan asal China.

"Ini krisis terburuk bagi Singapura dan Orchard Road," terang pemilik salah satu toko jahit di Orchard Road, Kiran Assodani, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (4/8/2020).

Semenjak Covid-19 mewabah, pusat perbelanjaan, toko, dan restoran yang ada di Orchard Road mengalami penurunan penjualan sebesar 90 persen.

Hal ini menyusul pemberlakuan pembatasan wilayah ( lockdown) selama dua bulan yang membuat para turis mancanegara tak bisa masuk keluar negara tersebut.

Akibat dari kebijakan tersebut, Singapura mengalami kemerosotan pendapatan dari wisatawan mancanegara sebesar 20 miliar dollar Singapura atau setara Rp 213 triliun.

Pengelola salah satu toko koper yang terletak di Far East Plaza, Robert Chua, mengatakan, dia bisa meraih pendapatan atas penjualan koper sebesar Rp 266 juta per bulan dalam kondisi normal.

Suasana di Orchard Road, Singapura
Suasana di Orchard Road, Singapura (Wei Leng Tay)

Saat Covid-19 melanda negeri ini, Robert hanya meraih pendapatan rata-rata per bulan sebesar Rp 96 juta. Menurut dia, itu masih untung walaupun sangat kecil.

"Setiap hari, saya datang ke toko dengan perasaan sedih karena tampak sepi.

Namun, kami perlu membayar sewa per bulan," ujar Robert.

Pusat perbelanjaan lainnya, Ngee Ann City, juga mengalami hal serupa dengan banyaknya penutupan restoran Jepang dan pakaian linen khas India.

"Tidak pernah seburuk ini dan saya sudah bekerja di ritel sejak tahun 1994," kata Manajer Fray I.D (merek pakaian Jepang) Nana Sahamat.

"Orchard Road" yang dipandang sebagai surganya tempat berbelanja para wisatawan mancanegara setiap kali ke Singapura kini tampak sepi.

Namun, beberapa pengunjung lebih memilih untuk berbelanja di mal-mal pinggiran kota di Singapura dengan merek yang tak terlalu mahal, seperti Uniqlo, Zara, dan Topshop.

Mereka merasa tak perlu untuk menjelajahi Orchard Road karena dianggap menjual merek kelas atas dunia.

(*)

Selundupkan Tiga Mayat dari Selat Singapura, 3 Orang Ditangkap di Batam

Menelusuri Cagar Budaya di Pulau Buluh, Punya Situs Tua Buatan Pengusaha Kaya Singapura?

Perekonomian Turun Tajam, Singapura Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi 2020 hingga Minus 7 Persen

Artikel ini telah tayang di Tribuntravel.com dengan judul Awasi Physical Distancing, Orang yang Berada di Tempat Umum akan Diawasi Menggunakan Drone.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved