Singapura Kembali Laporkan Kluster Covid-19 di Asrama Pekerja, 16.000 Orang Jalani Tes Rutin
Singapura kembali melaporkan kluster penyebaran Covid-19 di asrama pekerja asing. Asrama pekerja asing ini menjadi klaster terbesar di Singapura.
Hanya saja, sejak Singapura menutup perbatasannya bagi penumpang transit pada Maret 2020, tak ada lagi warga Indonesia, Malaysia, dan Thailand yang mendarat di Changi.
Sebelum memperbolehkan penumpang dari negara-negara tetangganya transit, Pemerintah Singapura telah lebih dulu mengizinkan penumpang pesawat dari beberapa negara di luar Asean untuk transit.
Beberapa di antaranya adalah Australia, Tiongkok, Italia, dan Swiss.
Changi krisis
Para pakar di Singapura yang diwawancarai Strait Times menyatakan, pembukaan Bandara Changi bagi penumpang transit akan membantu sedikit keuangan SIA, yang sudah dalam kondisi gawat.
Hanya saja, permintaan pasar penerbangan memang belum akan kembali ke masa sebelum pandemi Covid-19, pada tahun ini.
Apalagi beberapa negara masih kesulitan mengendalikan pandemi tersebut.
Sementara menurut pihak Bandara Changi, selama bulan Juli bandara tersebut hanya kedatangan 10.000 penumpang transit.
Katanya jumlah itu hanya meningkat sedikit dibandingkan bulan Juni, saat Bandara Changi dibuka kembali.
Menteri Transportasi Singapura, Ong Ye Kung, menyatakan pada pekan lalu, pada hari paling sibuk saat ini, jumlah penumpang transit tidak lebih dari sepertiga kapasitas bandara terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Rata-rata jumlah penumpang transit pada masa ini hanya 400 orang per hari. Jika angka itu dihitung untuk setahun, hanya 150.000-an penumpang.
Padahal di masa sebelum pandemi Covid-19, jumlah penumpang transit di Changi selama setahun mencapai 20 juta orang.
Jumlah penerbangan juga masih sangat kecil dibandingan masa kenormalan yang lama, yakni 150 per hari.
Padahal sebelumnya Changi melayani 1.000 penerbangan per hari.
Jalur hijau