Manusia kalah Berkali-kali, Sejarah Ngeri Flu Babi Jadi Pandemi dan Kini Corona Serang Dunia
Corona tak cuma satu-satunya wabah yang meneror penduduk dunia, sekitar 100 tahun lalu satu jenis baru influenza menulari sepertiga penduduk dunia
Manusia kalah Berkali-kali, Sejarah Ngeri Flu Babi Jadi Pandemi dan Kini Corona Serang Dunia
TRIBUNBATAM.id - Virus corona yang bermula dari Wuhan, China benar-benar membuat kerusuhan seluruh dunia.
Tak ada yang menyaka begitu banyak dampak kerusakan yang dibuat pandemi yang bernama Covid-19 tersebut.
• Cerita PSK yang Kehabisan Orderan di Masa Pandemi, Bingung Pikirkan Biaya Hidup
Negara-negara di dunia yang mengklaim makin modern dengan pengetahuan dan teknologinya, serentak keok diserang bertubi-tubi corona tanpa bisa melawan.
Celakanya, tindakan sepele pada awal-awal pandemi menyerang di Januari 2020, mengakibatnya banyak negara kolaps.
• Kiat Pedagang Pasar di Batam Bertahan Selama Pandemi Corona, Keuntungan Masih Bisa Terjaga
Di Indonesia, corona menyerang pada Maret tahun 2020 dan hingga saat ini kasus-kasus positif terkonfirmasi Covid-19 masih terus ada dan melonjak.
Senin (14/9/2020), DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara menyerah, dengan melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), setelah sebelumnya merelaksasi aturan ketat karantina.

Jakarta sekaligus jadi contoh tidak sinkronnya kebijakan daerah dan pusat.
Pascamengumumkan PSBB, Gubernur DKI Jakarta disentil berberapa elite negeri termasuk kalangan pengusaha dengan dalih kekhawatiran dampak ekonomi.
• Saat Semua Rontok karena Pandemi Covid-19, Orang Ini Menjelma Jadi Pria Kaya Raya
Sejarah Wabah Mengerikan
Corona ternyata tak cuma satu-satunya wabah yang meneror penduduk dunia.
Sekitar 100 tahun lalu, satu jenis baru influenza menulari hampir sepertiga penduduk dunia.
Namun dalam waktu tiga tahun, ancaman flu yang mematikan tersebut kemudian hilang.
Hal tersebut terjadi di saat layanan kesehatan modern belum tersedia dan pemahaman mengenai virus belum dikuaasai.
• Disebabkan oleh Infeksi Virus, Kenali Gejala Awal Penyakit Radang Otak, Waspada bila Mudah Bosan
Banyak orang sekarang bertanya bagaimana pandemi sebelumnya berakhir?
Dan bagaimana akhir perjalanan dari pandemi Covid-19 saat ini?
Mungkin bisa mengetahuinya dari sejarah pandemi sebelumnya.
Tiga Fase Pandemi
Menurut pakar masalah virus Kirsty Short dari University Queensland di Brisbane, diperlukan tiga kondisi untuk menyebabkan sebuah virus menjadi pandemi, yakni;
1. Virus itu harus menyebabkan penyakit pada manusia.
2. Virus itu mudah menyebar dengan cepat
3. Manusia tidak memiliki kekebalan sebelumnya terhadap virus tersebut

"Sebagai contoh, kita hidup bersama dengan MERS sekarang ini," kata Dr Short merujuk kepada sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), sejenis virus corona yang masih memiliki hubungan dengan virus penyebab Covid-19.
"(MERS) tidak menyebabkan pandemi, karena virus tersebut tidaklah menyebar dengan cepat dari orang ke orang lainnya."
• Solusi Belanja ke Pasar di Tengah Pandemi
"Sebagai bandingannya, virus corona musiman, mungkin bisa jadi pandemi, namun menjadi seperti flu biasa yang kemudian diabaikan karena tubuh dengan secara perlahan membentuk kekebalan."
Dengan melihat tiga kondisi untuk menyebabkan pandemi, apa yang dialami saat ini menghadapi Covid-19 sebenarnya tidak banyak, karena faktor biologi virus tersebut dan keberadaan kita sebagai manusia.
Dengan menerapkan jarak fisik dan penggunaan masker kita bisa mempersulit penyebaran virus.
• 5 Hal Ini Diyakini Bisa Mempercepat Pemulihan Ekonomi Kepri Akibat Pandemi Covid-19
Namun faktor penting untuk menghentikan penularan virus menjadi pandemi adalah kekebalan tubuh.
"Herd immunity (kekebalan massal) hanya bisa dicapai dengan vaksinasi atau ketika jumlah yang terkena mencapai angka sangat tinggi," jelas Dr Short.
Flu Babi Pernah Jadi Pandemi
Flu babi tidak lagi menjadi pandemi, namun tetap mengancam mereka yang tidak mendapat vaksinasi.
Ketika flu babi mulai merebak bulan April 2009, virus ini berbeda dengan jenis virus flu sebelumnya, sehingga menyebar cepat menjadi pandemi.
• WASPADA! Flu Babi Afrika Mulai Mewabah, Ratusan Ekor Babi di NTT Mati, Keluar Cairan dari Dubur
Sekitar 10 persen penduduk dunia terkena virus tersebut, namun enam bulan kemudian tersedia vaksin untuk memeranginya.
Di tahun berikutnya, flu babi ini menjadi flu musiman, masih beredar namun bukan lagi bersifat pandemi.

"Cukup banyak manusia yang memiliki kekebalan terhadap virus tersebut, entah karena mereka mendapat vaksinasi atau memiliki kekebalan karena sudah pernah terkena virus itu sebelumnya," kata Dr Short.
"Itu berarti kalau seseorang terkena, kita tidak akan menyebarkannya dan keparahannya sudah berkurang."
• Corona Belum Berakhir, Peneliti China Temukan Virus Flu Babi Jenis Baru, Diberi Nama G4
"Virus itu tidak hilang, di tahun 2010 virus itu masih ada, sudah ada kekebalan terhadap virus dari tahun 2009, sehingga tidak menjadi pandemi."
Pandemi tanpa Vaksin
Bagaimana dengan pandemi flu di tahun 1918?
Pandemi ini banyak dibandingkan dengan Covid-19 dan bagaimana bisa berakhir tanpa adanya vaksin.
Menurut Dr Short, yang membedakannya adalah kekebalan massal.
• Mengenal Penyebab dan Gejala Flu Babi, Siapa Saja yang Berisiko Terpapar?
Tanpa adanya vaksin diperlukan waktu lebih lama untuk pandemi flu tersebut hilang dibandingkan dengan pandemi flu babi di tahun 2009.
"Di tahun 1918, tidak ada vaksin.
Virus itu berkembang tanpa kendali dan pandemi itu masih terjadi di beberapa tempat sampai tahun 1921," katanya.
"Yang terjadi adalah munculnya kekebalan massal yang akhirnya membuat virus itu jadi flu biasa."
"Virus tahun 1918 tetap menjadi flu biasa sampai tahun 1958, yang kemudian digantikan oleh jenis H2N2, pandemi flu Asia."

Namun puluhan juta manusia di seluruh dunia meninggal sebelum terbentuknya kekebalan massal.
Kapan dan Bagaimana Covid-19 Berakhir
Cara-cara untuk menanggulangi pandemi flu Spanyol di tahun 1918 seperti penggunaan masker kembali digunakan di masa pandemi Covid-19.
Para ilmuwan di seluruh penjuru dunia kini sedang berlomba-lomba menciptakan vaksin untuk mengatasi COVID-19.
Namun menurut Dr Short, bila nantinya vaksin Covid-19 tersedia tidak dengan serta merta membuat pandemi langsung berakhir.
"Tidak akan ada misalnya kita mengatakan di tanggal tertentu, virus ini tidak akan menjadi masalah lagi," kata Dr Short.
"Yang akan terjadi adalah kalau ada vaksin, jumlah kasus akan berkurang. Selain itu pengobatan akan meningkat dan tingkat kematian menurun."
"Jadi kemudian perlahan menghilang, tidak tiba-tiba terjadi."
Dengan adanya vaksin tidaklah berarti virus ini akan menghilang, bahkan setelah masa pandemi dilalui.
"Menghilangkan virus dari dunia ini sangatlah sulit.
Kita baru pertama kali berhasil melakukannya terhadap cacar air," kata Dr Short.
"Untuk melakukannya, kita perlu strategi global.
Selain itu juga vaksin itu haruslah bisa 100 persen melindungi kita terkena virus dan juga melihat kemungkinan mutasi virus tersebut termasuk di binatang. Ini bukan hal yang mudah." kata Dr Short dari University of Queensland.
.
.
.
(*)
Sebagian materi dalam artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kapan Virus Corona Berakhir? Sejarah Pandemi Dunia Mungkin Bisa Menjawab