Siapa Eks Aktivis dan Habib yang Bikin Kapolri Idham Azis Ingin Tempeleng Pilot Heli Polisi

Ungkapan “tempeleng-tempeleng” itu dimulai dari pertanyaan Supriansah Mannahawu, anggota Fraksi Partai Golkar dan Habib Aboe Bakar dari PKS

3. Demo Mahasiswa Tahun Lalu, Komandan Polisi Dilempari Batu

MANUVER helikopter milik Dipolair Polda Sultra, saat membubarkan aksi demosntrasi mahasiswa di depan mapolda Sultra, Selasa (29/9/2020) lalu. Aksi manuver helikopter ini hingga 3 kali dan memicu kegeraman kapolri di RDP Komisi III DPR-RI, Rabu (30/9).

 Demo Mahasiswa Tahun Lalu, Komandan Polisi Dilempari Batu

Aksi manuver pilot helikopter Polairud Polda Sultra oleh Kapolri disebut “ngarang-ngarang “ dan tidak sesuai dengan standar operasional dan prosedur penanganan aksi massa.

Helikopter jenis Bell, milik Korps Polairud Polda Sultra membubarkan aksi demonstrasi solidaritas September Berdarah (SEDARAH), pada 26 September 2020 lalu dengan cara terbang rendah ternyata tanpa perintah.

Sontak manuver Helikopter milik Polda Sultra itu membuat demonstran dan juga polisi kocar-kacir berhamburan karena debu yang berterbangan.

Dalam menjelaskan kasus tewas mahasiswa Kendari,  itu turut merusak kawat berduri dan membakar ban di jalan menuju Mapolda Sultra. Akibatnya, jalan di daerah itu ditutup.

Dalam demo kali ini, mahasiswa turut merusak kawat berduri dan membakar ban di jalan menuju Mapolda Sultra. Akibatnya, jalan di daerah itu ditutup.

Upaya polisi ini kemudian memancing reaksi dari mahasiswa. Massa beberapa kali melempar batu dan kayu ke arah aparat keamanan.

Di tengah demonstrasi massa, muncul helikopter milik Polda Sultra yang terbang rendah di tengah kerumunan massa aksi.

Akibatnya, angin yang ditimbulkan helikopter membuat massa berhamburan. Tak terkecuali jurnalis yang meliput. 

Helikopter tersebut beberapa kali lalu lalang di atas kerumunan massa.

Upaya polisi ini kemudian memancing reaksi dari mahasiswa. Massa beberapa kali melempar batu dan kayu ke arah aparat keamanan.

 Kabid Humas Polda Sultra, Kombes Pol Ferry Walintukan melalui 

Kasubbid Penmas Polda Sultra Kompol Agus Mulyadi, menyebut pilot, co pilot dan dua teknisi helikopter sudah diperiksa, oleh Propam Polda Sultra.

"Pilotnya bermanuver sendiri tanpa ijin. Saat ini sedang dalam pemeriksaan (di Bidang Propam)," ungkap 

Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sultra, Irjen Pol Yan Sultra Indrajaya, mengaku tak memerintahkan anggotanya untuk menerbangkan dan membubarkan massa menggunakan Helikopter itu. 

Bahkan, Kapolda juga heran mengapa bisa helikopter itu diterbangkan dan bermanuver rendah di tengah-tengah massa aksi sebanyak tiga kali.

Aksi di depan Markas Polda Sultra itu, adalah peringatan tepat  setahun pasca tewasnya dua aktivis mahasiswa Universitas Haluoleo (UHO) Sultra, Yusuf Kardawi dan Randi yang tewas tertembak, Kamis 26 September 2019 lalu.

Pada 

Pada aksi demonstrasi tahun lalu, tepatnya Senin (28/10/2019), aksi berakhir ricuh. 

Massa yang berasal dari mahasiswa itu melempari anggota kepolisian yang berjaga dengan menggunakan tinja.

Dirpolair Polda Sultra Kombes Andi Anugerah yang berjaga di lokasi terkena lemparan batu.

Kini, sejak November 2019 lalu, jabatan Dir Polair Polda Sultra dijabat Kombes Pol Suryo Aji, S.I.K.

Meski sempat memanas, namun situasi kembali terkendali dan mahasiswa kembali menggelar orasi secara bergantian.

Mahasiswa menuntut Kapolda Sultra turun dari jabatan, karena tak menuntaskan kasus tewasnya dua rekan mereka.

Hingga Agusrus lalu, kasus penembakan Randi sudah sampai di pengadilan, namun massa menduga masih ada aparat lain yang belum diperiksa dalam kasus tewasnya dua mahasiswa.

Selain itu, kasus Yusuf Kardawi juga belum diungkap oleh polisi. Padahal, sejumlah saksi dan video memperlihatkan Yusuf meninggal di depan pintu masuk Kantor Dinas Nakertrans Sultra dengan luka parah di kepala diduga akibat tembakan aparat.

Halaman
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved