Siapa Penemu Batik, Sudah Ada Sejak Zaman Majapahit

Hari Batik Nasional diperingati 2 Oktober 2020, siapa sebenarnya penemu batik? Sudah ada sejak jaman Majapahit

kompas.com
Visitors see the Jambi batik cloth at Rumah Batik Azmiah (Kompas.com/Kahfi Dirga Cahaya) 

Pada masa Dinasti Tang, ubungan yang intens antara kerajaan-kerajaan di Jawa dengan China turut memperkenalkan motif batik yang ada pada keramik.

Pada waktu yang sama, di Nigeria Selatan dan Senegal, Suku Yoruba membuat motif kain dengan pasta singkong dan nasi yang juga mencerminkan proses pembuatan batik.

 Semenjak masuk Nusantara terutama Jawa, kain bermotif ini mencapai puncak kejayaannya.
Pada 1835, orang Belanda membawa para pengrajin batik ke negara asal mereka, dan mempekerjakan para pengrajin tersebut di pabrik.
Hal itu berlanjut sampai awal 1900-an, saat batik sempat diproduksi secara massal di Jerman.

Pada awal 1940-an, kain batik dibuat secara massal di Swiss. Pada saat yang bersamaan, teknik cetak (printing) dikembangkan di Jawa.

Sejak Masa Majapahit

Di Nusantara, batik dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan berkembang ke kerajaan-kerajaan lain. Antara lain Kesultanan Mataram, Kasunanan Surakarta, dan Kesultanan Yogyakarta. Di abad ke-18 sampai 19, batik berkembang secara masif di Pulau Jawa.

Batik yang dikenal pada masa itu merupakan batik tulis, menggunakan tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri sebagai pewarna.

Antara lain pohon mengkudu, tinggi, saga, dan nila. Proses pembuatannya sama dengan pembuatan batik tulis tradisional, yakni menggunakan canting sebagai mediumnya.

Pada masa Kesultanan Mataram, batik sempat menyandang eksklusivitas untuk keluarga kerajaan. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam wilayah Keraton, hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya.

Oleh karena banyak pengikut raja yang tinggal di luar Keraton, lama-kelamaan kesenian batik dibawa keluar Keraton dan dikerjakan di tempatnya masing-masing.

Pengaruh Kebudayaan Peranakan pada Corak Hias Batik Pesisiran Pengaruh Kebudayaan Peranakan pada Corak Hias Batik Pesisiran

Lama-lama, kesenian batik ditiru oleh masyarakat di sekitar mereka. Batik menjadi pekerjaan kaum wanita untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang awalnya hanya merupakan pakaian keluarga Keraton mulai dipakai masyarakat.

Batik pada masa Kerajaan Majapahit bisa ditemukan di Mojokerto dan Tulungagung. Selain itu, pada masa penyebaran Islam, batik kuat mengakar di wilayah Ponorogo. Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah Perang Dunia I yang dibawa oleh seorang China bernama Kwee Seng.

Ada pula batik pesisir yang bermotif peranakan, merupakan akulturasi dengan budaya China.
“Mereka (kebudayaan peranakan) kan datang bersama Laksamana Cheng Ho ke Indonesia. Nah, pelabuhannya mereka ini besar sekali, dari Semarang sampai Tuban, jadi adanya hanya di pesisiran,” tutur Notty J Mahdi dari Forum Kajian Antropologi Indonesia.

Kini, hampir tiap daerah di Indonesia memiliki motif batik. Papua misalnya, punya batik bermotif tifa (gendang) dan burung cendrawasih.

DKI Jakarta bahkan memiliki batik bermotif ondel-ondel dan Monumen Nasional. Berkembangnya medium dan model batik menjadikan kain motif asli Nusantara ini tetap menjadi favorit seiring bergantinya zaman.

Pakaian Tradisional

Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya Suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved