Kisah Maya Banting Setir dari PSK Jualan Ayam Geprek, Ditawar 100 Ribu Padahal Biasa Dapat 1 Juta
Tak cuma mereka yang tadinya bekerja di sektor formal yang terkena dampak pandemi, bisnis jasa esek-esek pun terkena imbas
Rumah yang disewa perempuan 32 tahun ini sedikit lebih besar dari rumah lainnya karena memiliki dua ruangan dan dapur di belakang.

Di depan pintu terdapat etalase kecil yang terisi dagangan makanan ringan.
"Yang tinggal di (daerah) sini hampir semuanya PS (pekerja seks), ada yang sudah punya anak, ada juga yang tua tapi kerjanya sekarang sebagai penghubung saja," katanya saat ditemui BBC News Indonesia.
Di rumahnya, Maya tinggal bersama kekasihnya yang bekerja sebagai agen judi togel.
Mereka saling tahu profesi masing-masing.
Baca juga: Cerita PSK yang Kehabisan Orderan di Masa Pandemi, Bingung Pikirkan Biaya Hidup
Colong-colongan dengan razia
Sejak memasuki masa pandemi, tamu yang biasa kencan dengan Maya berkurang drastis.
Sebelumnya, ia bisa berkencan dengan empat laki-laki dalam satu malam dan mengantongi uang hingga Rp 1 juta.
"Pas pandemi ini, satu juga kadang-kadang enggak (ada).
Tamu kan jarang datang ke sini, terus menawar juga agak murah-murah sekarang.
"Kadang-kadang Rp 150.000, kadang-kadang Rp 100.000, buat (sewa) kamar juga Rp 40.000.
Kita kebagian berapa kalau Rp 100.000?" tanya Maya dengan nada retoris.
Untuk bertahan hidup, Maya kadang nekad mencari tamu hingga ke pinggiran jalan dengan cara duduk di warung kelontong yang masih buka.

Bermain petak umpet dan adu lari dengan pasukan Satpol PP adalah tantangannya.
"Kita colong-colongan sama razia… Saat pandemi, razia dua-tiga kali datangnya dalam semalam," kata Maya.