KKB Papua Tembak Mati Anggota TNI, Prada Agus Kurnia Gugur Dalam Baku Tembak
Seorang anggota TNI tewas dalam baku tembak dengan anggota KKB Papua, korban sudah di evakuasi oleh TNI AU dengan menggunakan pesawat Militer
TRIBUNBATAM.id | PAPUA - Prajurit TNI bernama Prada Agus Kurnia gugur dalam baku tembak dengan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua.
Diketahui, Agus Kurnia bertugas di Pos Titigi.
Ia gugur setelah mengalami luka tembak di bagian punggung.
Aksi tembak-tembakan tersbeut terjadi pada pukul 11.40 WIT.
Sejauh ini belum diketahui penyebab kontak senjata tersebut terjadi.
Hanya saja, ketika itu terjadi, Agus Kurnia menjadi sasaran tembak dan meninggal dunia.
Baca juga: Kehebatan Pasukan TNI Denjaka yang Cari Pesawat SJ 182, 1 Orang Setara Kemampuannya 5 Prajurit Biasa
Baca juga: Viral di Medsos, Warga Tanjungpinang Mengaku Ditodong Pistol 2 OTK, Ini Kata Polisi
Baca juga: MYD Blak-blakan Ungkap Hubungannya Selama Ini sama Gisel: Waktu Itu Memang Cuma Rekan Kerja
"Tadi kontak tembak antara Batalyon 400 dengan KKB di Titigi yang mengakibatkan satu anggota bernama Prada Agus Kurniawan meninggal dunia," ujar Komandan Korem 173/PVB Brigjen TNI Iwan Setiawan, dikutip dari Kompas.com, Minggu malam.
Kontak senjata terjadi sekitar pukul 11.40 WIT dan belum diketahui penyebabnya.
Iwan memastikan saat ini jenazah Prada Agus Kurniawan berhasil dievakuasi ke Mimika menggunakan helikopter milik TNI AU.
"Tadi dari Titigi sudah dievakuasi menuju Sugapa dan dari Sugapa sudah dievakuasi mengginakan heli menuju Timika," kata dia.
Saat ini anggota Batalyon 400 tengah melakukan pengejaran terhadap KKB yang melakukan penembakan.
"Yang jelas anggota yang jadi korban secepatnya dievakuasi mengingat waktu sudah siang.
Kemudian yang kedua anggota siaga termasuk melakukan pengejaran.
Seperti diketahui medannya di sana cukup sulit, banyak tebing-tebing," kata Iwan.
Pesawat dibakar
Kelompok Bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat sayap militer OPM membakar satu unit pesawat milik Mission Aviation Fellowship (MAF), Rabu (6/1/2021) di Kampung Pagamba Distrik Mbiandoga, Kabupaten Intan Jaya, Papua. Pesawat yang dibakar nomor PK-MAX.
Alasan OPM membakar pesawat yang melayani penerbangan ke daerah terpencil di Papua itu karena datang sebagai mata-mata dan sering mengangkut personel aparat keamanan TNI dan Polri.
"Para misionaris semuanya adalah agen kapitalis asing, yang datang sebagai mata-mata untuk menghancurkan kekuatan alam asli Papua, dan akhirnya Indonesia dan Amerika bebas mencuri kekayaan alam kita," ujar Juru Bicara OPM Sebby Sambon saat dikonfirmasi, Sabtu (9/1/2021) terkait alasan pembakaran pesawat MAF yang selama ini dikenal membawa misi agama dan kemanusiaan di Papua.
Pesawat MAF juga kerap mengangkut personel TNI dan Polri.
"Oleh karena itu kami tidak akan kompromi, karena juga pesawat itu selalu membawa pasukan TNI/Polri, dan itu sudah kami ketahui," tegas Sebby.
Jika para misionaris memiliki niat baik mengapa mereka tidak pernah melapor ke negaranya tentang kejahatan militer Indonesia di Tanah Papua.
"Setidaknya mereka harus bertanggung jawab dari sisi kemanusiaan untuk mendesak negaranya memperhatikan pelanggaran HAM dan hak politik rakyat Papua untuk penentuan nasib sendiri," ujarnya.

Namun kenyataannya tidak, dan para misionaris ini membuka jalan agar TNI dan Polri dengan mudah masuk ke kawasan Dataran Tinggi untuk membunuh orang Papua.
"Apa kebanggaan misionaris? Tidak ada untungnya, karena umat Tuhan dibunuh oleh militer Indonesia. Para misionaris Barat ini tidak pernah menekan negara mereka," ujarnya.
"Jadi tidak ada lagi kompromi bagi mereka yang tidak peduli tentang nasib rakyat Papua."
"Kami yang memperjuangkan kemerdekaan Papua tidak akan lagi berkompromi dengan misionaris, dan kami juga siap untuk mengusir mereka karena para misionaris tersebut tidak menguntungkan bagi kehidupan masyarakat Papua," tandasnya.
"Ini kontroversi, tapi kami memiliki hak untuk menyampaikan sesuka hati kami," ujarnya.
MAF melayani penerbangan perintis ke pedalaman Papua terutama dalam mendukung pemberitaan Injil di daerah tersebut, juga untuk pengiriman logistik (termasuk kebutuhan pokok warga setempat), pendidikan, dan komunikasi serta kesehatan.
Biasanya Pilot MAF dilatih untuk terbang di medan berat seperti pegunungan dan daerah pedalaman dan dapat mendarat dan lepas landas di landasan pendek (STOL).
Pesawat MAF dengan register PK-MAX yang dipiloti warga Amerika Alex Luferchek dibakar saat mengangkut kebutuhan pokok dan makanan.
Pesawat terbang dari Bandara Nabire menuju Bandara Kampung Pagamba, Intan Jaya, dan berhasil mendarat secara mulus.
Saat pesawat berhenti di landasan, tiba-tiba muncul sekitar 10 orang tidak dikenal dari balik semak-semak sekitar bandara.
Mereka membawa senjata api laras panjang dan laras pendek. Masyarakat yang ada di sekitar lapangan terbang langsung kabur.
Kelompok bersenjata lalu mengancam pilot dan memintanya ke luar pesawat.
Pilot lalu dibawah todongan senjata sempat disuruh duduk di tanah.
Selanjutnya kelompok bersenjata menurunkan barang-barang dalam pesawat. Setelah semua barang diturunkan, mereka lalu merusak dan membakar pesawat.
Sementara pilot berhasil melarikan diri dari lapangan terbang menuju kampung lain.
Keesokan harinya, pilot kemudian berhasil dijemput pihak MAF dengan pesawat lain.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pesawat MAF Dibakar di Intan Jaya Papua, OPM Beralasan karena Pesawat Datang Sebagai Mata-mata dan Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Baku Tembak Lagi TNI dengan KKB di Papua, Prada Agus Kurnia Gugur