NEWS WEBILOG TRIBUN BATAM
Bahaya Predator Anak Mengintai di Kepri, Selamatkan Anak dari Kekerasan dan Pornografi
Kasus predator anak yang diungkap pihak kepolisian sejak Awal Tahun 2021, jadi atensi sejumlah pihak.
Penulis: Yeni Hartati | Editor: Septyan Mulia Rohman
Usia 11 tahun 90 persen terpapar pornografi, hanya 10 persen yang masih steril.
Upaya pemerintah dalam menangani kasus ini, menerima pendampingan, menerima mediasi, memfasilitasi psikologi dan kesehatan dan interigasi sosial seperti rumah aman.
Rehabilitasi sosial untuk anak-anak harus dilakukan terhadap anak-anak yang kekerasan seksual dan pornografi.
Saat ditanya hukuman apa yang sesuai terhadap pelaku, Misni justru sangat setuju atas hukum kebiri.
"Sementara untuk lembaga terkait, stakeholder berharap untuk lebih peduli hak-hak terhadap anak, dan untuk anak harus menjadikan keluarga sebagai tempat curhat atau idola," harapnya Misni.
Dinuriza Lauzi sebagai psikolog mengatakan penyebab anak-anak selalu menjadi korban kekerasan seksual umumnya terjadi pada usia 17 tahun kebawah hingga usia Playground dengan memiliki sifat dasar mereka yaitu percaya.
Dari data 4 ribu anak di Indonesia yang didominasi oleh kekerasan seksual dan pornografi.
Sedangkan pelaku merupakan orang terdekat yang merusakan kepercayaan anak.

Lingkungan juga merupakan saling berkaitan yang mudah dimanipulasi oleh pelaku.
Ia mencontohkan, saat anak pulang mengaji dengan diiming-imingi hadiah karena anak rajin, dan kasus sodomi juga tinggi di Kepri.
Faktor jangka panjang anak yang mengalami kekerasan seksual sulit untuk mengembangkan dirinya untuk masa depannya.
Sedangkan saat ditanya hukuman yang pantas diberikan oleh pelaku, ia setuju hukum kebiri untuk diterapkan.
"Sangat setuju walaupun banyak pihak yang masih simpang siur, kalau bisa ditambah hukum rajam agar double hukuman," harapnya.
Tidak hanya itu Dinuriza juga berharap agar nilai-nilai agama baik dilakukan sejak masih dalam kandungan.
Pola asuh anak yang dilakukan oleh orang lain menjadi penyebab kurangnya perhatian terhadap anak yang bisa saja mengakibatkan ke pergaulan bebas.
Sementara itu, Dinuriza juga mengatakan untuk kepada "Pihak-pihak sekolah seharusnya mengedepankan nilai moral nilai karakter pada anak bukan hanya nilai akademik saja," pungkasnya. (TribunBatam.id/Yeni Hartati)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google