PENEMBAKAN DI CENGKARENG
'Kalau Bapaknya Meninggal Anaknya Mau Makan Apa?' Rintihan Pilu Keluarga Korban Aksi Brigadir CS
"Kalau bapaknya meninggal anaknya mau makan apa? Perlu (biaya) sekolah," Itulah jeritan tangis keluarga korban penembakan Brigadir Cornelius Siahaan.
Pihak keluarga yang ikut mendampingi proses pengambilan jenazah berusaha keras menenangkan agar Berlian tidak larut dalam duka saat jenazah dibawa.

Jenazah Doran Manik yang baru sekitar enam bulan bekerja sebagai kasir di kafe lokasi penembakan rencananya dimakamkan di Lampung.
Marupa Rumahorbo, mertua mendiang Doran Manik berharap Bripka CS mendapat hukuman setimpal.
Ia juga menuntut pelaku memperhatikan anak korban.
"Cuman saya minta agar anak diperhatikan. Karena korban adalah tumpuan keluarga," ucap Marupa.
"Kalau bapaknya meninggal anaknya mau makan apa? Perlu (biaya) sekolah," ia menambahkan.
Doran Manik merupakan tulang punggung keluarga meninggalkan dua anak laki-laki dan satu perempuan masih kecil.
Anak laki-laki tertua Doran yang tercatat siswa kelas 5 SD berusia 11 tahun.
Anak kedua berusia 9 tahun, sementara anak perempuan berusia 2 tahun.
"Makannya saya harap siapa pun yang melakukan (penembakan) ini agar tanggung jawab menyekolahkan anak-anaknya, itu permintaan keluarga," ujarnya.
Kemudian jenazah Feri Saut Simanjuntak dibawa keluarga dari Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati, sekitar pukul 19.27 WIB.
Saat peti jenazah dibawa ke mobil ambulans, seorang perempuan mengenakan baju warna biru tampak menangis histeris tak kuat menahan duka.
Perempuan tersebut bahkan tampak tidak kuat melangkah sehingga terjatuh tepat depan mobil jenazah yang digunakan membawa jenazah Feri.
Pihak keluarga yang ikut mendampingi proses pengambilan jenazah berusaha membopong perempuan berusia sekitar 30 tahun agar dapat berdiri.
Berdasarkan data yang dihimpun TribunJakarta.com, jenazah Feri Saut Simanjuntak disemayamkan di kawasan Green Garden, Jakarta Barat.