Polwan Ajudan Terakhir Presiden Soekarno Telah Tiada, Menari Sambil Bawa Revolver Jaga Bung Karno

Ni Luh Putu Sugiantri, Polisi Wanita (Polwan) yang menjadi pengawal Bung Karno meninggal setelah berjuang melawan penyakit dan usianya senjanya

NET
Ilustrasi Presiden RI pertama Soekarno saat menari 

TRIBUNBATAM.id - Ni Luh Putu Sugiantri, Polisi Wanita (Polwan) yang menjadi pengawal Bung Karno meninggal.

Ni Luh Putu Sugiantri tutup usia di usianya yang ke-73 tahun pada Senin 15 Maret di Bali.

Ni Luh Putu Sugianitri yang pernah mengawal Bung Karno saat Presiden RI pertama itu mulai sakit-sakitan.

Ia dikenal sangat tegas lantaran menolak ketika ditawari untuk menjadi ajudan istri Soeharto, Tien Soeharto.

Ni Luh Putu Sugianitri lahir di Desa Babatan, Penebel, Tabanan, Bali.

Ni Luh Putu Sugianitri yang merupkan ajudan Soekarno
Ni Luh Putu Sugianitri yang merupkan ajudan Soekarno (ist)

Ia tinggal di sebuah rumah kontrakan sederhana di Denpasar.

Selepas menjadi pengawal Soekarno, dikabarkan ia sempat menjadi pelestari jeruk di kampungnya.

Informasi meninggalnya pengawal Polwan pengawal Bung Karno ini dibagikan akun Facebook PoliTika.

Dalam unggahannya ia menceritakan sosok Ni Luh Putu Sugianitri atau kerap dipanggil Bu Nitri.

Baca juga: Saat Diusir dari Istana, Soekarno Cuma Bawa Bungkusan Koran, Ternyata Isinya Benda Ini, Jimat?

Sementara itu, dilansir dari Kumparan, Senin 15 Maret 2021,

Polwan yang mengawal Soekarno pasca Gerakan Satu Oktober (Gestok) 1965 itu,

tutup usia karena penyakit kista dan anemia yang telah lama dideritanya.

"Jadi ibu memang enam bulan terakhir baru merasakan sakit-sakitnya

dari penyakit yang sudah lama dideritanya,

selain memang sudah sepuh di umur 72 tahun," kata Fajar Rohita, anak sulung mendiang.

Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno sedang berpidato di tengah-tengah rakyatnya.
Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno sedang berpidato di tengah-tengah rakyatnya. (ist)

Fajar menceritakan, kondisi Bu Nitri semakin memburuk akibat penyakit yang dideritanya.

Hingga pada 9 Maret lalu, ibu Nitri sempat dilarikan ke RS Balimed dan kemudian dia dirujuk ke RS Sanglah.

"Karena kondisinya yang semakin kritis,

ibu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya kemarin," kata Fajar.

Tak pernah naik pangkat

Ni Luh Putu Sugianitri sempat berapi-api menceritakan

bagaimana dia sebagai Polwan ajudan terakhir Presiden Soekarno.

Menurut Nitri, panggilan akrabnya,

karena perpindahan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto

dan suasana psikologis yang menyertainya,

dialah satu-satunya Polwan yang tidak pernah naik pangkat.

Baca juga: 4 Peristiwa Bersejarah yang Bikin Air Mata Soekarno Meleleh: di Antaranya Saat Hukum Mati Sahabat

Ia selamanya hanya berpangkat brigadir,

tidak pernah dipecat, tidak pernah diberhentikan.

"Saya satu-satunya wanita Bali yang menjadi ajudan terakhir Presiden Soekarno.

Saya dari Desa Babatan, Penebel, Tabanan.

Anak satu-satunya Ni Made Pajeng, pendiri sekolah di sana.

Saya polisi angkatan ketiga di Sekolah Kepolisian Sukabumi," ujar Nitri pada Sabtu (12/4/2014).

Dikisahkan Nitri, setelah pendidikan,

Polwan yang lain kembali ke daerah masing-masing.

Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno
Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno (ist)

Namun dia tidak boleh pulang.

Sebagai orang Bali, dia sering diminta menari.

Dia sering tampil menari di acara-acara resmi kepresidenan,

hingga akhirnya Nitri diangakat menjadi ajudan Bung Karno.

"Sebagai polisi ajudan, saya tidak pernah memakai seragam polisi.

Waktu itu, saya lebih sering menari daripada latihan karena penari masih jarang.

Saya selalu memakai kebaya dan menari,

sementara di dalam tas ada revolver.

Baca juga: Ketika Megawati Soekarnoputri Dongkol Terus Dituduh PKI, Minta Bukti Lama-lama Saya Kesal

Dengan begitu, orang tidak tahu bahwa Soekarno dikawal oleh ajudan yang sedang menari," kisah ibu tujuh anak dari dua kali pernikahannya ini.

Nitri mengaku sebagai ajudan,

hanya sebagai tukang beli kue, makanan, dan buah-buahan yang disenangi Bung Karno.

Menurut Nitri, Bung Karno paling menyukai kue lemper, buah rambutan

dan jika makan harus ada kecap merek tertentu yang pabriknya ada di Blitar, kota kelahiran Putra Sang Fajar itu.

"Kalau ada yang bilang bahwa Bung Karno memiliki uang miliaran saat presiden, saya tertawa dalam hati.

Mereka tidak tahu, pernah sekali waktu Bung Karno meminta saya membelikan seikat rambutan," terangnya.

Presiden RI Soekarno bersama para pejuang ngumpul dalam suatu momen
Presiden RI Soekarno bersama para pejuang ngumpul dalam suatu momen (ist)

"Waktu itu saya bilang, mana uang untuk membelinya.

Bung Karno tidak punya uang.

Saya tahu persis, karena saya yang biasanya memegang untuk membeli makanannya," kata Nitri yang kini menjadi pengusaha jeruk Bali di kawasan Renon, Denpasar, tersebut.

"Setelah peristiwa Gestok (G30S), saya mendampingi Bapak Presiden sampai diamankan.

Setelah serah terima kekuasaan, Ibu Tien (Istri Soeharto) meminta supaya saya ikut menjadi ajudan.

Saya tidak mau, karena waktu itu Bung Karno dibilang pemberontak," kata Nitri.

Baca juga: Saat Diminta Tokoh Ini Serahkan Kekuasaan Kepada Soeharto, Soekarno Marah dan Lempar Asbak ke Hasjim

Baca juga: Rismawati Simarmata Berani Gugat Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ternyata Lulusan Australia

Baca juga: Menguak Misteri Keberadaan Naskah Asli Supersemar, Soeharto Kudeta Soekarno dengan Cara Kasar?

.

.

.

Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google

Sebagian artikel ini telah tayang d Tribunnews.com dengan judul Nitri Menari Sembari Bawa Revolver untuk Jaga Bung Karno

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved