Apa Beda Metode Hisab dan Rukyatul Hilal untuk Tentukan 1 Syawal Idul Fitri 2021?
Apa Beda Metode Hisab dan Rukyatul Hilal untuk Tentukan Idul Fitri 2021?
TRIBUNBATAM.id - Ada 2 metode yang digunakan untuk menentukan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada 1 Syawal.
Kedua metode itu yakni Rukyatul Hilal dan Hisab.
Dua metode itu juga digunakan untuk menentukan 1 Ramadhan atau awal puasa.
Kedua metode ini lahir dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang astronomi.
Dengan kedua metode tersebut, pemerintah bisa menetapkan tanggal pasti jatuhnya 1 Syawal melalui pergerakan bulan.
Kedua cara ini sudah tertuang pada Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 2 Tahun 2004 dan UU Nomor 3 Pasal 25 A.
Meski sama-sama berpatokan pada sains atau ilmu terapan yang berbasis astronomi, kedua metode memiliki perbedaan dalam menentukan hilal.
Apa beda metode Rukyatul dan Hisab? Simak penjelasannya yang dirangkum dari Tribunnews.com berikut ini:
Rukyatul Hilal
Rukyatul hilal secara harfiah artinya melihat bulan secara langsung melalui alat bantu seperti teropong.
Aktivitas pengamatan ini berfokus pada visibilitas hilal atau bulan sabit muda saat matahari terbenam sebagai tanda pergantian bulan pada kalender Hijriah.

Namun, bila cuaca terhalang gumpalan awan atau mendung, tak jarang rukyatul hilal menemui kesulitan untuk melihat bulan sabit muda. Jika hal itu terjadi, maka hilal dianggap tak terlihat sehingga penentuan awal puasa Ramadhan digenapkan pada lusa berikutnya.
Khusus pemantauan hilal Indonesia dilakukan pada 86 titik yang tersebar di 34 provinsi.
Petugas yang melakukan rukyatul hilal di antaranya ahli astronom, pimpinan pondok pesantren, ahli klimatologi hingga masyarakat umum yang ingin terlibat langsung.
Sebab terdapat aturan baku sebagai syarat terlihatnya hilal. Yaitu jika tinggi hilal berada di bawah 2 atau 4 derajat, maka kemungkinan obyek yang dilihat bukan hilal, melainkan bintang, lampu kapal, atau obyek lainnya yang kebetulan terlihat kasat mata di angkasa.
Sementara itu, obyek yang masuk dalam definisi hilal apabila bulan yang dilihat memiliki ketinggian di atas 2 derajat, elongasi atau jarak sudut matahari-bulan 3 derajat, dan umur minimal 8 jam saat ijtimak atau penetapan keputusan bersama.