BERITA CHINA
China Vs Amerika, Biden Bidik 'Politik Xi Jinping' Tanamkan Pengaruh ke Negara Berkembang
Membantu mengembangkan infrastrukturt hegemoni Tiongkok mengakar ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah membuat G7 pimpinan AS tak senang
TRIBUNBATAM.id - Dominasi China terhadap negara-negara miskin dan berkembang sepertinya terbaca oleh AS.
Membantu mengembangkan infrastruktur, hegemoni Tiongkok mengakar ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
AS dan G7 pun mengumumkan akan menciptakan alternatif "Belt and Road Initiative" yang digagas China sejak 8 tahun lalu.
Seperti diketahui kelompok G7 berisi negara-negara industri kaya, yang mencakup Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang dan Inggris.
Entah kebetulan atau tidak, saat ini negara yang tergabung dalam G7 menjadi musuh utama China dalam banyak isu, salah satunya Laut China Selatan.
G7 menyatakan dalam pengumuman akhir pekan lalu, akan mendukung proposal yang dipimpin Amerika untuk menciptakan alternatif "Belt and Road Initiative" gagasan China.
Para pakar menyambut baik fokus untuk membantu negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang sedang mengembangkan infrastruktur yang dibutuhkan, seperti yang dilansir dari VOA Indonesia, Jumat (18/6/2021).
Namun, rencana itu masih memiliki banyak pertanyaan tentang bagaimana proposal itu dilaksanakan, yang belum ada jawabannya secara langsung.
Menurut dokumen Gedung Putih, rencana itu bertujuan secara kolektif mengkatalisasi ratusan miliar dolar investasi infrastruktur bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada tahun-tahun mendatang.
Baca juga: Sebut China Negara Luar Biasa, Luhut Minta Jangan Marah-marah ke Beijing
Para pakar menilai proposal alternatif "Belt and Road Initiative" itu merupakan bagian yang lebih luas yang didorong Presiden Joe Biden.
Wakil Presiden Masyarakat Eropa/Dewan Amerika Eric Farnsworth mengatakan, "Saya kira rencana ini benar-benar positif, bahwa negara-negara G7 mengakui adanya isu ini dan perlunya mengambil tindakan."
Ditambahkannya, "Ada kebutuhan nyata di luar sana yang perlu dipenuhi.
Jika orang-orang di pasar yang sedang berkembang dan lainnya tidak melihat solusi dari negara-negara demokrasi ini, maka mereka akan mencari solusi dari mana pun yang mereka bisa.
Dan tentu saja China memiliki sangat banyak uang."
Supaya berhasil, maka program "Build Back Better World Partnership" atau B3W akan membutuhkan upaya berkelanjutan dari semua negara yang terlibat, ujar Farnsworth.
