HUMAN INTEREST
JATUH Cinta Sejak Pertama Kali Datangi RSOB, dr Nurul Widiati SpM Wujudkan Mimpi Jadi Dokter RSBP
dr Nurul Widiati, SpM atau dokter Nuri menceritakan kisahnya saat pertama kali datang ke RSOB hingga jatuh cinta dan bermimpi menjadi dokter.
Penulis: Beres Lumbantobing |
Perlahan pengadaan peralatan di berbagai disiplin ilmu, termasuk layanan poli mata, sudah terpenuhi dengan alat yang mutakhir.
Atas kerja kerasnya, terhitung sejak Januari 2021 Nuri pun dipercaya untuk menjadi Kepala Instalasi Rawat Inap.
Suatu tantangan besar untuk saya saat itu, karena berdasarkan pengalaman, banyak sekali pasien yang menolak untuk dirawat di RSBP.
Alasan pertama tentu karena lokasi yang jauh, dan berbagai alasan klasik yang timbul di masyarakat.
Bersamaan dengan situasi pandemi yang membuat semua jadi serba terbatas.
Namun, kata dia cukup diuntungkan dengan fisik rumah sakit yang sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, di mana gedung yang sebelumnya, sudah pasti kalah bersaing dengan rumah sakit lain, terutama untuk akses pasien di poli rawat jalan sudah dilengkapi dengan beragam fasilitas pendukung, lift, eskalator.
Tantangan menjadi lebih besar, yaitu bagaimana memberikan kepercayaan bagi masyarakat, bahwa perubahan fisik gedung dapat sebanding dengan perbaikan pada semua layanan.
Sebagai kepala instalasi rawat inap, Nuri mengaku berusaha untuk meningkatkan komunikasi antara sesama petugas rawat inap.
Menghadapi keluhan – keluhan pasien, maupun sesama dokter teman sejawat, karena setelah saya perhatikan masalah utama dari keluhan pasien adalah kurangnya komunikasi.
Ia menyebutkan sesama pegawai saja masih ada yang sulit untuk diajak komunikasi.
Jika ada masalah, saya berusaha untuk menampung, mencoba untuk menginvestigasi, membicarakan dengan pihak manajemen untuk saran dan tindakan penyelesaian, karena tentu saja, ini diperlukan kerjasama antara semua pihak.
Tidak lupa saya selalu membaca ulasan pengguna google untuk sekedar melihat tanggapan dari masyarakat.
Bisa dilihat, ulasan masyarakat makin lama makin membaik dibandingkan beberapa tahun lalu.
Dalam hal service excellence yang digalakkan pun sudah lama saya lakukan, misalnya, dengan memperkenalkan diri sebelum memeriksa, menyebutkan nama dan umur pasien sebagai konfirmasi, dan hal yang paling penting adalah, melakukan langkah tersebut dengan menatap mata pasien.
Buat pasien merasa berharga dan dibutuhkan oleh kita. Bukan sebaliknya.