BERITA CHINA
Taipan China Kehilangan Hartanya Hingga Ratusan Triliun Rupiah, Apa yang Terjadi?
Sejumlah taipan China kehilangan hartanya di tahun 2021 ini hingga triliunan Rupiah. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Sektor real estate di China telah tumbuh sangat cepat selama 2 dekade terakhir berkat ekspansi agresif melalui leverage yang tinggi, meningkatkan kekayaan di negara ini," kata Terence Chong, profesor ekonomi di Universitas China Hong Kong seperti diberitakan Kontan.co.id, Jumat (17/12/2021).
Sektor properti dipastikan akan melambat dengan penyaluran kredit yang lebih rendah dari bank.
Menurut Chong, China sedang mengubah dan meningkatkan ekonominya.
Properti akan jadi sektor yang kurang mainstream di masa depan.
Gejolak juga melanda salah satu perusahaan yang dianggap sebagai salah satu pemain kuat di industri, Shimao Group Holdings Ltd Obligasi dan sahamnya telah jatuh di tengah kekhawatiran menghadapi krisis uang tunai.
Sementara kesepakatan antara dua unitnya menimbulkan kekhawatiran atas tata kelola perusahaannya.
Bagi pendiri perusahaan Hui Wing Mau, yang memulai investasi real estate pada akhir 1980-an, kekayaannya berkurang lebih dari setengahnya tahun ini, turun US$ 5,2 miliar menjadi US$ 4,4 miliar.
SAHAM Perusahaan AS Ikutan Rontok
Tidak hanya China, perusahaan Amerika Serikat (AS) diketahui ikut rontok.
Baca juga: China Punya Jebakan Utang Bikin Inggris Waspada, Indonesia Bagaimana?
Baca juga: China Meradang, Sejumlah Negara Ikut Amerika Serikat Boikot Olimpiade Beijing 2022
Dampak covid-19 varian Omicron diketahui menjadi salah satu sebabnya.
Saham sejumlah perusahaan teknologi negara adidaya ini rontok di tengah kekhawatiran akan penyebaran covid-19 varian B.1.1.529 ini.
Selain itu gugurnya sejumlah saham perusahaan teknologi asal Amerika Serikat dan China ini dipicu adanya sinyal dari The Fed untuk mempercepat penatikan stimulusnya.
Sinyal aneh dari The Fed membuat investor bersiap untuk kenaikan suku bunga yang akan paling mempengaruhi beberapa saham paling bernilai.
Penurunan itu juga didorong oleh rencana Raksasa ride-hailing China, Didi, untuk keluar dari bursa New York Stock Exchange atau delisting.
Anjloknya saham-saham teknologi ini telah memukul pencapaian tertinggi pasar saham Wall Street saat ini.