LINGGA TERKINI
Ini Asal Tanah Daik yang Dibawa Gubernur Kepri ke IKN: Bekas Tapak Istana Damnah
Tanah Daik yang dibawa Gubernur Kepri Ansar Ahmad ke IKN berasal dari bekas tapak Istana Damnah, bangunan peninggalan zaman Kesultanan Riau-Lingga
Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
Ia menjelaskan lagi, bahwa tanah itu diambil di lokasi struktur cagar budaya bekas tapak Istana Damnah dibangun pada tahun 1860, semasa Kesultanan Lingga-Riau Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II (1857-1883).

Pembangunan itu juga dibantu oleh Yang Dipertuan Muda Riau kd X, Raja Muhammad Yusuf al- Ahmadi beserta pemaisurinya/istri Tengku Embung Fatimah (1883-1885).
"Tanah ini diambil di lokasi balai bertitah (Singgasana) tempat balai Pemerintahan Sultan yang merupakan balai bagian bekas Istana Sultan Lingga-Riau terakhir di Daik-Lingga Kabupaten Lingga Bunda Tanah Melayu," jelasnya.
Istana Damnah, tahta pemerintahannya diteruskan oleh Tengku Embung Fatimah sebagai pemerintahan sementara.
"Lalu dilantiklah dan dinobatkan Anandanya Raja Abdul Rahman menjadi Sultan Lingga-Riau pada Tahun 1875 dengan gelar Sultan Abdulrahman Muazzam Syah (1885-1911) merupakan Sultan Lingga-Riau terakhir," ucapnya.
Sejarah Situs Istana Damnah
Sementara itu, Situs Istana Damnah kini menjadi objek wisata sejarah di Kabupaten Lingga.
Letaknya berada di Kampung Damnah, Daik, Kecamatan Lingga, yang agak jauh dari pusat.
Istana Damnah kini hanya meninggalkan puing-puing atau bekas struktur-struktur yang masih ada.
Hal ini membuat Pemerintah Provinsi Kepri membangun sebuah Replika Istana Damnah, sebagai gambaran menyerupai yang aslinya.
Dengan pembangunan replika ini, tentu sejarah Istana Damnah menjadi hal yang penting untuk diketahui.
Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardy menyebutkan bahwa Istana Damnah Dibangun pada masa Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II.
Beliau bertahta di Kerajaan Riau Lingga pada tahun 1857 hingga 1883 M.

Tepatnya ini dibangun pada tahun 1860 M untuk dijadikan kediaman Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II, sebagai tempatnya memimpin kerajaan.
Dalam pembangunan Istana Megah ini, Lazuardy menerangkan bahwa saat itu Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II dibantu oleh Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi.