HUMAN INTEREST

Sarom Pejuang Nafkah Asal Anambas, Berharap Rezeki Ramadan Bisa Memperbaiki Rumah

Kisah pejuang nafkah asal Anambas kali ini datang dari Sarom. Pria 53 tahun ini berharap benar berkah Ramadan untuk membangun rumah untuk keluarganya.

Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak | Editor: Septyan Mulia Rohman
TribunBatam.id/Noven Simanjuntak
Penjual kelapa muda saat bulan puasa, Sarom (53) bersama istri dan anaknya tengah sibuk menjual air dagangannya untuk pilihan buka puasa di tepi jalan Pasar Tarempa, Senin, (4/4/2022). 

ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - Sarom tetap fokus mengayunkan parangnya meski panas terik menyengat saat sore hari.

Yang menjadi perhatiannya kelapa muda yang ada di depannya.

Pria 53 tahun yang bermukim di Arung Hijau, Desa Tiangau, Kecamatan Siantan Selatan, Kabupaten Kepulauan Anambas menggelar lapak sederhana di depan Pasar Inpres Tarempa.

Tepatnya di depan kedai kopi Gersa yang sudah terkenal di ibu kota Anambas itu.

Tangannya begitu terampil mengupas kelapa muda.

Entah sudah berapa banyak kelapa yang ia belah, tapi lengannya yang penuh urat dan mulai keriput itu masih terlihat lihai dan tak mau diam.

Barangkali ia sudah terbiasa mengerjakan hal itu.

Baca juga: Paripurna LKPj, Bupati Haris Sebut Realisasi Pendapatan Daerah Anambas Rp 844 M Tahun 2021

Baca juga: Polda Kepri Bentuk Satgas, Awasi Distribusi Minyak Goreng Selama Ramadhan

Menjual air kelapa muda, khususnya saat bulan puasa ia lakukan mulai sore hari.

Saat berjualan, ia ditemani istri dan putrinya.

"Menjual air kelapa muda di Pasar Tarempa ini setiap tahun saya lakukan saat bulan puasa. Kalau dihitung-hitung lebih kurang 17 tahun sudah ada," ucapnya sambil meletakkan parangnya di atas telenan kayu.

Pria asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu mengaku jika ia merupakan penjual kelapa muda yang ada di kawasan Arung Hijau dan Pasar Tarempa saat bulan puasa tiba.

Sarom bahkan pernah dicaci orang karena pilihannya menjual air kelapa.

Alasannya pun ia tak begitu paham.

Mesk begitu, ia tetap mantap berjualan sampai akhirnya beberapa orang memilih ikut berjualan air kelapa muda saat bulan puasa.

"Sempat juga dulu dicaci orang-orang kenapa harus jual air kelapa ada orang demam nanti sakit, saya kurang paham maksudnya tapi ya saya memilih terus saja berjualan, sampai akhirnya beberapa orang ikut juga jual," ungkapnya.

Ternyata usaha suami yang beristeri asal Medan itu tak sia-sia.

Baca juga: 5 Rekomendasi Minuman Buka Puasa untuk Bantu Program Diet saat Ramadan

Baca juga: Ibu kota Kepri Atur Waktu Operasional Tempat Hiburan Selama Ramadhan, Wajib Tutup 5 Hari

Awal meniti usaha sebagai penjual kelapa muda laku keras hingga sehari terjual sebanyak 400 buah saat bulan puasa.

Kondisi itu terjadi sebelum 'badai' virus corona datang.

Sekarang kondisinya berbeda. Penjualannya turun drastis, meski banyak yang ia dengar jika perekonomian sudah mulai bangkit.

"Sekarang hanya bisa laku antara 100 sampai 150 buah," ucapnya.

Untuk mensiasatinya supaya dapur tetap ngebul, Sarom pun cekatan mengambil profesi lain.

Mulai dari kuli bangunan, ambil upah pecah batu di Pulau Siantan.

Sampai menjual aneka buah-buahan yang sedang musim di Anambas dan menjajakannya secara keliling menggunakan gerobak.

"Semua untuk nambah-nambah penghasilan," terangnya.

Ayah dari tiga anak ini juga mengaku, buah kelapa yang ia jual dibelinya seharga Rp 7 ribu dari pemilik kebun di daerah Arung Hijau dengan risiko yang dipanjat oleh dirinya sendiri.

Menurutnya, risiko itu harus ia tempuh untuk mencukupi kebutuhan hidup dan kebutuhan ketiga anaknya yang masih bersekolah.

Baca juga: Ditjen Dukcapil Kunjungi Anambas, Pastikan Layanan Administrasi Kepedudukan Sesuai Aturan

Baca juga: Menu Sahur dan Buka Puasa Sehat Ala Dokter Zaidul Akbar, Tetap Fit dan Bugar Tanpa Takut Gemuk

"Tapi Alhamdulillah, putri sulung saya bisa kuliah dan sambil mengajar di SLB Arung Hijau. Kalau yang bungsu laki-laki sekolah pesantren di Batam karena dia bilang cita-citanya mau jadi ustaz," tutur laki-laki yang telah menetap 18 tahun di Anambas itu.

Pada bulan suci Ramadan ini, Sarom hanya berharap memperoleh berkah yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Mengingat penghasilan itu sebagian akan ditabungnya untuk membangun rumahnya yang masih belum selesai utuh.

"Sekarang baru separoh yang siap dan separoh belum. Rabungnya juga belum ada.

Makanya kalau hujan pasti bocor ke dalam. Ya semoga ada rezeki lah di bulan puasa ini, buat pelan-pelan selesaikan rumah," tukasnya.(TribunBatam.id/Noven Simanjuntak)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita Tentang Ramadhan

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved