Dirut RSPI Sulianti Saroso Sebut dari Temuan 18 Kasus, 7 Tak Terkait Hepatitis Akut

Dirut RSPI Sulianti Saroso mengungkap fakta terbaru soal penyelidikan dari temuan kasus diduga hepatitis akut.

Hellosehat via Tribunnewswiki.com
ILUSTRASI - Hepatitis disebabkan oleh virus dan gaya hidup yang tidak sehat 

TRIBUNBATAM.id - Tujuh dari 18 kasus bergejala hepatitis akut telah disingkirkan dari penyelidikan atau discarded.

Tujuh pasien ini tidak masuk kategori hepatitis akut berat.

Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Mohammad Syahril merinci, lima kasus karena penyakit lain.
Sementara dua kasus telah berusia 16 tahun ke atas, sehingga tidak masuk dalam kategori hepatitis akut berat.

Adapun rinciannya, satu pasien reaktif hepatitis A, satu pasien reaktif hepatitis B, satu pasien positif Tyfoid, dua pasien positif Demam Berdarah Dengeu (DBD), serta dua pasien berusia di atas 16 tahun.

Berdasarkan defisinisi WHO, kasus hepatitis akut berat adalah apabila hasil pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan positif hepatitis yang ada yakni A,B,C, dan E, berusia dibawah 16 tahun, dan kasus ditemukan mulai 1 Oktober 2021.

Hingga 11 Mei 2022, ada 18 kasus bergejala hepatitis akut yang ada di Indonesia.

Baca juga: Heboh Hepatitis Misterius Serang Anak-anak, Ini Sikap Pemerintah Provinsi Kepri

Baca juga: Bintan Waspada Hepatitis Misterius Serang Anak-anak, Roby Minta PHBS Ditingkatkan

Sebanyak 18 kasus itu tersebar di tujuh provinsi yakni Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur.

"Kasus discarded ini ada tujuh. Artinya apabila salah satu hasilnya ternyata hepatitis A B C dan E (positif) atau ada etiologi lainnya," kata dia dalam konferensi pers virtual, Jumat (13/5/2022).

Dari proses itu pihaknya mendapatkan 18 kasus yang diduga bukan hepatitis tipe A, B, C, dan E, lalu dicari penyebabnya.

"Dari 18 (dugaan), 9 masuk pending klasifikasi. 7 kasus itu bukan hepatitis akut, dua sedang proses," ungkapnya.

Dalam kegiatan yang berbeda, Sekretaris Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menerangkan, untuk melakukan deteksi hepatitis berbeda dengan deteksi Covid-19.

Dalam mendeteksinya, haruslah mendapatkan gejala yang mengarah pada gejala hepatitis akut berat.

SIKAP Pemprov Kepri

Kasus hepatitis misterius mulai merebak di Indonesia, dan menelan korban jiwa dari anak-anak.

Kementerian Kesehatan melaporkan setidaknya ada lima anak meninggal dunia diduga akibat hepatitis akut.

Baca juga: Cara Mencegah Penularan Hepatitis Akut Misterius pada Anak, Orangtua Harus Tahu

Baca juga: Sumbar dan Bangka Belitung Muncul Kasus Hepatitis Akut, Negara Maju Paling Banyak Kasus

Namun hingga saat ini belum diketahui pasti penyebab datangnya hepatitis akut pada anak.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) saat ini belum mengeluarkan surat edaran atau peraturan lainnya menyikapi munculnya kasus tersebut.

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kepri, Adi Prihantara mengatakan, dalam rapat yang dilakukan pihaknya, masih dalam upaya pencegahan saja.

"Kita beberapa hari lalu sudah adakan rapat, mulai terkait penyakit yang menyerupai hepatitis, maupun perkembangan Covid-19," ujarnya, Jumat (13/5/2022).

Ia mengatakan, dalam rapat itu masih dilakukan survelains epidemologi dahulu. Selanjutnya ditentukan langkah apa yang akan diambil.

"Soalnya bukan hanya Kepri, pusat hingga WHO juga belum menemukan apa nama virus ini. Hanya virus ini mirip seperti hepatitis saja," sebutnya.

Ia melanjutkan, saat ini memang belum ada kebijakan untuk meliburkan anak sekolah, mengingat virus ini rentan terhadap anak-anak.

"Sejauh ini belum ada. Kita masih pakai kebijakan dalam kondisi pencegahan Covid-19. Ada sekolah yang masih tatap muka terbatas," jawabnya.

Baca juga: Batam Masih Bersih Kasus Hepatitis Akut, Kadinkes: Warga Jangan Panik!

Baca juga: Duh Gusti! Corona Belum Selesai Hepatitis Akut Misterius Muncul, Apa Kata Ahli

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kepri, M Bisri menjelaskan, memang belum ada hasil penelitian terhadap virus tersebut.

"Jadi hanya sebatas mirip seperti hepatitis saja. Tapi tidak masuk dalam tipe hepatitis. Intinya belum lengkap dan belum ada hasil penelitiannya," ucapnya.

Ia pun membenarkan, bila gejala penyakit tersebut mirip dengan hepatitis.

"Jadi pencegahannya yakni pola hidup sehat. Virus ini seakan lebih cepat penularannya dibandingkan Covid-19," ujarnya.

"Karena virus ini bisa menular dengan sentuhan, dan makanan. Orang tua perlu lebih teliti saat anaknya membeli jajanan," tambahnya.

Sebab, menurut Bisri, bila makanan yang dijual tidak masak dan tidak sehat dalam pengelolaannya, akan berdampak pada penularan virus tersebut.

PENCEGAHAN

Diketahui, penyakit hepatitis akut misterius diketahui lebih rentan menyerang anak-anak.

Orang tua perlu tahu bagaimana cara penularan hepatitis akut pada anak.

Kabar mengenai munculnya hepatitis akut membuat masyarakat waswas, khususnya para orang tua.

Penyakit ini pertama kali ditemukan di sejumlah negara di Eropa.

Di Indonesia, hingga saat ini Kementerian Kesehatan telah mendeteksi 15 kasus hepatitis akut.

Meski belum diketahui pasti, namun para ahli menduga Adenovirus menjadi biang kerok dari munculnya penyakit misterius ini.

Dokter spesialis anak konsultan gastrohepatologi RSCM, Profesor Hanifah Oswari mengatakan, bahwa virus tersebut utamanya menular melalui saluran pencernaan dan pernapasan.

Baca juga: Waspada Hepatitis Akut, Disdik dan Dinkes Anambas Jadwalkan Koordinasi Tiap Sekolah

Baca juga: Kantor Kesehatan Pelabuhan Batam Rutin Awasi TPM Cegah Hepatitis, Tjetjep: Kepri Masih Nihil

Cara mencegah penularan Hepatitis akut pada anak

Untuk mencegah risiko infeksi, orang tua disarankan untuk melakukan tindakan pencegahan.

Salah satu penularan hepatitis akut pada anak terjadi melalui saluran pencernaan.

Untuk itu, Hanifah menyarankan orang tua untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

"Jagalah kebersihan, mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi matang, tidak menggunakan alat makan bersama, dan menghindari kontak anak dari orang yang sakit," ujar Hanifah, mengutip laman Sehat Negeriku Kemenkes.

Selain itu, hepatitis akut juga menular melalui saluran pernapasan.

Untuk itu, orang tua disarankan agar tetap menerapkan protokol kesehatan ala Covid-19 pada anak. (TribunBatam.id/Endra Kaputra) (Tribunnews.com/Rina Ayu Panca Rini)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google

Sumber: Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved