ANAMBAS TERKINI
Warga Anambas GEGER Kemunculan Angin Berputar di Atas Laut Sehari Setelah Hari Jadi ke-14
Belum diketahui pasti kerusakan akibat angin berputar di atas laut Tarempa, Anambas atau waterspout yang terjadi sehari setelah hari jadi ke-14.
Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak | Editor: Septyan Mulia Rohman
ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - Fenomena angin kencang bergulung di atas air laut atau waterspout muncul di perairan Tarempa, ibu kota Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Sabtu (25/6/2022).
Fenomena alam ini terjadi satu hari setelah Kabupaten Kepulauan Anambas merayakan hari jadi ke-14.
Pusaran angin dengan kecepatan tinggi itu terjadi saat mendung, sebelum hujan mengguruh pusat kota Kabupaten Kepulauan Anambas.
Dari informasi yang dihimpun, peristiwa itu terjadi sekira pukul 08.30 WIB.
Peristiwa langka itu pun lantas membuat heboh masyarakat Anambas.
Ini karena gulungan angin kencang itu terlihat tak jauh dari permukiman pesisir masyarakat.
Baca juga: Fenomena Waterspout Muncul Lagi di Laut Karimun, Apa Kata BMKG?
Baca juga: Angin Kencang Hantam Permukiman Desa Niur Permai, Cuaca Ekstrem Sisakan Lantai Rumah Warga
Meskipun membahayakan, namun sebagian masyarakat yang tak jauh dari peristiwa itu justru mengabadikannya dalam sebuah video singkat dan mengunggahnya ke sosial media.
"Tadi angin puting beliungnya dari arah laut cepat terus semakin dekat ke Masjid Agung Baitul Makmur," ucap seorang pekerja bangunan Masjid Agung, Firman kepada TribunBatam.id.
Sebelum mendekati daratan sejumlah masyarakat datang ke lokasi untuk mengabadikan peristiwa itu.
Belum diketahui pasti kerusakan akibat cuaca ekstrem itu.
Namun kondisi lampu jalan menuju Tanjung Momong, Kecamatan Siantan diketahui tumbang diduga akibat angin kencang ini.
Kaca Masjid Agung Baitul Makumur pun dilaporkan pecah akibat cuaca ekstrem ini.
Hingga personel pemadam kebakaran (damkar) datang dan membersihkan serpihan kaca agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Tadi ramai orang datang nak ambil video, lepas tuh karena angin tuh dah nak dekat pada lari lah karena takut," terangnya.
SEKILAS Tentang Waterspout
Peneliti di Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Andi Pangerang, menjelaskan, secara visual, waterspout dapat dikenali dari bentuknya yang seperti belalai atau corong pipa panjang dan terlihat turun dari awan jenis cumulus congestus atau cumulonimbus.
Baca juga: Angin Kencang Hantam Permukiman Desa Niur Permai, Cuaca Ekstrem Sisakan Lantai Rumah Warga
Baca juga: Daeng Ucap Syukur, TNI - Polri Bantu Perbaiki Rumah Warga Terdampak Cuaca Ekstrem
"Waterspout merupakan tornado yang terkoneksi dengan air dan memiliki skala mikro. Fenomena ini hanya dapat terjadi di atas danau, tambak, sungai, bendungan, dan lain-lain," ujar Andi kepada Kompas.com, Kamis (21/1/2021).
Andi mengatakan, waterspout berbeda dengan angin puting beliung atau small tornado.
Angin puting beliung memiliki kecepatan angin dan dampak kerusakan pada kisaran di bawah skala F-2 (Skala Fujita-2, menurut ahli tornado keturunan Jepang Tetsuya Fujita dari Universitas Chicago).
Dengan demikian, angin puting beliung memiliki lintasan kurang dari satu kilometer dengan durasi hidup di bawah satu jam.
Sementara itu, waterspout tornado yang terkoneksi dengan air dan memiliki skala mikro.
Andi mengatakan, diameternya berkisar 30-50 meter dengan durasi antara 1-2 jam.
Menurut dia, waterspout juga berbahaya seperti angin puting beliung karena dapat merusak bangunan.
"Sepengetahuan saya, waterspout dapat merusak bangunan sebagaimana puting beliung," kata dia.
Akan tetapi, bahaya itu bisa terjadi jika bangunan tersebut berada cukup dekat dengan sumber air seperti bendungan, sungai, danau, atau waduk.
"Bahkan jika seseorang berada di dekat waterspout, seseorang tersebut akan dapat dipastikan tidak selamat," ujar Andi.
Oleh karena itu, sebaiknya menjaga jarak jika menemui fenomena waterspout.
Baca juga: Polsek Sekupang Minta Warga Waspada Cuaca Ekstrem, Banjir Batam Masih Jadi Perhatian
Baca juga: Fenomena Waterspout, Puting Beliung di Laut Natuna Bikin Heboh Warga, Ini Kata BMKG
Jarak amannya, kata Andi, minimal 1-2 kilometer dari pusat waterspout, bergantung dari ukuran waterspout-nya.
Selain itu, waterspout juga bisa menyeret ikan-ikan ataupun habitat air lainnya.
Akan tetapi, lanjut Andi, waterspout tidak sampai menimbulkan tsunami.
Hal itu karena tsunami umumnya dari aktivitas seismik, jadi tidak terkait.
Andi menjelaskan, terbentuknya awan cumulonimbus yang sangat cepat dapat memicu cuaca ekstrem.
Seperti badai guruh, angin puting beliung, hingga waterspout.
Umumnya, hal-hal itu terjadi akibat pertemuan atau tabrakan antara dua angin yang memiliki karakter berbeda atau karena terjadinya geser angin (wind shear).
Angin ini kemudian terangkat (updraft) dan diperkuat oleh kondisi ketidakstabilan udara di sekitarnya.
Fase Waterspout adalah sebagai berikut:
1. Fase pembentukan awal
Pada tahap ini terdapat dukungan temperatur, kelembapan dan pergeseran angin yang menjadi syarat bagi pembentukannya.
2. Fase awan cerah terbentuk di atas permukaan air.
3. Awan cerah tersebut dikelilingi oleh awan di sekitarnya yang berwarna abu gelap.
Baca juga: 4 Fakta Fenomena Waterspout yang Terjadi di Aceh Tengah, Berlangsung 25 Menit dan Penjelasan Ahli
Baca juga: Sejumlah Wilayah Kepri Berpotensi Hujan, BMKG Minta Warga Waspadai Genangan Air dan Banjir
4. Pembentukan corong berwarna terang yang memanjang dan berbentuk spiral.
5. Corong spiral memanjang mulai tampak oleh pengamatan visual dan di bagian permukaan air terbentuk percikan air ke segala arah.
Pada saat tahapan kelima itu, peluruhan waterspout terjadi ketika terdapat udara lembap atau uap air yang masuk ke dalam corong badainya.
Bagaimana memprediksinya?
Menurut Andi, hingga saat ini masih susah memprediksi waterspout, angin puting beliung, dan sejenisnya.
"Untuk memprediksi cuaca ekstrem satu atau dua hari mendatang masih sulit untuk dilakukan, karena kita harus mencari data perubahan temperatur dan pola aliran angin di atmosfer," kata dia.
Prediksi membutuhkan pengamatan cuaca pada skala waktu yang nyata (real-time) melalui satelit (dengan resolusi tinggi secara ruang dan waktu), radiometer, stasiun cuaca, balon, dan kapal udara.
Membuat skema profiler angin dan pola cuaca yang diturunkan dari radar (C-band, X-band, W-band, dual polarisasi radar) juga sangat penting untuk melakukan prediksi.
Meski demikian, masyarakat tetap dapat melakukan pengamatan secara visual untuk mengetahui potensi terjadinya cuaca ekstrem.
Salah satunya, dengan melihat dari tanda seperti pagi hingga siang hari suhu panas terik, kemudian memasuki sore berubah cepat menjadi mendung kelabu dan merata.
Ada sirkulasi tertutup yang ditunjukkan oleh mendung kelabu dikelilingi oleh warna langit cerah atau terang.
Perbedaan kontras antara mendung dan terang yang saling berdekatan, terdapat awan kelabu yang tampak tersusun berlapis secara vertikal menyerupai pohon.
"Tapi tidak selalu perubahan cuaca yang mendadak dapat menyebabkan munculnya waterspout. Perlu ditelisik juga perubahan suhu dan pola aliran angin," ujar Andi.(TribunBatam.id/Noven Simanjuntak)(Kompas.com/Nur Fitriatus Shalihah)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google
Berita Tentang Anambas