DISKOMINFO LINGGA
Pemkab Lingga Gelar Tradisi Mandi Safar, Jadi Upaya Lestarikan Adat Budaya Melayu
Bupati Lingga Muhammad Nizar mengatakan, mandi safar ini adalah warisan budaya yang harus dilestarikan. Tradisi ini tetap dipertahankan hingga kini
Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Demi melestarikan tradisi dan budaya Melayu, Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Lingga bekerja sama dengan Lembaga Adat Melayu (LAM) Lingga menggelar kegiatan mandi safar pada Rabu (21/9/2020) pagi.
Rangkaian acara dimulai dari iringan pawai jalan kaki siswa SMP Negeri 3 Lingga dengan membawa bunga manggar dan diiringi permainan musik kompang (rebana) di lokasi Pantai Armifa di Desa Persiapan Cempaka, Kecamatan Lingga.
Kegiatan mandi safar tiap tahun ini, dihadiri oleh Bupati Lingga, Ketua LAM Lingga, Ketua TP PKK Lingga dan sejumlah pimpinan OPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lingga.
Sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta tamu undangan dan masyarakat juga tampak menghadiri acara ini.
Kepala Disbud Lingga, Azmi mengatakan, pelaksanaan mandi safar ini dilaksanakan Rabu terakhir pada bulan Safar.
Pelaksanaan mandi safar ini, dengan cara mandi menolak bala yang disertai niat mandi di bulan Safar.
Kemudian dilanjutkan dengan merendam wafaq yang bertuliskan ayat seperti kertas wafaq, sangku, daun macang dan papan tolak bala yang direndam dengan air bersih yang diisi ke dalam tempayan atau wadah.
Baca juga: TRADISI Turun Temurun di Lingga, Makan Ketupat Bareng saat Rabu Terakhir Bulan Safar
“Air yang direndam ini dapat digunakan untuk mandi dan juga boleh untuk diminum. Tradisi ini mengharapkan keridhaan Allah agar dijauhkan dari bala bencana dunia dan akhirat," kata Azmi.
Di tempat yang sama, Bupati Lingga Muhammad Nizar menyampaikan, mandi safar ini adalah warisan budaya yang harus dilestarikan.
“Alhamdulillah tradisi mandi safar ini sudah dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Provinsi Kepulauan Riau Kabupaten Lingga pada tahun 2018 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI"
"Tentunya hal ini berkat kerja keras dan doa serta dukungan bersama masyarakat Kabupaten Lingga," ucapnya.
Ia menambahkan, tradisi mandi safar ini sudah bersebati dengan masyarakat di Lingga dan mempunyai makna penting bagi kehidupan masyarakat.

“Tradisi mandi safar ini mempunyai makna penting bagi hubungan hambanya dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungan alam,” sambungnya.
Sementara itu, Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardi mengatakan, tradisi mandi Safar ini sudah dilaksanakan turun temurun oleh masyarakat di Lingga.
Hal itu sudah bermula sejak zaman terakhir Sultan Riau-Lingga, yakni Sultan Abdulrahman Muazamsyah.