HUMAN INTEREST
Kisah Kakek Amer di Anambas, Hidup Sebatang Kara di Rantau, Bertahan Jadi Buruh Kasar
Amer Husen sudah 30 tahun menetap di Anambas. Dia tinggal sebatang kara di gubuk dengan jadi buruh kasar. Tadinya dia seorang perantau asal Pekanbaru
Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak | Editor: Dewi Haryati
"Biasa kalau tidak luas dikasih Rp 50 ribu, tapi kalau sedikit luas mau dikasih juga Rp 100 ribu. Kita tak pasang-pasang harga yang penting dikasih," ujarnya.
Baca juga: Pria Asal Lembata NTT Nekat Tinggalkan Kampung Halaman Demi Jadi PMI di Malaysia
Tak terasa sudah 30 tahun lamanya Amer menetap di Anambas. Meski rindu keluarga dan kampung halaman, niat untuk pulang selalu diurungkannya.
Lebih baik, menurutnya, uang itu ia kirimkan untuk memenuhi biaya hidup keluarganya di sana.
"Anak saya tiga, satu ada di Tanjungpinang, satu di Dabo dan satunya lagi di Pekanbaru. Dua di antaranya masih sekolah dan satu sudah kerja," ucapnya.
Dengan kondisinya yang telah renta, tak jarang kebutuhan hidup Amer dibantu oleh tetangga dan warga sekitar di pemukimannya.
Beberapa tetangga dan warga sekitar, terkadang sengaja mengantarkan makan dan minuman untuk disantapnya.
Di samping itu, Amer juga turut mendapat bantuan pemerintah desa setempat. (Tribunbatam.id/Noven Simanjuntak)