HUMAN INTEREST
KISAH Supardi, Nelayan Asal Anambas, Nekat Melaut saat Angin Utara Demi Keluarga
Supardi, seorang nelayan di Anambas terpaksa melaut di tengah terpaan gelombang angin utara agar keluarganya tetap makan. Simak kisahnya.
Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak |
ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - Sore itu, Rabu (1/3/2023) di pangkalan pompong nelayan, tepatnya Desa Tarempa Barat, Supardi tampak sibuk menguras air yang menggenang di pompong miliknya yang telah berlabuh.
Di tengah gemercik hujan dengan awan yang mendung, pakaian pria berkulit gelap itu seketika mulai basah terserap air.
Gerakannya mulai terlihat cekatan, seakan buru-buru agar tak lama dihunjami hujan dan ombak pesisir yang menganyunkan pompongnya.
Ialah, Supardi satu dari sekian nelayan tradisional di Kabupaten Anambas asal Desa Tarempa Barat yang menaruh mata pencaharian dengan melaut di perairan Anambas.
Meski di tengah cuaca ekstrem yang melanda saat ini, ia masih saja kerap melaut untuk memancing ikan.
Baca juga: KISAH ART Disiksa Majikan, Jika tak Mau Disiksa Harus Bayar Denda saat Salah
Baginya melaut di situasi saat ini menjadi tantangan antara pertaruhan memenuhi kebutuhan dan nyawa baginya.
Tak pelak, agar dapur tetap berasap dan biaya kebutuhan keluarga terpenuhi, Supardi membulatkan keberanian bertaruh dengan ombak dan angin kencang.
Berangkat dari titik pangkalan, lokasi pemancingan yang ia tempuh bisa mencapai 60 sampai 70 mil jauhnya di wilayah perairan Anambas.
Selama perjalanan itu pula, ia akan berhadapan dengan angin kencang musim utara dan gelombang tinggi 3 - 4 meter yang menerjang pompongnya.
Butuh perjuangan keras dan kemahiran pula baginya agar dapat melintas dengan selamat hingga pulang.
Di sela-sela wawancara bersama Tribunbatam.id, Ia mengaku, sudah sejak usia 15 tahun menekuni profesi sebagai nelayan.
Dengan waktu sekira 32 tahun itu, rasanya Ia cukup berpengalaman dan tahu betul kondisi melaut di tengah cuaca ekstrem musim angin utara saat ini.
Sebab di tengah musim begini, katanya, tak jarang aktivitas melaut para nelayan akan terhambat dan berdampak pada penghasilan rumah tangga yang menipis.
Guna memenuhi tanggungjawab itu, ayah dua anak ini memilih untuk tetap melaut meski harus menghadapi cuaca ekstrem.
Lantaran pekerjaannya sebagai nelayan inilah, ia harus meninggalkan istri dan anak-anaknya selama berhari-hari untuk sekali berlayar di tengah laut.
Kisah Didik Setiawan, Seniman di Natuna Ubah Kayu Lokal Jadi Karya Bernilai Tinggi |
![]() |
---|
Jemaah Haji Batam Meninggal di Tanah Suci, Yusman Johar Sosok Guru Berdedikasi Tinggi |
![]() |
---|
Nek Mesiyem Menangis Haru, Rumahnya di Teluk Mata Ikan Dapat Bantuan dari Pemko Batam |
![]() |
---|
Kisah Hidup Pemulung di TPA Punggur Batam, Bertaruh Nyawa Mengais Rupiah dari Timbunan Sampah |
![]() |
---|
Cerita Hasan Husin, Jemaah Haji Tertua Asal Lingga Kepri Berangkat ke Tanah Suci |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.