HUMAN INTEREST

KISAH Supardi, Nelayan Asal Anambas, Nekat Melaut saat Angin Utara Demi Keluarga

Supardi, seorang nelayan di Anambas terpaksa melaut di tengah terpaan gelombang angin utara agar keluarganya tetap makan. Simak kisahnya.

Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak |
TRIBUNBATAM.id/NOVEN SIMANJUTAK
Supardi nelayan asal Kabupaten Kepulauan Anambas terkadang memilih melaut lantaran kondisi ekonomi sulit di tengah cuaca ekstrem musim angin utara, Rabu (1/3/2023) 

"Memang kita turun melaut ini tergantung tabungan di rumah. Kalau cukup untuk dua sampai tiga hari mungkin kita tidak melaut, tapi kalau udah menipis mau nggak mau harus turun juga," ucapnya usai menguras pompong.

Sebagai nelayan tradisional pancing ulur khusunya ikan tongkol, pria berusia 47 tahun ini terkadang merasa  khawatir akan keselamatan dirinya saat berhadapan dengan cuaca ekstrem.

Pasalnya, menurut pria yang tergabung di Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) cabang Anambas ini, kondisi laut saat cuaca buruk begitu mencekam dan berbahaya.

"Ada-ada saja informasi yang kita terima terkait kecelakaan laut kalau cuaca ekstrem begini bang, kadang tahu begitu saja kita udah takut," ungkapnya.

Namun, lantaran tak memiliki pilihan lain, dirinya pun hanya bisa pasrah agar kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan anak dapat terpenuhi.

"Bayangkan aja bang, kalau situasi pancaroba begini, kadang hasil tangkapan kita itu gak sesuai juga dengan biaya operasional. Kalau saat cuaca baik kita bisa bawa pulang Rp 1.000.000 per orang, tapi kalau begini, bisa dibagi dua atau bagi tiga lah dengan teman," terangnya.

Masih menutup kekurangan itu pun, Supardi akhirnya memilih untuk pinjaman kepada pihak penampung atau tengkulak hingga musim teduh kembali normal.

Bahkan, jika mendesak ia dan isterinya pun tak punya pilihan untuk menggadaikan sejumlah barang berharga seperti emas atau mengambil pinjaman ke bank guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan pendidikan kedua anaknya.

"Anak saya ada dua dan masih sekolah. Satu di SMK dan satu lagi SD itu juga tanggungan yang harus saya penuhi setiap harinya,. Saat-saat begini bos udah ngertilah, pasti kebanyakan kita nelayan akan datang meminjam uang, karena kalau tak begitu gimana kita mau bayar uang sekolah anak dan makan sehari-hari.

Belum lagi cicilan pinjaman ke bank, setiap bulan harus kita bayarkan," jelas Supriadi.

Menurut pria kelahiran Anambas ini, cuaca ekstrem musim angin utara ini diprediksi akan berlansung selama tiga bulan hingga akhir April dan kembali teduh di bulan Mei.

"Makanya harapan kita sih kalau cuaca ekstrem dan sulitnya melaut begini ada perhatian juga dari pemerintah barang kali ada bantuan sembako untuk kebutuhan sehari-hari di rumah cukup lah," tuturnya. (TRIBUNBATAM.id//Noven Simanjuntak)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved