LONGSOR DI NATUNA
Duka Korban Longsor di Serasan Natuna, Mila Kehilangan Empat Anak dan Ayahnya
Mila korban selamat longsor di Serasan Natuna sempat mencari empat anak dan ayahnya dengan mengorek tumpukan tanah dengan tangan kosong.
NATUNA, TRIBUNBATAM.id – Duka masih menyelimuti korban selamat dalam longsor di Serasan Natuna pada Senin (6/3/2023).
Surya Milayati salah satunya.
Meski berhasil selamat dalam longsor di Serasan Natuna itu, namun empat anak dan ayahnya belum ditemukan.
Air mata wanita 38 tahun ini terus membasahi pipinya.
Sesekali Mila, begitu ia biasa disapa menyeka air mata itu dengan telapak tangan dan lengan baju.
Setelah terdiam beberapa saat, Mila kemudian menceritakan pengalamannya berjuang untuk lolos dari maut yang nyaris menjemputnya hari itu.
Baca juga: Tiga Menteri Presiden Jokowi Komitmen Bantu Warga Terdampak Longsor di Natuna
Dia mengaku akhirnya bisa selamat setelah sempat terdorong jauh akibat dihantam material longsor.
Namun, dia harus terpisah dan akhirnya kehilangan keempat anak serta ayah kandungnya.
Saat mengenang pengalaman perpisahan itu, Mila seakan tidak bisa berkata-kata. Tatapannya kosong.
Dia berusaha menunduk untuk menahan rasa getir.
Akan tetapi, dia justru tidak bisa membendung air mata terus mengalir tanpa henti.
"Anak saya. Empat anak saya dan bapak saya. Belum ditemukan sampai sekarang," gumam Mila dengan suara terbata-bata tertahan isak tangis saat ditemui TribunBatam.id, Jumat (10/3/2023).
Mila berusaha tegar. Dia coba mengatur napas.
Baca juga: Polres Bintan Kumpulkan Donasi hingga Salat Ghaib untuk Korban Longsor di Natuna
Dia menarik pelan napas itu dalam-dalam, lalu melepasnya lewat rongga mulut.
Deru napasnya terdengar begitu kentara.
Dia mengulanginya beberapa kali sambil menoleh ke kiri dan tidak lagi menunduk.
Sesaat kemudian dia perlahan-lahan mulai tenang.
Mila kembali mengenang, kisah duka itu berlangsung sekira pukul 10.00 WIB.
Saat longsor di Natuna itu terjadi, dia tengah memasak di dapur.
Sementara empat anaknya, ada yang sedang tidur dan ada pula yang tengah membantunya.
Anak pertamanya berusia 15 tahun; dia merupakan siswa MTS.
Anak kedua berusia 11 tahun, anak ketiga berumur 9 tahun dan paling bungsu 5 tahun.
Baca juga: Longsor di Natuna Timbun Kebun, Warga Serasan Rasakan Getaran seperti Gempa
"Saya tinggal berenam di rumah sama anak-anak dan bapak. Kalau suami kerja di kapal," ucap Mila.
Saat asyik memasak, tiba-tiba Mila mendengar suara gemuruh seperti suara pesawat mendarat dari atas rumah.
Dia dan ayahnya penasaran lalu keluar rumah hendak memastikan suara apa yang mereka dengar.
"Bapak langsung keluar jadi saya ikut keluar," ujar Mila.
Tiba-tiba saja Mila dan ayahnya terdorong puing bangunan dan tanah berlumpur.
Dia sontak terpental ke depan sekitar 6 meter dari posisi awal.
"Posisi saya waktu itu telungkup. Saya udah di atas atap. Pas bangun yang nampak cuma batang pohon dan tanah, semua udah rata dengan tanah," sebut Mila dengan mata sembap.
Pada saat itulah Mila baru sadar kalau dia tidak melihat lagi sang ayah dan keempat anaknya.
Dia pun tersentak karena anak-anaknya masih terjebak di dalam rumah.
Baca juga: Banjir dan Tanah Longsor di Natuna, Warga Serasan Panik Berhamburan Keluar Rumah
"Karena panik saya terus gali tanah itu sambil teriak minta tolong," kenang Mila yang tiba-tiba menangis lagi.
Meskipun Mila sudah berteriak minta tolong, namun tidak seorang pun datang membantunya.
"Jadi saya terus gali tanah itu pakai tangan, tapi anak dan bapak tak ketemu," ujar Mila sambil menunduk, menutup mata menahan perih.
Setelah beberapa menit berlalu, ada orang yang datang menghampiri Mila. Ternyata mereka adalah saudara sepupunya. Mereka langsung menarik lengan Mila. Namun, Mila tetap
Akhirnya Mila pun ditarik oleh sepupunya, namun ia masih bersikeras menggali timbunan lumpur untuk mencari anak-anak dan ayahnya.
Baca juga: Tiga Menteri Presiden Jokowi Komitmen Bantu Warga Terdampak Longsor di Natuna
Hingga kembali terdengar suara gemuruh kedua (longsor susulan), Mila akhirnya ditarik paksa oleh sepupunya itu.
"Kalau tak ditarik sama kakak mungkin saya sudah ikut terkubur," tutur Mila sambil menangis.
Setelah kejadian itu, Mila terus memikirkan nasib keempat anak dan ayahnya.
Hari demi hari, anak-anak dan ayahnya belum ditemukan oleh tim evakuasi.
Dia hanya berharap cuaca bagus agar proses pencarian dapat terus berjalan hingga keempat anak dan ayahnya berhasil ditemukan dalam kondisi apa pun.
"Saya sudah ikhlas. Semoga anak-anak dan bapak cepat ditemukan," ucap wanita 38 tahun itu dengan surara lirih.
Saat ini, selain menghikhlaskan nasih keempat anak dan ayahnya, Mila juga sedang memulihkan luka-luka di tubuhnya.
Beberapa luka lecet dan memar masih tampak jelas dan membekas di kedua tangan dan sikunya.
Selain luka memar dan luka robek, Mila mengaku kesakitan di bagian punggungnya apabila bergerak sedikit cepat.
"Punggung saya sakit, dua hari ini baru terasa sakitnya," tutur Mila.
Selain Mila, ada 1.216 pengungsi kini sedang menjalani masa pemulihan di beberapa lokasi.
Pengungsi di PLBN berjumlah 219 orang, 215 orang menginap di Puskesmas, ada 500 orang menetap di Pelimpak dan Mesjid Alfurqon serta 282 orang bertahan di SMA 1 Serasan.
Sedangkan jumlah korban meninggal dunia akibat terus bertambah pada Sabtu (11/3) siang.
Hingga pukul 16.00 WIB, Tim SAR Gabungan berhasil menemukan dan mengevakuasi sebanyak tujuh jenazah.
Ketujuh korban longsor ini juga berhasil diidentifikasi oleh Tim DVI Polda Kepri.
"Untuk hari ini sudah ada tujuh jenazah yang dievakuasi dan telah teridentifikasi," kata Dokter Ipda Jefri A. Saragih.
Penemuan tujuh jenazah pada hari keenam pencarian menambah jumlah korban meninggal dunia akibat longsor menjadi 44 orang.
Sementara jumlah korban yang masih dicari sebanyak 10 orang.
MABES Polri Kirim Enam Anjing Pelacak
Segala upaya ditempu untuk mencari para korban yang tertimbun longsor di Dusun Genting, Desa Pangkalan, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna.
Tim SAR Gabungan bahkan mengerahkan enam ekor anjing pelacak atau K-9 untuk mencari keberadaan korban pada Sabtu (11/3) siang.
Beberapa anggota polisi terlihat bersiaga dengan enam anjing pelacak.
Mereka kemudian membiarkan anjing-anjing itu bergerak dan mengendus-endus lokasi pencarian.
Pergerakan anjing-anjing itu diikuti oleh Tim SAR Gabungan untuk mencari tahu keberadaan para korban.
Pencarian korban pada hari keenam ini dimulai sejak pukul 07.30 WIB.
Seratusan lebih orang terlibat dalam pencarian.
Tujuh unit ekskavator juga dikerahkan untuk proses pencarian dan membuka jalan.
Sebab, jalan utama terputus sepanjang kurang lebih satu kilometer akibat tertimbun material longsor.
Kapolres Natuna, AKBP Nanang Budi Santosa mengatakan enam ekor anjing pelacak itu didatangkan dari Mabes Polri.
"Untuk proses pencarian kita datangkan anjing pelacak enam ekor dari Mabes Polri," kata Nanang Budi Santosa di lokasi pencarian.
Dia menambahkan, sehari sebelumnya, Tim SAR Gabungan berhasil menemukan dan mengevakuasi empat jenazah dari timbunan longsor.
Pada hari kelima total korban meninggal dunia yang berhasil dievakuasi sebanyak 37 orang. Ada 36 sudah teridentifikasi dan 1 belum teridentifikasi.
Pada hari keenam pencarian, sekitar pukul 10.45 WIB, Tim SAR Gabungan telah berhasil menemukan dan mengevakuasi dua jenazah.
"Pencarian akan terus kita lakukan," tegas Kapolres Natuna itu.(TribunBatam.id/Muhammad Ilham)
Kisah Jurnalis Tribun Batam Liput Longsor di Serasan Natuna, Terkendala Internet |
![]() |
---|
Bantu Korban Longsor Natuna, Posko Bersama Relawan Tagana Kumpulkan Rp 340 Juta |
![]() |
---|
Nasib Warga Serasan Imbas Longsor di Natuna, Akses Provider Gangguan saat Hujan |
![]() |
---|
Operasi SAR Bencana Longsor di Serasan Natuna Dihentikan, 4 Korban Masih Hilang |
![]() |
---|
BPBD Natuna Petakan Zona Merah Longsor di Pulau Serasan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.