Percepat Penurunan Stunting di Kepri Lewat Gerakan Cukup Dua Telur

Percepatan penurunan stunting di Kepri jadi perhatian. TribunBatam.id membahasnya bersama Kepala BKKBN Kepri dan anggota DPRD Kepri.

TribunBatam.id/Ronnye Lodo Laleng
STUNTING DI KEPRI - Manajer Produksi Tribun Batam Alfian Zainal, Nadia bersama dua narasumber yakni Kepala Perwakilan BKKBN Kepri Rohina dan Kakak asuh anak stunting Kepri sekalugus anggota DPRD Kepri, Sirajudin Nur saat Podcast Tribun Batam, Selasa (21/3/2023). 

Seorang anak dikatakan stunting ketika mulai dalam rahim ibunya hingga bayi berumur dua tahun, atau lebih dikenal 1.000 hari dalam kehidupan.

Stunting sendiri adalah suatu sumber daya manusia yang tidak berkualitas.

Baca juga: Angka Stunting di Bintan Menurun Jadi 3,41 Persen di 2022, Ini Kata Kepala DP3KB

Foto bersama bahas stunting di Kepri
STUNTING DI KEPRI - Foto bersama (dari kiri) Pimpinan Perusahaan Tribun Batam, Nursomsi; Kakak Asuh Anak Stunting di Kepri, Sirajuddin Nur; Kepala Perwakilan BKKBN Kepri, Rohina dan Pimpinan Redaksi Tribun Batam, Musyafik dalam Tribun Batam podcast membahas stunting di Kepri, Selasa (21/3/2023).

Jangankan 50 persen, 30 persen saja anak yang terlahir stunting maka pada tahun 2035 Indonesia susah untuk berkembang.

Mengingat yang akan dibutuh Indonesia beberapa tahun yang akan datang adalah masyarakat yang sumber daya manusianya berkualitas.

T: Apabila setelah dua tahun, anak tersebut makan makanan bergizi, apakah itu tidak membantu?

R: Yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) anak yang berkualitas pada 1000 hari pertama kehidupan.

Masa itu disebutkan masa emas dimana 290 hari dalam kandungan dan 710 hari setelah lahir.

Ketika anak tersebut sudah melewati dua tahun, maka kita hanya memelihara kesehatan, karena otaknya sudah tidak berkembang lagi dan sudah terkunci.

T: Kalau di Kepri sendiri gimana perkembangan stunting tersebut?

R: Untuk di Kepri Alhamdulillah kita di nomor empat terendah di Indonesia. Pada tahun 2021 angkanya berada di 17, 2 persen.

Sementara di tahun 2022 setelah dilaksanakan SSGI lagi secara masif atas semua gerakan oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, pihak swasta dan masyarakat yang turut berkontribusi sehingga turun lagi diangka 15, 4 persen.

Baca juga: Gubernur Rapat Forkopimda di Lingga Bahas Stunting hingga Sembako Jelang Ramadan

T: Mengapa dengan telur saja bisa menyelamatkan anak dari stunting?

R: Karena di dalam telur mengandung protein yang tinggi.

Jadi telur atau ikan menurut hasil penelitian tenaga kesehatan serta beberapa instansi menyarankan lebih baik konsumsi telur.

T: Di Kepri ini pada umumnya suami istri adalah pekerja, anaknya kemudian dititipkan kepada orang lain apakah ini menjadi problem?

Halaman
1234
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved