HUMAN INTEREST

KISAH Hidup Brigadir M Zuhri, Mantan Tukang Ojek di Batam Kini Jadi Polisi Perbatasan

Brigadir M Zuhri, seorang polisi perbatasan Indonesia yang bertugas di Batam menceritakan kisah hidupnya yang dulu tukang ojek kini jadi polisi.

Penulis: Beres Lumbantobing |
TRIBUNBATAM.id/BERES LUMBANTOBING
Bhabinkamtibmas Sekanak Raya Kecamatan Belakang Padang Batam, Brigadir M Zuhri 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Bisa menjadi seorang polisi dari keluarga berada sudah hal biasa. Yang tak biasa, lahir dan besar dari keluarga tak mampu, namun bisa mewujudkan cita-citanya menjadi seorang Bhayangkara, itu yang luar biasa.

Iya, itulah yang dirasakan dan dilalui M Zuhri.

Seorang Bhabinkamtibmas yang bertugas di pulau terluar Indonesia.

Kini ia sudah berpangkat Brigadir, tanda pangkat bengkok tiga pun sudah mendarat di pundaknya.

Tak ada yang menyangka, kini ia telah menjadi abdi negara.

Seorang anak petani dari Pulau Jawa yang merantau dan mengadu nasib ke Batam kala itu. 

“Alhamdulillah, niat baik dan terus berusaha pasti Allah tunjukan jalan terbaik,” ujar Brigadir M Zuhri.

Zuhri mengaku menjadi seorang Polisi telah ia mimpikan sejak kecil, namun untuk mewujudkan cita-citanya menjadi Polisi di luar kemampuan dirinya.

Bukan tanpa sebab, pertama Zuhri mengaku hanyalah orang kecil.

Baca juga: JADI Pulau Terluar Indonesia, Polsek Belakang Padang Batam Bersihkan Pulau Batu Berantai

Hidup penuh keterbatasan, sang ayah hanyalah petani kecil sedangkan sang ibu IRT dengan penghasilan orangtua seadanya. 

Bisa sekolah hingga lulus SMA, bagi Zuhri sudah menjadi hal yang hebat waktu itu.

Namun Zuhri tak ingin hidup dalam keterbatasan, Zuhri pun membulatkan tekad untuk merantau. 

Setelah lulus sekolah dari SMA Taruni Mandiri Pekan Baru, Zuhri pun merantau ke Batam

Merantau di Batam pada tahun 2006, hidup Zuhri sempat kesulitan.

Sebab, dia tak kunjung mendapat pekerjaan hingga akhirnya ia menjadi tukang ojek. 

Menjadi tukang ojek pun ia lakoni hingga 2 tahun. Mengantar anak sekolah setiap pagi dan menjemputnya menjadi rutinitas Zuhri.

Di samping jadi tukang ojek, jika ada pekerjaan lainnya juga ia kerjakan. 

Tak ingin menyiah-nyiakan masa muda nya begitu saja, dari hasil keringat uang yang terkumpul, Zuhri pun memilih melanjutkan studi kuliah di kampus Unrika kala itu. 

Namun perjalanan tak selalu mudah, Zuhri sempat putus kuliah lantaran terkendala biaya.

Tahun 2007, ia bertekad untuk mengikuti seleksi bintara.

Namun keberuntungan belum berpihak padanya.

Ia pun kembali melanjutkan pekerjaan sebagai tukang ojek. 

Waktu terus berjalan, ia terus berlatih dan belajar.

Tepat tahun 2009 kembali ada penerimaan Polisi perbatasan, Zuhri pun mengikutinya.

Kali ini, keberuntungan berpihak padanya.

Anak ketiga dari tiga bersaudara ini dinyatakan lulus terpilih untuk mengikuti pendidikan di Porong Surabaya.

Kabar baik itupun sempat membuat orang tua Zuhri tak percaya.

Sebab, di awal mengikuti seleksi Ia sengaja tak memberitahu pada orangtuanya. 

Kini, Zuhri pun telah menjadi seorang Bhayangkara. Selain itu, ia juga telah meraih gelar sarjana. 

“Hidup itu misteri mas. Tak ada yang tahu hari esok. Disyukurin, dijalani dan terus berusaha berbuat baik,” ketus Zuhri singkat. 

Nama Brigadir M Zuhri memang tak asing di telinga masyarakat pulau, khususnya pulau Belakang Padang.

Pulau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Singapura yang jaraknya sangat dekat, yakni hanya beberapa mil.

Orang kerap memanggil dia dengan sebutan ‘pak Bhabin’. 

Orangnya ramah, murah senyum dan periang. 

Tiap kali warga melontarkan sapaan, maka Brigadir Zuhri dengan riang menyahut, bahkan menyamperin warga tersebut. 

Hubungan yang akrab sudah menjadi kebiasaan masyarakat pulau, begitulah Brigadir Zuhri membangun kekompakan dengan masyarakat pulau.

Menyeruput kopi hitam menjadi hoby dari ‘pak Bhabin’ semenjak menetap di pulau. 

Maka tak heran, untuk menemui ‘pak Bhabin’ cukup mudah.

Masyarakat tinggal telpon dan langsung didatangi Zuhri.

Tentunya dengan muatan materi pertemuan, sambang kamtibmas. 

Masyarakat Belakang Padang beranggapan ‘pak Bhabin’ adalah penjaga kampung.

Sebab, tak pernah ada persoalan Kamtibmas yang berkepanjangan di Pulau. Jika ada, tak pakai waktu lama dapat selesai ia tangani. 

Nama Bhabin Zuhri begitu melekat dengan masyarakat pulau.

Bukan tanpa sebab, jebolan Polisi perbatasan ini sudah mengabdi di pulau terluar dalam kurun waktu 14 tahun lamanya. 

Iya, ini bukan waktu yang singkat. Dari awal penempatan jadi polisi ia selalu bertugas di pulau perbatasan. 

Zuhri tahu betul karakteristik masyarakat pulau perbatasan. Apa yang dikerjakan masyarakat, itu juga yang ia kerjakan. 

Tak heran, lamanya penugasan membuatnya hidup akrab dengan seluruh masyarakat pulau Belakang Padang.

Apalagi di pulau-pulau yang terpisah dari Belakang Padang seperti pulau yang berada di kelurahan Sekanak Raya, yakni Pulau Mecan, Pulau Sarang dan Pulau Lengkang serta Pulau Mat Belanda. 

“Jadi polisi di pulau masih barulah. Baru 14 tahun,” ucap Brigadir Zuhri singkat. 

Mendapat banyaknya komentar positif dari masyarakat pulau kepada dirinya, Zuhri tak ingin ‘besar kepala’.

Baginya, ketika ada pujian dari masyarakat sudah menjadi hal biasa ketika seseorang berbuat positif.

Zuhri beranggapan tugas di pulau merupakan sesuatu hal yang Istimewa.

Istimewa lantaran ia menikahi wanita putri Belakang Padang.

Kini Zuhri telah dikarunia 4 anak. 

“Tugas di Pulau itu memang beda mas. Tak seperti dikota. Kalau di pulau, kekompakan, rasa kekeluargaan antar masyarakat itu masih kental dan kuat,” sebut Zuhri. 

Bukan ia enggan pindah tugas ke kota, namun Zuhri mengaku telah mewakafkan dirinya untuk tugas hingga akhir hayat di pulau-pulau perbatasan. 

“Saya ini, kan masuk jadi Polisi lewat penerimaan Polisi perbatasan. Bukan Polisi umum. Makanya selama karier penugasan, iya di perbatasan,” katanya. 

Kendati menjadi polisi perbatasan tak pernah menyurutkan niat Zuhri untuk melaksanakan tugas.

Menurutnya, polisi perbatasan adalah polisi yang Istimewa lantaran melakukan tugas di tapal batas NKRI. 

“Benteng Tapal Batas, mengabdi dari pulau terluar. Tentu menjadi perjalanan hidup yang panjang yang tak terlupakan nanti. Segudang cerita yang bisa diceritakan nantinya buat generasi,” katanya. 

Sederet cerita sepenggal pengalaman baik buruk telah Zuhri lalui menjadi polisi perbatasan.

Kepada Tribun, Rabu (21/6/2023) Brigadir Zuhri menceritakan awal mula perjalanan hidupnya menjadi seorang polisi. 

“Saya mau cerita apa iya? Jadi bingung,” kata Zuhri sambil menyeruput kopi.

“Intinya Polisi perbatasan itu beda lah bang. Penempatan tugas dari awal saya jadi polisi sudah di Pulau. Iya, hari-hari tak luput dari laut, kapal, pelabuhan, sama masyarakat pulau,” kata Zuhri. 

Sembari duduk di ruang pojok Mapolsek Belakang Padang, Zuhri tampak mengenang perjuangan masa lalu yang telah ia lewati. 

Wajah Zuhri penuh kenangan, mensyukuri atas apa yang ia miliki saat ini menjadi sala satu cara untuk terus berbenah. 

Jujur selalu berprasangka baik membuatnya terlihat muda.

Meski usianya kini sudah menginjak 35 tahun namun ia masih terlihat polisi yang baru penempatan tugas. 

“Biar tak kelihatan tua tipsnya kalau ada masalah jangan dipikirin, diselesaikan saja langsung,” kata Zuhri. 

Dalam menjalani penugasan, Zuhri mengaku tak punya cerita tentang kehidupan kota.

Yang ia tau, hanya tentang masyarakat pinggiran. 

Iya, dalam kurun 14 tahun bertugas, ‘pak Bhabin’ Zuhri hanya memiliki cerita tentang pulau, perairan, masyarakat nelayan.

Ia hanya berkutat di dalam pulau. 

Bertugas menjadi Bhabinkamtibmas Kelurahan Sekanak membuat Zuhri berasa tinggal di dua negara.

Apalagi, jarak Singapura yang begitu dekat dengan pulau Belakang Padang hanya dalam pandangan mata. 

Menurut Zuhri, bertugas di Pulau memiliki segudang cerita. Ada cerita manis dan pahitnya.

Mau dengar yang tak enak? kata dia mulai menceritakan kisah yang dilaluinya.

Pertama kalau ada panggilan tugas mendadak terus saat Cuaca ekstrim luar biasa angin barat melanda, itu nyawa taruhannya.  

Saya pernah ada dinas tugas ke pulau seberang dan harus nyebrang naik kapal penambang atau kapal pancung.

Saat itu cuaca lagi buruk, angin kencang gelombang kuat. Lalu kapal yang saya tumpangi diterjang ombak dan angin lalu air ombak itu masuk kapal. 

Kapal yang saya tumpangi itu sudah hampir karam, air sudah masuk lalu diterjang angin ribut.

Waktu itu kami sudah panik. Namun dengan lihai, tekong pun dengan lihai membawa kapal menepi ke pulau terdekat hingga akhirnya kami bisa berteduh sesaat. 

Selain itu, Bhabin Zuhri juga mengaku sering ditelepon malam hari oleh Masyarakat.

Jadi, ketika ada persoalan kecil masyarakat kota itu langsung telepon Polisi.

Sebab, masyarakat beranggapan semua polisi itu serba bisa. 

“Di pulau itu, persoalan yang sering terjadi hanya persoalan kecil selisih paham warga antar pulau,” katanya. 

Awal mula menjadi polisi perbatasan, bagi Zuhri tak selamanya nikmat. Punya pengalaman dan kisah yang berbeda. 

“Kalau dibanding yang penempatan di Polda, Polres agak beda lah mas. Saya tugas pertama itu, udah numpang-numpang di rumah warga. Karena waktu jadi anggota Pos Pol di Pulau Terung, kami tak ada kantor ataupun bangunan Pos. Jadi tinggal di rumah warga,” bebernya. 

Penugasan pertamanya, Zuhri langsung ditempatkan di Polsek Belakang Padang.

Pada tahun 2010 ia bertugas menjadi anggota Pos Pol Pulau Terung hingga tahun 2014.

Kemudian daru tahun 2014 ia bertugas di unit Intel Polsek Belakang Padang hingga tahun 2017.

Lalu dari tahun 2017 hingga saat ini, Brigadir Zuhri bertugas sebagai Bhabinkamtibmas Kelurahan Sekanak Raya. 

Enam tahun lamanya bertugas jadi Bhabinkamtibmas Sekanak Raya, pulau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, Zuhri tau betul persoalan yang ada ditengah masyarakat. 

Maka selama menjadi Bhabin, ada berbagai kegiatan rutin yang ia gagas bersama masyarakat. Termasuk kegiatan safari ke sekolah. Go To School.

Selain itu juga, Bripda Zuhri bersama perangkat masyarakat membentuk grup duta sosial.

Tujuannya, untuk menjangkau dan membantu serta memperhatikan masyarakat pulau yang butuh bantuan.

Bagi dunia pendidikan, sosok Zuhri juga sudah familiar.

Apalagi setiap Senin upacara di sekolah ia akan memimpin apel upacara bendera. Aksi itu ia lakukan dj semua sekolah perbatasan secara bergantian.

Dengan menjadi pembina upacara bendera, Zuhri dapat menitipkan pesan-pesan kamtibmas dan motivasi bagi generasi muda. 

Sebelum mengakhiri perbincangan siang itu, tak lupa Zuhri pun menitipkan pesan singkat bagi generasi muda warga pulau yang tinggal di pulau terluar. 

“Bagi para generasi muda yang tinggal di pulau-pulau diperbatasan, walaupun jauh dengan kota jangan mau kalah. Lakukan yang terbaik selalu belajar agar cita cita kita tercapai,” pesannya. (TRIBUNBATAM.id/Beres Lumbantobing) 


 

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved