FEATURE

Kisah Sofian Banting Setir Jadi Pandai Besi di Bintan Pertahankan Usaha Keluarga

Sofian warga Bintan ini dulunya staf di sebuah hotel. Karena pandemi, hotel tempatnya kerja tutup, ia pun banting setir jadi pandai besi

Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/Ronnye Lodo Laleng
Sofian saat berada di tempat usaha pandai besi di Desa Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, Bintan, baru-baru ini 

Pilihannya menjadi pandai besi, karena pekerjaan itu belum tentu semua orang bisa. Makanya, mertua dan dia tetap mempertahankannya sampai sekarang.

Sofian bekerja setiap hari bersama sang mertua, mulai dari mengolah bahan mentah sampai jadi barang, sesuai pesanan pelanggannya.

Untuk produksi pisau ia hanya membutuhkan waktu 30 menit saja, sementara parang bisa mencapai 1 hingga 2 jam, tergantung tingkat kesulitan dan request pelanggan.

Baca juga: Bisnis Ekspedisi Bangkrut, Rudi Sutadi Banting Setir jadi Driver Taksi Online

Selama satu bulan, mereka mampu membuat puluhan pisau dan parang siap jual.

Selain membuat peralatan seperti sabit atau pisau dan parang, mereka juga melayani jasa perbaikan alat-alat pertanian tradisional seperti sabit atau cangkul.

"Pandai besi Hatjam milik mertua sudah berjalan lima tahun. Sebelumnya paling lama membuka usaha ini di Guntung, daerah Pulau Burung Riau," ujar pria asal Tambilahan itu.

Soal harga jangan khawatir, cukup murah di masa modern ini.

Harga perkakas dapur dan tani ditawarkan mulai Rp 60 ribu hingga Rp 170 ribuan.

Adapun harga tersebut mulai dari pisau dapur hingga pembuatan samurai dan pedang.

"Semua perkakas seperti pisau sampai parang tebas kita jajakan di sini yang sudah selesai, dan kalau ada yang mesan untuk ditempah sesuai keinginan, kita juga bisa layani," kata pria berpostur tinggi itu.

Pelanggan yang memesan alat perkakas dapur dan tani ternyata bukan warga Bintan saja. Bahkan, pelanggannya ada yang datang dari Tanjungpinang dan Batam.

Untuk besi yang digunakan sebagai bahan menempah dan menghasilkan sebuah per kakas dapur dan pertanian, biasanya mereka membutuhkan bahan dari per mobil, piringan senso bekas dan lainnya.

Alasan memilih bahan itu karena kualitas besi bagus dan ketajaman awet.

Selain besi, mereka juga membutuhkan bahan kayu untuk arang saat menempah besi menjadi barang jadi.

Bahan kayu yang digunakan mereka merupakan kayu akasia. Mereka membelinya per lori sekitar Rp 350 ribu.

Halaman
123
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved