Mengulik Cerita Kampung Tua Tanjung Banon di Batam, Namanya Berawal Dari Sekelompok Perompak

Kisah Tanjung Banon di Batam, nama wilayah relokasi Rempang Eco City ini rupanya mengandung kisah yang panjang.

TRIBUNBATAM/BERES
Leman Naser dan istri menunjukkan sala satu barang bukti mangkok kecil tembaga bertuliskan aksara peninggalan sejarah yang didapat dari dapur arang di Tanjung Banon 

TRIBUNBATAM.ID,BATAM - Tanjung Banon di Batam nama perkampungan ini mendadak viral dikalangan masyarakat, tak hanya masyarakat pulau namun juga nasional.

Nama perkampungan ini viral ditengah rencana pembangunan perusahaan raksasa bernama Rempang Eco City yang akan dibangun di pulau Rempang Cate, warga pun terpaksa direlokasi.

Perlawanan demi perlawanan terus mengulir dari masyarakat untuk melakukan penolakan atas relokasi.

Pemerintah bolak balik mencari lokasi untuk dijadikan tempat relokasi hunian tetap masyarakat yang terdampak hingga akhirnya ditetapkan di Tanjung Banon.

Mengulik kisah Tanjung Banon, perkampungan ini punya ciri khas tersendiri, luas perkampungannya terbilang sedikit, berdiri diatas bantaran pesisir pantai. Rumah-rumah panggung nelayan menjulang diatas pesisir laut.

Jumlahnya memang tak banyak, sekitar 200 -an KK, hanya terdiri dari 1 rukun tetangga. Masyarakat dilokasi ini dominan bertumpu pada hasil tangkap laut.

Baca juga: Kapolresta Barelang Minta Publik Hormati Putusan Hakim Soal Praperadilan Rempang

Lokasinya yang berada dibibir pantai aliran laut Jembatan 5 Galang ini membuat masyarakat mayoritas sebagai nelayan.

Sejak dahulu sampai saat ini, masyarakat masih berprofesi sebagai nelayan. Walau beberapa sudah ada yang bertani.

Tokoh masyarakat kampung tua Tanjung Banon, Leman Naser disapa akrab “pak Itam” menyebutkan perkampungan Tanjung Banon punya cerita sejarah yang menarik.

Hanya saja, Tanjung Banon bukanlah nama asli perkampungan itu melainkan ‘kampung Lanon’ yang berada di Tanjung pesisir pantai jembatan 5.

Diakuinya, perkampungan Tanjung Banun bukan sekedar permukiman pesisir pantai biasa, namun kala itu perkampungan jadi tempat persinggahan para pelaut untuk membeli logistik.

Percaya atau tidak, lantas Pak Itam pun bercerita singkat tentang sejarah kampung tanah kelahirannya yang dijuluki kampung perompak.

“Ini merupakan cerita dari kakek saya, awalnya itu kampung ini dibuka tiga orang penduduk asli. Mereka Jemahat, Jalur dan Seman. Seman ini punya anak namanya Leman, Leman ini ayah saya. Itu sekitar tahun 1800-an,” ujar pak Itam mulai bercerita pada Tribun beberapa waktu lalu.

Jadi, lanjut dia berdasarkan cerita ayahnya saat itu kakeknya bersama dua rekannya mau turun melaut dan bertemu sekelompok lanon alias perompak.

Lanon ini mau merampok ke Kualu Bulu, pintu masuk ke lokasi ini hanya dapat dilalui lewat Tanjung Banon.

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved