MATA LOKAL CORNER
Dosen Fisipol Unrika Sebut Pemilu 2024 Lebih Romantis
Dosen Fisipol Unrika Linayati Lestari menilai, Pemilu 2024 lebih romantis dari pemilu sebelumnya. Suasana romantis terlihat karena mereka bekerja tim
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Dinamika Pemilu 2024 begitu terasa.
Mulai dari film The Dirty Vote yang tayang di masa tenang Pemilu 2024 hingga demo mahasiswa yang menyuarakan demokrasi.
Itulah dinamika politik. Namun pastinya nanti, Presiden terpilih adalah presiden seluruh warga Indonesia. Bukan lagi milik partai pengusung. Semoga janji-janji selama kampanye ditepati.
Kali ini Mata Lokal Corner (MLC) Tribun Batam hadir dengan tema Presiden Pilihan Kita, Kamis 15 Februari 2024.
Baca juga: Pemilu di TPS 30 Batu Selicin Sempat Gaduh, Imbas Tak Ada Surat Suara DPRD Kepri
Ada empat narasumber yang dihadirkan dalam MLC ini. Mereka Dosen Fisipol Universitas Riau Kepulauan (Unrika) Linayati Lestari, Dosen Informatika & Komunikasi Universitas Batam (Uniba), Fendi Hidayat, Wakil Sekretaris TKD Prabowo-Gibran Kepri, Agus Purwanto dan Ketua GMKI Kota Batam, May Shine Debora Panaha.
Pada sesi pertama, Dosen Fisipol Universitas Riau Kepulauan (Unrika) Linayati Lestari memberikan pendapatnya terkait Pemilu 2024.
Ia menilai, demokrasi sekarang lebih bagus, dinamis dan romantis.
Suasana romantis terlihat karena mereka bekerja tim. Sebelumnya mereka bekerja berdasarkan kekuasaan.
"Demokrasinya bagus, karena saya menghindari kata demokrasi tidak baik-baik. Demokrasi Indonesia menuju yang terbaiklah. Data terbanyak Gen Z, dari awal tahun terlihat partisipasinya. Bukan hanya haters dan kontestasi. Silent voters punya impact yang cukup luar biasa," katanya.
Di sisi lain, demokrasi elektoral perlu diantisipasi. Faktor yang sangat menyuguhkan sosiologisnya. Membuat orang percaya itu tidak mudah. Silent voters lagi bekerja.
Ia pun menyebut, dalam politik ada semiotika. Pemilih lebih suka romantis dan sudah meninggalkan mellow drama.
"02 dikemas apik. Drama kemayoran. Anak muda bebas berekspresi di Tiktok. Ibu Titiek hasil disorder baru, makanya sisa orde baru. Kampanye dikemas hal yang baik, cantik. Pasangan 03 menghadirkan bentuk seragam simbol yang disasar bukan anak-anak pop. Modernitas yang ditampilkan jauh dengan 02," kata Lina.
Ia tidak sepakat dengan pemilih yang emosional, ketika pemimpin yang dipilih punya impact.
"Diskusi yang dibuka bukan hanya di lingkungan kampus. Mahasiswa yang begini yang dianggap perhatian," ujarnya.
Baca juga: Beda Arti Quick Count, Real Count dan Exit Poll di Pemilu 2024
Lebih lanjut ia mengatakan, Batam merupakan miniaturnya Indonesia. Paguyuban memiliki peran yang cukup besar ketika melihat warna politik.
"Kadang memilih partai tapi tak memilih orangnya. Begitu juga sebaliknya," katanya.
Ia menambahkan dalam demokrasi itu bicara masa per masa. (TRIBUNBATAM.id / Roma Uly Sianturi)
Baca berita Tribun Batam lainnya di Google News
Jurus Pamungkas di Debat Pilkada Batam 2024 Dibahas di Mata Lokal Corner |
![]() |
---|
Efek Debat Pilkada Kepri 2024, Polemik Rempang Eco City Jadi Isu Krusial |
![]() |
---|
Setelah Debat Pilkada Kepri 2024, Masihkan Dua Paslon Baper? |
![]() |
---|
Akademisi UIB Suyono Saputro Sebut Pembangunan Kepri sudah On The Track |
![]() |
---|
Wan El Kenz Sebut Rudi Bakal Benahi Fasilitas Kesehatan hingga Pendidikan di Kepri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.