BATAM TERKINI
UMKM di Kepri Masih Terkendala Pengiriman Produk ke Luar Daerah hingga Urusan Promosi
Sejumlah pelaku UMKM di Kepri ungkap permasalahan yang dihadapi saat ini, terutama soal pengiriman produk ke luar Batam hingga masalah promosi
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) telah mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan.
Kendati demikian, masih ada beberapa tantangan yang dihadapi, mulai dari promosi hingga distribusi.
Dalam hal promosi, produk-produk UMKM kerap mengisi pameran-pameran event yang diselenggarakan di Kepri. Kali ini, beberapa produk UMKM dari Batam mengisi stand pameran dalam event Pre IOG SCM & NCB Summit yang digelar SKK Migas, pada tanggal 3 - 4 Juli 2024 di Batam.
Sejumlah UMKM binaan Dinas Koperasi dan UKM Kepri ini memamerkan aneka produknya, mulai dari makanan dan minuman, hingga kriya.
Baca juga: Gekrafs Ungkap Pemasaran Masih Jadi Tantangan bagi Pelaku Ekonomi Kreatif Kepri
UMKM GHR Snack Batam misalnya, mempromosikan produk camilan berupa kerupuk otak-otak ikan dan basreng.
UMKM ini telah berdiri sejak tahun 2021. Sang pemilik usaha, Widia Utami, mengungkapkan, pertumbuhan usahanya cukup pesat di dua tahun terakhir ini.
Ia memasarkan produknya secara online maupun offline, dan sebulan sekali rutin mendistribusikan produknya ke pasar Singapura sebanyak 8 hingga 10 kilogram.
"Awal buka usaha memang pertumbuhannya agak lambat, tapi alhamdulillah, udah sekitar dua tahun ini terus meningkat," ujar Widia.
Hanya saja, ia masih menemui kendala dalam hal pengiriman produk ke luar wilayah Batam. Sudah umum halnya, bahwa pengiriman barang ke luar Batam selalu dikenakan pajak yang cukup tinggi.
Ini jugalah yang dirasakan Widia sebagai pelaku UMKM, cukup memberatkan bagi usahanya.
"Harapannya, Pemerintah bisa menurunkan pajaknya, supaya kami pelaku usaha ini tidak kesusahan mengembangkan pasar ke luar," ujar Widia.
Pelaku UMKM lainnya yang merupakan Pengrajin Batik Taman Marcelia, bernama Ida, justru menilai tantangan utamanya adalah di bidang promosi.
Baca juga: Rumah BUMN Batam Dorong UMKM Kepulauan Riau Tembus Pasar Global
Selama ini, kebanyakan konsumen batiknya merupakan instansi dan perusahaan yang membeli secara borongan. Sementara, masyarakat Batam tampaknya masih belum mengenal produk-produk batik asli Batam atau memakainya sehari-hari.
Padahal, produk batik yang dijual Ida ditawarkan dengan kisaran harga yang inklusif. Batik cap standar misalnya, dijual dengan harga termurah, sekitar Rp150 ribu sampai Rp200 ribu; batik tulis kombinasi dijual kisaran Rp500 ribu sampai Rp1 juta; dan batik tulis asli dijual di atas Rp1 jutaan.
"Tantangan yang kami hadapi, mungkin masyarakat belum familiar dengan batik Batam. Makanya, kami rajin promosi di pameran-pameran," ujar Ida.
Suami Istri Tewas di Kamar Kos Kota Batam, Terungkap Pekerjaan Mereka Selama Ini |
![]() |
---|
Polisi di Batam Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Korban Alami Sakit |
![]() |
---|
Mahasiswi Ungkap Beratnya Jadi Guru di Pulau, Ini Respons Wali Kota Batam |
![]() |
---|
Amsakar Jawab Tuntutan Mahasiswa, Ajak Sosialisasi Kesadaran Warga soal Sampah dan Banjir |
![]() |
---|
BEM SI Kepri Nilai Kebijakan Investasi Batam Jauh dari Kepentingan Rakyat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.