DEMAM BERDARAH DI TANJUNGPINANG

Kasus Demam Berdarah di Tanjungpinang Turun Dalam 4 Bulan, Tersisa 7 Kasus DBD

Kepala Dinkes Tanjungpinang mengungkap tiga kelurahan yang zero kasus demam berdarah alias DBD hingga Agustus 2024.

TribunBatam.id/Alfandi Simamora
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang atau Kadinkes Tanjungpinang, Rustam, Jumat (27/9/2024). Ia mengungkap kasus demam berdarah yang turun dalam 4 bulan tahun 2024. 

TRIBUNBATAM.id, TANJUNGPINANG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Tanjungpinang mendata kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD di Tanjungpinang menurun selama 4 bulan terakhir di tahun 2024.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, Rustam mengungkap jika kasus demam berdarah di Tanjungpinang pada Juni 2024 sempat naik hingga 45 kasus.

Namun, memasuki bulan Juli turun 28 kasus, Agustus 21 kasus dan hongga 26 September 2024 tinggal 7 kasus.

"Jadi selama 4 bulan terakhir ini kasus DBD sudah turun dari bulan Juni yang hingga 45 kasus," ungkapnya, Jumat (27/9/2024).

Beberapa kelurahan di Tanjungpinang penyumbang kasus DBD tertinggi di tahun 2024 di antaranya adalah Pinang Kencana dengan 42 kasus. 

Baca juga: 332 Warga Batam Terjangkit Demam Berdarah Dengue dalam 8 Bulan, Paling Banyak Juli

Lalu Kelurahan Batu IX dengan 30 kasus, Kampung Baru 27 kasus dan Kelurahan Melayu Kota Piring dengan 16 kasus.

"Sementara untuk tahun ini yang zero DBD itu di Kelurahan Tanjungpinang Timur, Kamboja dan Kelurahan Penyengat," bebernya.

Rustam menjelaskan, bahwa kondisi cuaca di Kota Tanjungpinang saat ini merupakan musim pancaroba.

Menurutnya, di musim saat ini sangat mendukung perkembangan nyamuk Aedes Aegypti yang menularkan penyakit demam berdarah kepada manusia, sehingga kasus DBD masih terus ada.

"Yang membuat perkembangan nyamuk Aedes aegypti berkembang lebih mudah biasanya dikarenakan kebiasaan masyarakat yang kurang memperhatikan lingkungan dan kebersihan," terangnya.

Baca juga: Kasus DBD di Lingga, Puskesmas Dabo Lama Tangani 10 Kasus Demam Berdarah di 2024

Kemampuan nyamuk Aedes aegypti untuk berpindah tempat sangat minim, yakni hanya mampu terbang maksimal 100 sampai 200 meter. Maksimal mencapai 500 meter jika dibantu angin.

Sehingga jika perkembangannya bisa dihentikan dengan memperhatikan lingkungan, maka penyebaran nyamuk ini seharusnya bisa dihentikan agar tidak meluas.

"Kalau untuk dari kita penanganannya kita lihat peta vektor penyebaran jentiknya. Kemudian kita lakukan voging," ungkapnya.

Rustam juga menambahkan, selama empat bulan terakhir ini tidak ada lagi kasus meninggal dunia akibat DBD di Kota Tanjungpinang.

Meskipun demikian masyarakat harus tetap mengantisipasi terhadap penyakit DBD. Khususnya dalam hal mengantisipasi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti di tempat penampungan air.

Baca juga: Dinkes Kepri Klaim Jumlah Kasus Demam Berdarah Tahun Ini Turun

"Jadi masyarakat juga bisa meminta abate di Puskesmas secara gratis, sebagai pencegahan perkembangan jentik di rumah," tutupnya. (TribunBatam.id/Alfandi Simamora)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved