Korban Kecelakaan Kerja di Tanjungpinang Kepri Butuh Bantuan: Saya Tak Bisa Apa-Apa Lagi

Iwan Bayu Arifin (41), warga Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, tengah berjuang untuk pulih dari kecelakaan kerja serius yang dialaminya

Penulis: Yuki Vegoeista | Editor: Septyan Mulia Rohman
TribunBatam.id/Yuki Vegoeista
KECELAKAAN KERJA DI TANJUNGPINANG - Iwan Bayu Arifin (41), warga Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, tengah berjuang untuk pulih dari kecelakaan kerja serius yang dialaminya pada Mei 2023. 

TANJUNGPINANG, TRIBUNBATAM.id - Iwan Bayu Arifin (41), warga Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, tengah berjuang untuk pulih dari kecelakaan kerja serius yang dialaminya pada Mei 2023.

Sebuah paku sepanjang 1 inci menancap di bagian belakang kepalanya, tepat di area saraf.

Kecelakaan kerja di Tanjungpinang itu memaksa Iwan menjalani operasi besar di RSUP Ahmad Thabib, yang melibatkan pengangkatan tempurung kepala sebelah kanan serta paku dan darah beku untuk menyelamatkan nyawanya.

Meskipun operasi berjalan lancar, pemulihan fisik dan mental menjadi tantangan berat.

"Jika darah beku tidak dibuang, saya bisa meninggal," ungkap Iwan, Minggu (15/12/2024).

Kini, tangan dan kaki kirinya lumpuh, dan ia berharap pemulihan otak dapat membawa kesembuhan di sisi tubuhnya yang lumpuh.

Baca juga: Kecelakaan Kerja di Batam Tewaskan Warga Bangladesh, Pengawas Disnaker Kepri Datangi Perusahaan

Namun, perjalanan pemulihan itu terhambat oleh keterbatasan biaya.

Iwan yang tidak terdaftar secara resmi di tempat kerjanya, tak mendapat jaminan perlindungan tenaga kerja. 

Bantuan dari pihak perusahaan pun hanya sebatas obat-obatan awal dan tidak berlanjut.

Saat ini, Iwan tinggal di sebuah kamar kos sederhana di Jalan Harmoko Km 7, Tanjungpinang, dengan biaya bulanan sebesar Rp350 ribu yang dibantu oleh teman-temannya.

Kawan-kawan terdekat juga sesekali datang membawakan makanan.

"Saya tidak bisa apa-apa lagi. Untuk jalan saja, harus dipaksakan," ujarnya dengan nada lirih.

Baca juga: Dokter Forensik RSUD Embung Fatimah Batam Ungkap Kondisi WNA Bangladesh yang Tewas Kecelakaan Kerja

Rasa sakit akibat luka di kepalanya membaik melalui terapi pascaoperasi. Namun, terapi terhenti karena ketiadaan biaya.

Setiap bulan, Iwan membutuhkan Rp1 juta untuk membeli obat dan biaya pengobatan. Ketika obat habis, ia harus menahan sakit hingga sulit tidur.

"Kalau obat habis, saya tidak bisa tidur sampai dini hari," kata Iwan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved