POLEMIK TEMBESI TOWER BATAM

Jeritan Anak Warga Tembesi Tower Batam, 'Mengapa Rumah Kita Dihancurkan'

Sudah lebih dari sepuluh hari sejak penggusuran di Tembesi Tower, namun bagi Rico (45) dan keluarganya, kehidupan mereka belum kembali normal. 

Penulis: Ucik Suwaibah | Editor: Agus Tri Harsanto
Ucik Suwaibah/Tribun Batam
Rico (45) warga Tembesi Tower yang terdampak penggusuran saat ditemui, Minggu (19/1/2025) 

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Sudah lebih dari 10 hari sejak penggusuran di Tembesi Tower, Batam,  kehidupan Rico (45) dan keluarganya belum kembali normal. 

Hingga saat ini, mereka belum mendapatkan kontrakan dan masih menumpang di rumah saudaranya di Tanjunguncang, Batuaji, Kota Batam.

Rumah milik saudaranya bisa menampung istri dan ketiga anaknya.

Namun menjadi tak begitu luas untuk ditinggali 7 orang anggota keluarg dalam satu rumah.

Hal ini terpaksa ia lakukan, lantaran belum mendapatkan rumah sementara yang sesuai dengan ukuran serta budget yang ia miliki.

"Anak-anak saya, tiga orang, kini hidup dalam kondisi yang benar-benar dengab keterbatasn. Kami hanya menumpang di rumah saudara, yang ukurannya 6x6 meter, dihuni keseluruhan tujuh orang," ujar Rico saat ditemui, Minggu (19/1/2025) 

Pria 45 tahun itu berbagi cerita tentang kesulitan yang mereka hadapi setelah penggusuran. 

Dengan bantuan uang kontrakan Rp 3 juta selama tiga bulan, ia mangaku kesulitan mencari rumah yang layak. 

Baca juga: Kondisi Tembesi Tower Batam Pasca Digusur, Lahan Bekas Kampung Mulai Dibersihkan

"Harga kontrakan di Batam sudah tinggi, bahkan untuk harga sewa sudah mencapai Rp 1,5 juta untuk kontrakan. Kami butuh dua kamar untuk 1 rumah karena kami berlima kan, jadi bagaimana kami bisa mendapatkan tempat tinggal dengan uang yang terbatas ini?," ungkapnya.

Kondisi ini semakin diperburuk dengan kenyataan bahwa rumahnya diharga jauh di luar harapan mereka.

"Saya awalnya negosiasi dengan pihak pengembang dan rumah saya ditawar dengan harga di bawah Rp 30 juta, msaya terkejut cuma diharga segitu, rumah saya cukup besar ukuran 10x15. Saya merasa begitu kecewa," ucap Rico dengan nada penuh keputusasaan.

Namun, hal lain yang paling menghantui hati ayah 3 anak ini adalah perasaan anak-anaknya. 

"Yang bikin nyesek waktu anak saya yang paling besar tanya, 'Kenapa rumah kita dihancurkan, Bi?' Saya nggak tahu harus jawab apa. Mereka menangis, melihat rumah yang dulu kami tempati dihancurkan," ungkapnya dengan suara mengecil dan menahan air matanya.

Setelah pindah rumah, anaknya yang masih kecil sulit untuk beradaptasi dengan lingkingan yang baru.

Ditambah kepindahan mereka juga diwarnai dengan perobohan rumah yang mereka saksikan di depan mata.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved