Feature

Cerita Anggun Nelayan Anambas 4 Bulan di Penjara Malaysia, Tak Boleh Keluar Ruangan Kecuali Sakit

0302_Anambas_Kisah Anggun Nelayan Anambas Dibalik Jeruji Malaysia, Malam Kerap Menangis Ingat Istri dan Anak

TRIBUNBATAM.id/Noven Simanjuntak
Nelayan asal Desa Batu Belah, Anggun menceritakan pengalaman pahitnya saat dipenjara selama 4 bulan di Serawak, Malaysia. 

Sepanjang hari menghabiskan waktu di penjara, dihabiskannya dengan menyesali perbuatannya dan mengingat keluarga khususnya anak dan isterinya.

"Selama di penjara yang saya ingat keluarga, terutama nasib anak dan isteri saya macam mana sehari-hari, sementara saya tidak ada," tuturnya.

Tinggal di dalam sel berbentuk persegi itu, banyak dilaluinya dengan tangis kesedihan.

Apalagi, kata dia, tidak ada kegiatan bagi mereka para tahanan di luar sel.

Untuk keluar sel, hanya diperbolehkan bagi tahanan yang sakit atau kurang enak badan.

Tak ayal, Anggun pun mencoba alasan itu agar dapat melihat kondisi luar sembari merasakan cahaya matahari

"Kalau tak enak badan atau sakit kita dikasih keluar kamar. Cuma 30 menit, ya lumayan untuk hirup udara biar tak bosan di kamar," kenangnya.

Berhari-hari di dalam kurungan, Anggun jalani dengan melakukan salat dan mengaji.

Itu dilakukannya untuk meratapi kesalahannya dan menguatkannya di dalam penjara agar tak lagi menangis setiap malam di balik jeruji.

"Alhamdulillah kalau di dalam tak ada kekerasan yang saya alami. Saya beda kamar dengan anak buah saya. Mereka itu di penjara Imigrasi, kalau di sana mungkin ada kepala-kepala kamarnya," ungkap Anggun.

Bebas dari penjara Malaysia, ia mengaku diantar ke perbatasan Malaysia dengan Kalimantan menggunakan Bus.

Saat keluar yang ia bawa hanya baju dan celana yang melekat serta Kartu Tanda Penduduk (KTP).

"Semua disita termasuk kapal pompong saya. Sampai di Kalimantan saya tinggal di Dinas Sosial empat hari, lalu diperbolehkan pulang secara mandiri. Saya naiklah kapal Sabuk Nusantara 110 ini," sebutnya.

Menurutnya pernah menjadi tahanan negara luar adalah pengalaman berharga dalam hidupnya.

Setelah bebas menghirup udara segar, ia siap menyonsong kehidupan baru bersama isteri dan kedua anak perempuannya dan kembali pulang ke rumahnya di Desa Batu Belah.

"Saya akan tetap jadi nelayan karena itu keahlian saya. Tapi biarlah pengalaman ini jadi pelajaran yang tak lagi terulang. Saya hanya berharap nelayan lain tak mengalami apa yang saya rasakan dan jangan lagi ada nelayan kita yang ditangkap," pungkasnya. (TRIBUNBATAM.id/Noven Simanjuntak)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved