KONFLIK DI REMPANG

Datangi Kantor Wali Kota Batam, Warga Rempang Menanti Sikap Pemimpin Baru: Tolak Relokasi

Puluhan warga Rempang datangi Kantor Wali Kota Batam, Kamis (27/2) siang. Sejumlah spanduk dan poster mereka bawa. Intinya tolak relokasi

Penulis: Ucik Suwaibah | Editor: Dewi Haryati
Ucik Suwaibah/Tribun Batam
SAMPAIKAN ASPIRASI - Warga Rempang sampaikan aspirasi mereka di kawasan depan kantor Wali Kota Batam, Kamis (27/2/2025). Mereka tetap tolak relokasi dan menantikan sikap pimpinan baru Wali Kota Batam. 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Siang itu, matahari bersinar terik saat satu per satu warga Rempang Batam turun dari bus, Kamis (27/2/2025). 

Dari Sembulang, Rempang, mereka menempuh perjalanan darat lebih kurang sejauh 73 km ke Polda Kepri di Batam, menyuarakan harapan mereka di sana. Ya, jarak bukan penghalang bagi mereka.

Tak berhenti di situ, mereka melanjutkan perjalanan sejauh 16 km ke Kantor Wali Kota Batam, tempat mereka berharap pemimpin baru Batam, Amsakar Achmad dan Li Claudia Chandra membawa perubahan terkait nasib mereka.

Waktu saat itu menunjukkan pukul 12.04 WIB, ketika mereka tiba di depan Kantor Wali Kota Batam, membawa spanduk dan dengan suara yang tak lelah menggema. 

Baca juga: Menteri Transmigrasi Sebut Transmigrasi Lokal Buat Warga Rempang dan Relokasi Hal Berbeda

Di antara kerumunan itu, tampak wajah-wajah penuh harapan. 

Anak muda, orang dewasa, hingga mereka yang sudah lanjut usia, semua berdiri dalam satu barisan, satu suara. 

Spanduk yang mereka bawa bicara lebih lantang dari kata-kata. 

"Tanah Adat, Tanah Ulayat. Tolak Relokasi dan Penggusuran"

"Biar Puteh Tulang, Jangan Puteh Mate"

"Rempang Menolak Tumbang"

"Tolak Relokasi Rempang Eco City"

Begitu isi tulisan dari beberapa spanduk yang dibawa.

Di antara mereka, ada Nenek Awe (67), sosok yang dulu sempat ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus bentrokan Rempang, Desember 2024 lalu. 

Wajahnya yang berkerut menampilkan kelelahan, namun matanya menyala penuh tekad.

"Kami bukan penjahat, kami hanya meminta hak kami. Kalau kami digusur, kami harus ke mana? Apa pemerintah pernah benar-benar melihat kehidupan kami sebelum memutuskan menggusur?," suaranya bergetar, namun tetap tegas.

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved