LAYANAN RSUD RAJA AHMAD TABIB VIRAL

Perjuangan Darman Warga Tanjungpinang Dapat Layanan Kesehatan Pemerintah Hingga Sang Anak Meninggal

Darman, warga Tanjungpinang menceritakan perjuangan dapatkan layanan kesehatan pemerintah untuk sang anak yang berumur 4 tahun hingga meninggal dunia.

Penulis: Yuki Vegoeista | Editor: Septyan Mulia Rohman
TribunBatam.id/Yuki Vegoeista
LAYANAN RSUD RAJA AHMAD TABIB TANJUNGPINANG VIRAL - Darman, orang tua FA (4) kepada sejumlah awak media saat ditemui di rumahnya yang berlokasi di Kampung Bugis Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepri, Kamis (6/3/2025). Ia menceritakan perjuangannya mendapatkan layanan kesehatan dari pemerintah untuk sang buah hati hingga meninggal dunia diduga karena lambatnya penanganan medis. 

TRIBUNBATAM.id, TANJUNGPINANG - Langit siang masih terang ketika Darman Hermawan menggendong anak bungsunya, FA (4) yang terkulai lemah.

Bocah perempuan berusia empat tahun itu mulai kehabisan tenaga, napasnya tersengal dan kulitnya pucat pasi. 

Tanpa berpikir panjang, Darman sang orang tua membawanya ke Puskesmas terdekat — berharap ada secercah harapan untuk menyelamatkan buah hatinya.

Pukul 13.00 WIB, mereka tiba di salah satu Puskesmas di Kota Tanjungpinang, Kepri.

Petugas medis sigap memberikan pertolongan pertama, berusaha membuat bocah perempuan yang begitu ia cinta untuk bertahan. 

Perlahan, kondisi sang anak mulai membaik.

Baca juga: Viral di Kepri Balita Meninggal di RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang Gegara Ruang PICU Terbatas

Napasnya sedikit lebih teratur, Darman sempat merasa lega meski hanya sejenak.

Tapi jauh di lubuk hatinya, ia tahu, FA butuh perawatan lebih intensif.

"Di Puskesmas itu sudah ditangani dengan baik. Alhamdulillah, anak saya sempat mulai bangkit. Tapi kenapa enggak langsung dirujuk aja ke rumah sakit yang alatnya lebih lengkap?" kenang Darman saat ditemui, Kamis (6/3/2025).

Harapan Darman untuk segera membawa FA ke rumah sakit kandas saat petugas Puskesmas mengatakan mereka harus menunggu asesmen dari dokter spesialis di Rumah Sakit Provinsi. 

Tanpa asesmen itu, ambulans tidak bisa langsung melaju dan FA harus tetap bertahan di Puskesmas yang fasilitasnya terbatas.

Baca juga: IDI Natuna Tanggapi Rencana Sejumlah Dokter Spesialis Mundur Dari RSUD, Bentuk Kekecewaan

Waktu terus berjalan, tapi keputusan tak kunjung datang. Darman mulai gelisah.

Ia melihat kondisi anaknya yang kembali melemah dan merasa tak bisa tinggal diam.

"Saya sampai bilang, kalau gitu biar saya bawa sendiri aja pakai mobil pribadi," ucapnya dengan suara yang terdengar mulai bergetar mengingat kembali kejadian itu.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Darman menceritakan jika seorang staf di Puskesmas mennyebut jika anaknya tidak boleh membawa infus dan tabung oksigen.

Kosong, sang anak harus bertahan tanpa alat bantu apa-apa.

Baca juga: Korban Perkelahian di Kafe Leko Tanjungpinang Sudah Tewas saat Dibawa ke RSUD Raja Ahmad Tabib

Pukul 16.00 WIB, Darman mulai kehilangan kesabaran.

Ia marah, merasa waktu yang sangat berharga untuk putrinya mendapat layanan kesehatan terbaik malah memperkecil peluang anaknya untuk selamat.

Tapi apa daya, prosedur tetap menjadi tembok penghalang yang sulit ditembus.

Sampai akhirnya, menjelang Maghrib, ambulans baru diberangkatkan ke Rumah Sakit Provinsi.

Namun, saat itu, semuanya sudah terlambat.

Dalam perjalanan, napas kecil FA terhenti. 

Baca juga: RSUP Kepri Raja Ahmad Tabib Rasa Resto, Aroma RotiO Sambut Setiap Pengunjung dan Pasien

Dunia Darman runtuh seketika.

Tangannya yang terus menggenggam tangan mungil FA kini hanya memeluk keheningan yang menyayat hati.

"Begitu sampai rumah sakit, anak saya udah enggak ada," kata Darman lirih, mencoba menahan air mata yang terus mengalir. 

"Kenapa enggak langsung dibawa aja dari awal? Kenapa harus nunggu ases dulu? Ini nyawa manusia, bukan barang yang bisa ditunda-tunda," sebut Darman kesal sambil tangannya yang mencoba menggenggam menahan kekesalan dirinya. 

Pantauan terkini, rumah duka masih dipenuhi suasana berduka.

Baca juga: Kecelakaan di Bintan Tewaskan Dua Pemotor, Satu Orang Masih di RS Raja Ahmad Tabib

Sejumlah kursi plastik berjejer rapi untuk para tetamu yang datang memanjatkan doa. 

Di depan rumah, selembar kertas putih bertuliskan nama dan usia FA masih terpasang, menjadi pengingat betapa singkatnya hidup bocah kecil itu.

Meski keluarganya berusaha mengikhlaskan kepergian FA, luka di hati mereka tetap menganga.

Mereka berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi seluruh fasilitas kesehatan, agar prosedur yang berbelit tidak lagi mengorbankan nyawa pasien yang seharusnya bisa diselamatkan.

"Harapan saya cuma satu. Kalau ada pasien darurat, langsung selamatkan dulu. Enggak usah nunggu ini itu. Jangan sampai ada anak lain yang harus kehilangan hidupnya karena waktu yang terbuang sia-sia," tutur Darman yang suaranya terdengar nyaris habis. (TribunBatam.id/Yuki Vegoeista)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved